CH-16

522 20 0
                                    


"Mau mas Abi hiks...hiks."

Sedari tadi,Kaza tidak berhenti menangis lantaran ingin Abimanyu ada disini. Awalnya ia hanya ingin pulang, namun karena tidak diizinkan oleh dokter, ia malah menangis menginginkan kakaknya. Nindya sendiri sudah pasrah. Ia hanya duduk memperhatikan Kaza yang menangis di gendongan Jackson.

"Mas Abi enggak bisa pulang sekarang nak. Mas Abi lagi sibuk kuliah itu. Sama ayah dan ibu aja ya disini." Jackson masih berusaha membujuk Kaza untuk yang kesekian kalinya. Ia mengusap air mata sang anak yang terus mengalir. Matanya bahkan sudah bengkak dan merah, namun sepertinya anak itu tidak punya keinginan untuk berhenti menangis.

"Mas Abi hiks....huks..huks..hiks." Kaza masih menangis disertai dengan cegukan. Jackson kasihan melihatnya, namun ia juga sudah lelah membujuk.

"Kaza bisa diam enggak nak? Ayah udah capek lho ini gendong Kaza." Jackson mulai jengah dengan tingkah sang anak. Emosinya sudah ingin keluar,namun ia tidak ingin menggunakan nada tinggi untuk berbicara dengan sang anak.

Mendengar sang ayah berbicara demikian, Kaza hanya mampu diam namun masih dengan air matanya yang mengalir di pipinya. Menangis dalam diam.

Nindya memilih bangkit mendekati suami dan anaknya. Ia usap kening sang anak guna menenangkannya. Biasanya, cara ini cukup ampuh untuk menenangkan sang anak.

"Udah ya,nak. Jangan nangis terus, kasihan ayah itu. Matanya Kaza juga udah bengkak. Nanti jelek lho."

Jackson menggoyangkan badannya ke kiri dan ke kanan secara perlahan. Ia akan mencoba menidurkan sang anak. Jujur saja,Jackson merasa sedikit lelah hari ini. Tidurnya bahkan tidak teratur. Namun, ia rela menahan kantuk itu demi sang anak.

"Kamu tidurin Kaza dulu ya, aku mau ke toilet bentar." Nindya berjalan meninggalkan keduanya menuju kamar kecil.

Jackson melirik sang anak yang masih nyaman digendongnya. Ternyata Kaza sudah memejamkan matanya.Ia memperbaiki letak jarum infus ditangan Kaza agar tidak membuat darahnya naik ke atas. Namun,ia tidak berniat membaringkan sang anak di ranjang. Ia biarkan sampai Kaza nyenyak, baru ia baringkan di ranjang.

••••••••

Nalan dan Liana sedang berjalan menuju ruangan dimana Kaza di rawat. Nalan sudah bertanya lebih dulu kepada resepsionis, dan ternyata Kaza di rawat di ruang yang pernah ia kunjungi waktu itu.

Ditangannya terdapat sebuah paper bag yang tadi ia bawa ke sekolah. Disampingnya, Liana juga membawa sebuah parcel buah. Ia genggam keranjang parcel dengan erat. Entah mengapa ia merasa gugup ingin bertemu dengan Kaza.

Mereka terus berjalan hingga sampai diruang rawat Kaza. Tanpa berlama-lama, Nalan mengetuk pintu ruang rawat Kaza. Sementara Liana,ia sedang mencoba menetralkan detak jantungnya yang berdebar dengan kencang.

Tok tok tok

Tak lama setelah Nalan mengetuk pintu,terdengar langkah kaki mendekat disusul suara pintu yang terbuka.

Ceklek

"Halo om. Nalan kesini sama mama buat jengukin Kaza." Nalan langsung menyapa Jackson yang membukakan pintu.

"Oh, halo Nalan . Silahkan masuk." Jackson mempersilahkan keduanya untuk memasuki ruang rawat Kaza.

Hal pertama yang mereka lihat saat memasuki ruang rawat Kaza adalah sosok Kaza yang sedang tertidur pulas dengan tangan yang masih di infus. Nalan bergidik ngeri membayangkan tangannya di infus. Ia sudah pernah di infus dan tau bagaimana rasa sakitnya.

"Maaf ya, Kaza nya lagi tidur. Daritadi dia itu nangis terus,minta mas nya buat datang kesini." Jackson memberitahu karena ia merasa tidak enak dengan Nalan dan ibunya. Padahal mereka sudah datang jauh-jauh,namun orang yang ingin dijenguk ternyata sedang tidur.

KAIVAN HARZA LEONARD (ON GOING)Where stories live. Discover now