CH-2

888 30 1
                                    


Mobil BMW yang dikendarai oleh Jackson tiba di depan gerbang sekolah saat jam menunjukkan pukul 07.05. Itu artinya masih ada sepuluh menit lagi sebelum bel masuk. Jackson turun dari mobil dan membantu Kaza turun dari mobil disusul Nindya yang juga turun setelah memeriksa riasannya.

"Ayah cuma bisa anterin sampe sini ya nak. Ke kelasnya Kaza sama ibu ya." Jackson mengusap kepala Kaza dan mengecup keningnya.

Cup

Jackson beralih menghadap Nindya guna memberikan senyuman meyakinkan dan tak lupa memberikan ciuman di dahi sang istri.

Cup

"Aku titip Kaza ya sayang. Semua pasti bakal baik-baik aja. Aku yakin semua akan berjalan dengan lancar." Nindya mengangguk dan tersenyum membalas senyuman Jackson.

Nindya berjalan dengan tangan saling bertautan dengan Kaza untuk memasuki pekarangan sekolah. Jackson memperhatikan keduanya sampai siluet tubuh keduanya hilang di lorong sekolah dan memilih masuk ke dalam mobilnya karena harus segera ke kantor.

Sementara di lorong sekolah, Kaza menunduk melihat tatapan mata siswa-siswi yang dilewatinya. Banyak yang salah fokus dengan kondisi kaki Kaza. Nindya yang paham sang anak merasa tidak nyaman hanya mampu mengelus telapak tangan sang anak guna memenangkan. Nindya balas menatap para siswa-siswi yang menatap sang anak dengan tajam dan memilih melanjutkan langkahnya menuju kelas sang anak.

Nindya dan Kaza tiba di kelas yang akan dihuni oleh Kaza selama satu tahun ke depan. Nindya memang sudah tahu dimana kelas Kaza karena Jackson yang memberitahu. Di dalam kelas sudah banyak siswa yang akan sekelas dengan Kaza.

"Ibu, kursinya sudah hampir penuh. Kaza duduk dimana dong?"

Nindya melirik kedalam kelas dan menemukan sebuah kursi kosong di deretan ke dua dari belakang. Tidak masalah kalo Kaza duduk disana menurut Nindya.

"Kaza mau kan duduk di bangku yang kosong itu?" Nindya menunjuk kursi kosong yang disampingnya sudah ada siswa yang menelungkupkan kepalanya diatas meja.

"Kaza mau kok Ibu." Nindya mengangguk lantas membawa sang anak masuk kedalam kelas. Para siswa-siswi kembali menatap Kaza dengan pandangan yang paling dibenci oleh Nindya. Tanpa memperdulikan tatapan siswa-siswi itu, Nindya terus berjalan hingga sampai di kursi kosong yang ia lihat.

Kaza duduk setelah melihat isyarat dari Nindya yang menyuruhnya untuk duduk. Nindya membangunkan siswa yang duduk di samping Kaza dengan mengguncangkan bahunya dengan perlahan.

"Ibu kok bangunin dia?" Kaza mendongak dengan ekspresi bingung. Nindya hanya melirik sekilas dan lanjut membangunkan siswa yang duduk di samping Kaza.

Eughhh

Terdengar lenguhan dari siswa tersebut. Nindya menghembuskan nafas lega karena telah berhasil membangunkan siswa yang tidur tersebut.

"Akhirnya kamu bangun. Kursi di samping kamu ini kosongkan? Apa anak saya bisa duduk di samping kamu?"

Siswa yang ditanya hanya menyergitkan dahinya tanda bingung. Ia masih berusaha mencerna keadaaan karena baru bangun tidur. Ia menatap Kaza dan Nindya bergantian dan hanya mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Nindya.

"Iya boleh kok Tante. Lagian saya duduk sendiri kok."

"Terima kasih ya. Perkenalkan nama saya Nindya Adisty dan anak saya Kaivan Harza."

Nindya mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan anak yang belum ia ketahui namanya. Anak itu menerima ukuran tangannya dan tersenyum singkat.

"Sama-sama Tante. Saya Rafka Abrisyam Tante."

KAIVAN HARZA LEONARD (ON GOING)Where stories live. Discover now