Bab 22

63 7 0
                                    

"Kukuku, sekarang saatnya kita membuat kaca!" ujar Senku dengan penuh semangat.

"Benar! Ayo kita buat sebagus mungkin," ujar Chrome tidak kalah semangat sambil menuangkan obsidian ke dalam wajan di atas api.

"Wah, apa benda berbusa putih yang keluar ini?!" tanya Suika dengan penasaran.

"Seperti asap tetapi bukan asap!" ujar Sei sambil menatap penuh takjub.

"Itu adalah busa yang tercipta saat obsidian dipanaskan hingga titik didihnya," jelas Senku dengan murah hati yang membuat kedua anak itu berseru pelan.

"Ma, anak-anak jangan terlalu dekat dengan wajan panas itu," peringat Camila yang di angguki keduanya.

"Dengan membuat ini sebagai insulator, kita bisa membuat tempat pembakaran untuk membentuk gelas!" lanjut Senku sambil melihat Chrome yang kini sedang membentuk tempat pembakaran tersebut sesuai dengan instruksi Senku.

Camila yang melihat itu hanya tersenyum tipis sebelum berbicara sebentar dengan Sei yang kini asyik memperhatikan proses tersebut dengan Suika di sampingnya.

"Sei Chan, apa aku bisa meninggalkanmu sebentar?" tanya Camila yang membuat atensi Sei tertarik kearahnya.

"Camila ingin kemana?" tanya Sei dengan pelan.

"Aku ingin memanggil Felix ke sini sekaligus menyiapkan makan untuk kita semua nanti," ujar Camila yang membuat Sei mengangguk pelan.

"Baiklah, tapi jangan pergi terlalu lama," ujar Sei yang membuat Camila tertawa pelan.

"Tentu. Suika, aku minta tolong untuk mengawasi Sei untukku," ujar Camila yang membuat Suika memekik ringan.

"Tentu serahkan kepada Suika!" ujar Suika dengan keras yang membuat Camila menepuk ringan kepala kedua anak itu sebelum pergi untuk menemui Felix yang masih mengawasi tim petarung di sana.

"Dan sekarang, tinggal meniup kaca dengan tongkat besi berlubang!" ujar Senku yang dituruti oleh Chrome dengan memasukkan bubuk pasir silika kedalam lubang panjang yang terbuat dari bambu dan terhubung dengan tongkat besi berlubang yang dibuat oleh Senku.

Tapi sayangnya harapan tidak sesuai dengan realita, itu terbukti dengan kedua orang yang sudah semangat sedari tadi dalam membuat kaca terdiam dengan ekspresi tidak bisa dijelaskan sambil menatap mahakarya milik mereka.

"Emm, tapi kenapa hasilnya seperti ini?" tanya Sei dengan kepala yang dimiringkan dengan bingung saat melihat kaca dengan bentuk abstrak yang sudah mengeras itu.

"Kukuku, awalnya memang selalu begini. Sama halnya dengan peralatan tanah. Walau aku sudah memakai peralatan yang benar, butuh beberapa waktu untuk menyempurnakannya," ujar Senku sambil mengingat perjuangannya dalam membentuk mangkuk dari tanah.

"Beberapa bulan?! Kita tidak punya waktu sebanyak itu!" ujar Chrome dengan panik.

"Lagipula kita khawatir dengan kondisi Ruri," ujar Kohaku dengan kedua tangan disilangkan.

"Aku bukan pengerajin tanah, yang bisa kita lakukan adalah terus mencoba," ujar Senku dengan pasrah.

"Wow, kalian sudah sampai ke tahap ini?" seru Felix sambil berjalan kearah mereka yang diikuti Camila dari arah belakang.

"Yo! Bagaimana dengan keadaan tim petarung?" tanya Senku yang membuat Felix mengangkat bahunya dengan ringan.

"Mereka baik, jika kau tanya pendapatku mungkin sekitar 70 persen untuk persiapan mereka," ujar Felix yang membuat Senku menyeringai.

"Itu bagus," balas Senku dengan pelan.

"Jadi apa kau tidak berhasil membuatnya," ujar Felix sambil menunjuk kearah botol dengan bentuk abstrak yang bahkan tidak bisa dikatakan sebagai botol.

 |Dr. Stone| • |Scientia|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang