15

33 11 0
                                    

Malam ini juga Seno, Alvaro, Daren pergi membawa Kenzie ke kantor polisi untuk diselidiki lebih lanjut. Di dalam mobil, Kenzie hanya diam tak berkutik. Ia menunduk, tidak berani menatap tiga teman-temannya. Mereka ke kantor polisi hanya berempat, sedangkan Kai sudah pulang ke rumahnya usai mendapatkan barang bukti berupa gelang tadi.

"Gue masih nggak habis pikir sama lo, Ken. Se-tega itu sama sahabat lo sendiri." Daren mengusap wajahnya dengan kasar.

"Bingung, kan? Gue juga bingung." Kenzie menyeringai di dalam keadaan mobil yang gelap

"Lo emang pantas membusuk di penjara." Geram Alvaro.

###

Setibanya di tempat tujuan, mereka bertemu dengan seorang petugas yang memiliki pangkat tertinggi dalam kepolisian.

"Ada keperluan apa?" tanya polisi tersebut.

"Kami—"

"Saya ingin menyerahkan diri karena sudah membunuh tiga orang lelaki—sahabat saya sendiri." Perkataan Seno terpotong oleh Kenzie. Lantas mereka semua terkejut dengan keberanian Kenzie untuk dipenjara.

"Ada barang bukti?"

"Ada. Ambil saja ini, Pak." ujar Daren sembari memberikan gelang perak milik Kenzie.

"Tangkap saja saya. Tidak perlu banyak bukti karena saya sendiri yang sudah berserah diri." Kenzie berjalan menuju jeruji besi.

Petugas membuka pintu dengan cepat, Kenzie masuk ke dalam sangkar tahanan lalu setelahnya di kunci oleh petugas.

"Teruntuk sementara waktu, anda terancam hukuman penjara seumur hidup atas penghilangan tiga nyawa."

"Kenapa tidak hukuman mati saja?" Kenzie tersenyum miring, senyumnya membuat bulu kuduk polisi berdiri.

"Untuk itu kita tunggu info selanjutnya setelah kami mendapatkan bukti lain."

"Selamat membusuk, Kenzie." Alvaro tersenyum sinis, ia berbalik–meninggalkan Kenzie yang santai berada di dalam sel tahanan.

###

Saat malam perlahan berganti pagi, semakin sulit bagi Kenzie untuk tetap duduk di lantai yang dingin. Dia harus menemukan jalan keluar. Terisak pelan. Sekarang, Kenzie meringkuk di sudut ruangan yang sempit, menggigil ketakutan dan kedinginan. Pikirannya berkecamuk karena terjebak seperti ini.

"menanggung akibat yang jelas bukan gue penyebabnya." Kenzie menghela nafas.

••••

Di sisi lain, Daren sedang mengetikkan sesuatu di layar laptop nya. Bukan apa-apa, itu hanyalah tugas presentasi fisika yang diberikan oleh gurunya kemarin. Dia disuruh untuk mencari rangkuman tentang bagaimana kehidupan jika tidak ada listrik. Daren menguap, tampaknya mengantuk karena tadi malam ia terjaga sebab memikirkan rangkuman yang tidak diperbolehkan mencari di internet.

Daren menyesap kopi hangatnya. Ia sudah menghabiskan enam cangkir kopi dalam waktu semalaman, namun tetap tidak dapat menongkati matanya yang terus menerus ingin tertutup.

"Capek banget. Huft.." Keluhnya. "Makin tua makin berat nih dunia. Emang bener gue balik lagi ke zaman SD, pikirannya cuma main tanah liat." Daren menutup laptop, ia meregangkan tubuh. Matanya tak sengaja teralihkan ke arah kamar mandi yang berseberangan dengan kamarnya. Pas juga pada saat itu pintu kamar mandi ternyata tidak ditutup.

TUJUH || ENDTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon