3. Even One Second

363 66 7
                                    


Kuy tekan bintang dan ramein kolom komentar ya ❤️






































































































































































Chae masih elus-elus pucuk kepala Ruby, kira-kira begitulah yang ingin ia ungkapkan dari lubuk hatinya yang terdalam, ingin kembali memperbaiki hubungan antara mereka, demi Ruby yang ternyata diam-diam selama ini memiliki penyakit tumor turunan dari mendiang sang ibu, dan sama sekali tidak cerita ke siapapun kecuali sang kakek.

Tapi, sekali lagi gengsi nya benar-benar melebihi tinggi gedung Burj Khalifa, Chae hanya bisa melepaskan unek-uneknya itu di pikiran dan angan-angannya, tanpa berani mengungkapkan dengan kata-kata.

Keduanya masih saling pandang, Chae mulai berhenti mengelus-elus pucuk kepala Ruby, namun di tahan oleh gadis mata kucing itu, "Kenapa?" Tanya nya.

Chae lepaskan tangannya dari genggaman Ruby dan buang muka, "Gak apa-apa, ada bulu-bulu gitu tadi di pala elu." Elaknya.

Ruby masukkan ponselnya ke saku dan kembali melihat sekeliling mencari Kim-Lalice, "Oh... Kirain kenapa. Ayo kita cari mereka berdua." Ajaknya mulai berjalan lebih dulu dengan Chae yang mengekori di belakangnya.

Keduanya masih hanya saling diam selama berkeliling hingga beberapa menit lamanya. Chae yang tidak sengaja menabrak seseorang karena tempat terlalu padat dan ramai, langsung meraih ujung jaket kulit Ruby, takut nyasar dan berujung mereka malah pisah. Ruby yang sadar hanya membiarkannya dengan sesekali terus melirik untuk memastikan Chae tetap memegang erat jaketnya, "Mereka kemana sih? Tadi katanya nunggu sambil main kora-kora, kok gak ada? Apa udah pindah tempat?" Bingung Ruby.

Chae yang ikut bingung hanya bisa tolah-toleh sana-sini mencari kedua bestie nya yang ilang.

"By...."

"Apa?"

"Perutku perih lagi gegara mumet ikut nyari."

Ruby menghentikan langkahnya dan melihat ke Chae, "Masih perih kayak tadi siang?"

Chae mengangguk manja dengan wajah melas nya karena emang maag nya lumayan parah.

"Gak kuat kalo di ajak jalan keliling bentar nyari Kim?" Tanya Ruby lagi.

"Kuat-kuat aja, tapi tempatnya terlalu sumpek dan pada asal jalan tabrak sana-sini, perutku yang perih kesenggol dikit tambah makin nyeri gak ketulungan." Adu Chae masih dengan nada sok imut.

Ruby lepaskan jaketnya dan ia kenakan ke Chae yang cuma pakai kaos lengan pendek, "Ya udah, kita cari tempat duduk nyantai sambil nenangin perut kamu, sekalian aku telfon lagi si Kim, buat nanya dia dimana." Ruby tiba-tiba gendong Chae lagi ala bridal style.

"By! Aduh apaan sih? Malu ah..." Chae berontak kecil gak bisa terlalu lawan karena perutnya yang super gak enak.

"Kalo di gendong gini, gak ada yang bisa nyenggol perut kamu." Singkat Ruby langsung lanjutkan langkah nya mencari kafe atau tempat makan terdekat sekitar tempat festival.

Chae sebenarnya malu, dia taruh kedua tangannya di sekeliling leher Ruby, untuk menyembunyikan wajahnya di antara ceruk leher sang mantan itu, yang ternyata masih memiliki aroma yang sama, aroma hangat dan menenangkan serta membuatnya betah berlama-lama di dekapannya.

ROSE & JENNIE (Short Story)Where stories live. Discover now