CH-14

362 15 2
                                    

Hari ini, Jackson dan Nindya berencana untuk membawa Kaza jalan-jalan untuk menghibur sang anak yang pergi ditinggalkan sang kakak. Abimanyu sudah kembali ke Bandung dua hari yang lalu. Katanya ada tugas mendadak,sehingga harus pulang saat itu juga. Bahkan, Abimanyu tidak sempat berpamitan dengan sang adik. Akibatnya Kaza menangis seharian dan bahkan ia sampai mogok makan. Matanya bahkan masih sedikit bengkak, lantaran terlalu lama menangis. Padahal, Abimanyu sudah video call dan minta maaf, namun tidak juga mempan.

Dibantu oleh Jackson, Kaza kini sudah siap dengan penampilannya yang begitu menggemaskan. Hoodie oversize berwarna baby blue dipadukan dengan celana putih selutut. Ditambah dengan sepatu berwarna putih kesukaannya.

Dengan Kaza di gendongan Jackson, keduanya turun menuju meja makan. Di meja makan, Nindya terlihat sedang mengambil nasi untuk suami dan anaknya. Hari ini, ia sengaja tidak memasak banyak karena mereka akan pergi jalan-jalan. Makan siang dan makan malam mungkin akan di luar.

"Waaaah....ibu masak ikan goreng!" Kaza bertepuk tangan senang saat melihat ada ikan goreng kesukaannya di meja makan.

Jackson segera menurunkan sang anak dan mendudukkannya di kursi meja makan. Sedangkan Nindya, ibu dua anak itu hanya tersenyum menanggapi ke antusiasan sang anak.

"Karena ibu udah masak ikan goreng kesukaannya Kaza, jadi Kaza harus makan yang banyak ya." Nindya menyerahkan piring berisi nasi, lengkap dengan lauk pauk. Nindya juga menyerahkan piring berisi nasi dan lauk pauk kepada Jackson. Mereka akhirnya memulai sarapan setelah Nindya duduk di kursi sebelah Kaza.

Jackson hanya diam mendengarkan tanpa ingin ikut campur. Ia turut senang, karena mood Kaza sudah membaik. Ini jauh lebih baik daripada dua hari lalu. Jika mengingat hari itu, Jackson rasanya ingin resign saja jadi seorang ayah.

••••••

Nalan sedang berjalan dengan troli yang ia dorong. Ia sedang di supermarket bersama sang mama untuk belanja bulanan. Sebenarnya ia malas, namun ia juga tidak tega jika harus membiarkan sang ibu pergi sendirian.

Ia hanya mengikuti langkah sang ibu dengan troli yang masih ia dorong. Namun, saat melewati rak camilan, netranya tak sengaja melihat sosok yang sangat ia kenali.

Tanpa memberitahu pada sang mama , ia segera mendorong troli berisi belanjaannga menuju orang yang ia kenal tersebut.

"Halo Tante..." Nalan menyapa orang yang tadi ia lihat. Netranya melirik remaja yang berdiri di samping wanita yang ia sapa.

"Iya? Eh...ternyata Nalan." Nindya - orang yang Nalan lihat- membalas sapaannya tak kalah ramah. Sedangkan Kaza, anak itu hanya sibuk memilih camilan tanpa peduli dengan presensi Nalan.

"Tante lagi belanja ya?" Nalan bertanya setelah melihat keranjang yang ada ditangan Nindya. Mungkin hanya belanja sedikit, makanya tidak pakai troli.

"Iya nak, Tante lagi belanja camilan. Soalnya Kaza minta tadi. Kaza, kakak Nalan nya disapa dong nak." Nindya menginterupsi Kaza yang masih sibuk melihat-lihat camilan yang ingin ia beli.

Mendengar teguran Nindya, Kaza segera berbalik arah dan langsung bersitatap dengan netra milik Nalan.
Nalan yang ditatap hanya memberikan senyuman terbaiknya. Setiap melihat Kaza, ia merasa ada yang berbeda. Namun, ia tidak tahu apa itu.

"Halo kakak Nalan." Kaza melambaikan tangannya guna menyapa Nalan.

Nalan yang mendapat sapaan dari Kaza merasa senang luar biasa. Padahal hanya sapaan biasa, namun ia sudah merasa senang.

"Kaza lagi beli jajan ya?"

"Iya kakak, Kaza lagi beli jajan sama ibu." Nindya mengusap kepala sang anak dengan gemas. Ia senang, setidaknya masih ada yang mau berteman dengan sang anak.

KAIVAN HARZA LEONARD (ON GOING)Where stories live. Discover now