CH-10

448 12 1
                                    



Suasana rumah andung terasa sangat sunyi. Biasanya di jam seperti ini, akan ada acara kumpul di ruang keluarga setelah makan malam. Namun, malam ini tidak ada lantaran Nindya yang sedang marah kepada Kaza. Ia sebenarnya tidak benar-benar marah. Ia hanya kesal karena tidak tahu bahwa anaknya di bully disekolah. Andai saja waktu itu ia ikut menemani Kaza, mungkin hal itu tidak akan terjadi.

Bahkan saat Kaza menceritakan yang sebenarnya, ia sudah menangis tersedu-sedu. Ia merasa gagal menjadi seorang ibu untuk anaknya. Ia mendiamkan semua orang lantaran masih merasa kesal pada dirinya sendiri. Rasa marah, sedih dan kesal berpadu dalam hatinya. Padahal andung sudah bilang ini bukan salahnya.

Jackson yang diberitahu sang istri bahwa anaknya mengalami perundungan merasa marah. Ia akan menuntut orang-orang yang sudah merundung anaknya. Ia tidak akan terima dengan hal ini.

Saat ini Kaza sedang berada di kamar dengan Abimanyu. Anak itu terus menangis lantaran Nindya yang tidak mau bicara padanya. Ia takut ibunya benar-benar marah dan tidak sayang lagi padanya.

Sedari tadi, Abimanyu sudah membujuk sang adik agar berhenti menangis. Namun, tetap saja ia tidak mau. Abimanyu sebenarnya kesal karena Kaza yang tidak mau berhenti menangis. Ia takut adiknya akan demam nantinya.

"Udahan ya,nangisnya. Sekarang Adek tidur aja. Ini udah malem banget lho." Abimanyu mengusap kepala sang adik dengan sayang.

"Mau i-ibu huks....hiks." Mendengar tangisan sang adik, Abimanyu jadi tidak tega. Ia bawa tubuh Kaza untuk ia peluk. Ia tahu, bahwa Nindya tidak benar-benar marah pada Kaza. Mana mungkin seorang Nindya marah pada Kaza.

"Nanti mas panggil ibu ya, sekarang Adek berhenti dulu nangisnya. Nanti kepalanya sakit lagi, terus demam. Memangnya Kaza mau sakit?" Abimanyu masih setia memeluk tubuh sang adik.

Kaza di dalam pelukan Abimanyu menggeleng pelan. Ia tidak mau sakit,karena jika ia demam, maka akan di bawa ke rumah sakit. Ia kan tidak suka dengan jarum infus.

"Enggak mau sa-sakit huks... huks." Kaza sudah berhenti menangis, namun masih menyisakan sesegukan.

"Kalo enggak mau skait, sekarang Kaza tidur ya." Abimanyu melepas pelukan keduanya dan membantu Kaza untuk berbaring. Tak lupa ia juga menyelimuti tubuh sang adik sampai perut. Ia juga mengatur suhu AC supaya Kaza tidur dengan nyaman.

Abimanyu masih menunggu sampai sang adik tertidur. Setelah Kaza benar-benar sudah tertidur, ia turun dari ranjang dan melangkah menuju pintu. Di tutupnya pintu itu dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara yang dapat mengganggu tidur Kaza.

Abimanyu ingin menemui ibu dan ayahnya utnuk membicarakan soal orang yang merundung Kaza. Ia jelas tidak terima adiknya diperlakukan semena-mena oleh orang lain.

Saat berjalan menuju lantai bawah, ia berpapasan dengan andung yang mungkin akan menuju kamar Kaza. Andung membawa susu yang biasa di minum oleh Kaza sebelum tidur.

"Andung mau kemana?" Abimanyu bertanya setelah tiba di depan andung.

"Andung mau ke kamarnya Adek, mau nganterin susu." Andung mengangkat gelas yang ia bawa untuk memperlihatkannya pada Abimanyu.

"Adek sudah tidur andung."

"Syukurlah kalau begitu. Apa tadi Adek nangisnya lama?" Andung bertanya kepada Abimanyu.

"Lama sih andung. Mungkin nanti akan demam. Abi mau tidur di kamarnya adek aja. Tapi, sekarang mau nemuin ayah sama ibu dulu."
Andung mengangguk mendengar penjelasan dari Abimanyu. "Kalau begitu andung mau lihat Adek dulu." Andung berlalu setelah mengatakan hal tersebut.

Abimanyu melanjutkan langkahnya menuju lantai bawah dimana kamar orang tuanya. Begitu sampai depan kamar orang tuanya, Abimanyu mengetuk pintu terlebih dahulu.

Tok tok

"Ibu, Mas boleh masuk enggak?"

