CH-11

451 14 0
                                    


Nindya duduk di samping ranjang pesakitan Kaza. Setelah dokter memperbolehkan masuk, ia tidak pernah bergeser dari tempat duduknya. Tangannya sedari tadi menggenggam tangan sang anak. Ia menyesal karena sudah mendiamkan anaknya. Andai tadi ia tidak mengacuhkan anaknya, mungkin tidak akan seperti ini.

Jackson dan Abimanyu sedang di kantin untuk membeli kopi sekaligus memberi ruang untuk Nindya dan Kaza. Andung sedang berada diluar untuk menghubungi kakek dan memberitahu bahwa Kaza di larikan ke rumah sakit.

Dokter berkata,bahwa kondisi Kaza tidak begitu mengkhawatirkan. Anak itu kejang karena demamnya terlalu tinggi. Dan itu memang sudah biasa terjadi pada Kaza.

"Maafin ibu ya nak,harusnya ibu enggak marah sama Kaza tadi. Ibu cuma takut kalo Kaza kenapa-napa." Nindya mencium punggung tangan sang anak dengan sayang.

Ceklek

Nindya mengalihkan tatapannya begitu mendengar suara pintu dibuka. Ternyata yang masuk adalah andung.

"Papa belum bisa kesini. Katanya bakal datang besok." Andung memilih duduk di sofa yang tersedia di ruang rawat Kaza.

"Memangnya papa kemana ma? Kok belum pulang?" Nindya bertanya,lantaran ayahnya pergi setelah makan malam dan belum kembali sampai sekarang. Bahkan tidak bisa datang malam ini untuk melihat Kaza.

Andung menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan putrinya. Sebenarnya andung juga merasa bingung dengan suaminya, akhir-akhir ini suaminya sering pergi secara mendadak dan pulang di kemudian harinya. Namun, ia mencoba berpikir positif guna menenangkan hatinya. Mungkin saja karena pekerjaan, itu pikirnya. "Papa ada kerjaan mendadak. Katanya harus diselesaikan malam ini juga nak." Nindya hanya mengangguk mendengar penjelasan ibunya.

"Kamu lebih baik istirahat dulu nak, dari tadi kamu duduk disitu,apa enggak pegal itu?" Lanjutnya.

"Enggak usah ma, aku mau tunggu Kaza siuman. Aku ngerasa ini itu salahku. Andai aku enggak marah tadi, mungkin enggak bakal kayak gini." Nindya meneteskan air matanya begitu teringat kejadian tadi.

Andung memilih bangkit dan mendekati putrinya. Ia usap pundak putrinya yang bergetar akibat menangis. Ia tahu bagaimana rasanya melihat anak yang begitu disayangi terbaring sakit seperti ini. Ia sudah lebih dulu merasakannya. "Enggak perlu merasa bersalah, sudah kejadian juga. Kamu hanya perlu mengingat satu hal, tidak boleh mengulang kesalahan yang sama." Andung mengambil tisu yang ada di nakas dan memberikannya kepada Nindya yang langsung menerima nya.

"Mama pulang aja ya, biar aku sama Jackson aja yang jagain Kaza. Aku telponin Abi biar pulang sama mama." Nindya akan bangkit untuk mengambil ponsel namun ditahan oleh andung.

"Mama pulang sendiri saja. Mama sudah pesan taksi kok." Andung mengambil tas miliknya yang berada di sofa.

"Kalo gitu, mama hati-hati ya. Kalo ada apa-apa, kabarin aku ya ma." Nindya menyalim tangan sang mama. Ia juga mengantarkan sang mama sampai keluar ruangan. Sebenarnya ia tak tega, namun mamanya tidak mau diantar oleh Abimanyu.

Setelah sang mama pergi, Nindya kembali masuk ke ruangan Kaza. Ia meraih ponsel di nakas untuk menghubungi Jackson. Nindya mendial nomor Jackson yang langsung tersambung.

"Halo Nin."

"Jack, kamu masih sama Abi enggak?" Nindya melontarkan tanya setelah mendengar sahutan dari seberang sana.

"Iya, Abi masih sama aku. Ada apa memangnya?"

"Kamu suruh Abi pulang ya Jack, kasian kalo harus nginep disini." Nindya sebenarnya hanya tak ingin mamanya tinggal sendirian di rumah. Ia juga tidak tega anaknya harus tidur di sofa semalaman.

KAIVAN HARZA LEONARD (ON GOING)Where stories live. Discover now