Nidnya dan Jackson yang sudah merebahkan diri langsung bangkit setelah mendengar suara Abimanyu. Tanpa berlama-lama, Nindya bangkit dari ranjang untuk membukakan pintu.

"Kenapa mas Abi?" Nindya bertanya begitu melihat presensi sang anak.

"Mas mau bicara sama ayah dan ibu." Abimanyu melirik kedalam kamar untuk melihat keberadaan sang ayah.

"Ayo masuk." Nindya membuka pintu kamar lebih lebar agar Abimanyu bisa masuk.

Abimanyu mendudukkan diri di kursi yang ada di samping ranjang. Sementara Nindya dan Jackson duduk di ranjang.

"Mas kesini mau bicara tentang adek." Abimanyu langsung buka suara. Jackson menyergitkan dahinya mendengar ucapan sang anak.

"Mas mau ngomong apa?" Jackson bertanya setelah memahami tujuan Abimanyu untuk berbicara dengan nya. Sementara Nindya hanya diam mendengarkan. "Mas mau adek enggak usah sekolah umum lagi,yah. Adek lebih baik homeschooling aja." Ucapan Abimanyu berhasil membuat Nindya terkejut.

"Enggak bisa begitu dong mas! Kita harus tanya dulu sama Kaza." Nindya tidak setuju dengan usulan anaknya. Bagaimanapun, sekolah adalah salah satu tempat yang sangat Kaza sukai di dunia ini. Bagaimana mungkin ia tega merenggut hal yang disukai anaknya.

"Ibu tau kan kalau Adek selalu tersiksa di sekolah. Bahkan saat SMP dulu, dia selalu disuruh ngerjain tugas teman-temannya. Adek bahkan pernah masuk rumah sakit gara-gara anak nakal disekolah nya. Dan itu terulang lagi sekarang." Dada Abimanyu naik turun karena emosi.

Jackson yang merasa suasana menegang antara istri dan anaknya memilih angkat bicara.

"Benar apa kata Abi, Nin. Kaza udah banyak terima rasa sakit dari yang namanya sekolah. Bahkan ini masih semester awal." Jackson setuju dengan usulan anaknya.

Tanpa bicara apapun, Nindya memilih keluar dari kamar. Jackson dan Abimanyu yang melihat kepergian Nindya hanya mampu menghela napas.

Nindya ingin melihat keadaan anaknya. Ia merasa tidak tenang dan menyesal karena sudah mendiamkan Kaza. Namun, belum sempat menaiki anak tangga, ia sudah di kejutkan dengan teriakan ibunya.

"Jackson, Nindya cepat kemari."
Sejenak Nindya terpaku mendengar teriakan ibunya.

Jackson dan Abimanyu juga sama terkejutnya. Keduanya lantas berlari menuju lantai atas. Namun, keduanya malah melihat Nindya yang berdiri di anak tangga dengan tatapan kosong. Jackson memilih menghampiri istrinya terlebih dahulu, sedangkan Abimanyu langsung menuju kamar adiknya.

"Nin, kamu ngapain disini? Kamu enggak dengar teriakan dari mama?" Jackson menepuk pundak Nindya yang berhasil menarik kesadaran Nindya kembali.

"I-itu kenapa mas?" Nindya bertanya dengan nada cemas.

"Aku juga enggak ta----
Belum selesai ucapan Jackson, tiba-tiba Abimanyu datang dengan Kaza di gendongannya.

Nindya dan Jackson terpaku melihat keadaan anaknya. Kaza mengalami kejang yang membuat Nindya takut setengah mati. Nindya mendekat dengan lelehan air mata. Begitu juga dengan Jackson. Ia merasa de Javu dengan keadaan ini.

"Adek kenapa mas?!" Tanpa sadar, Nindya menaikkan nada bicaranya. Ia rengkuh tubuh anaknya yang sudah melemas. Ia ciumi seluruh inci wajah anaknya.

"Kita ke rumah sakit sekarang!" Andung tiba di lantai bawah dengan tas yang berisi keperluan Kaza. Jackson tersadar dan segera berlari menuju kamar untuk mengambil kunci mobilnya.

Abimanyu juga berlari keluar masih dengan Kaza di gendongannya. Ia tidak bisa berpikir jernih saat ini, ia takut adiknya kenapa-napa. Jackson tiba dengan kunci mobil ditangannya. Segera ia membuka pintu mobil agar Abimanyu bisa masuk. Nindya dan andung menyusul setelah mengunci pintu rumah.

Jackson menyalakan mobil dan segera melesat menuju rumah sakit. Anaknya harus mendapat penanganan secepatnya. Jika tidak, maka nyawa anaknya dalam bahaya.
















Sorry for typo 🙏🏽

Jangan lupa vote and komen ya.







KAIVAN HARZA LEONARD (ON GOING)Where stories live. Discover now