21

180 5 4
                                    

Leo berjalan tanpa tujuan.
Tidak ada tempat ia bersinggah.

Ia sesekali berpikir jika hidupnya sudah tidak bermakna atau tidak berguna lagi.

Rasanya ingin mati saja.

Sudah tidak ada lagi yang menyayanginya.

Sudah tidak ada lagi yang menemaninya.

Sudah tidak ada lagi harapan.
Bunuh diri? Ia sedang mempertimbangkannya.

Sesekali ia melihat sebuah keluarga yang sedang makan bersama di sebuah restoran sambil menghangatkan diri.

Dirinya? Tidak peduli jika hujan mengguyur tubuhnya.

Walaupun ada beberapa orang yang menawarinya untuk berteduh sementara waktu, tapi itu hanyalah sebentar.

Karena ia pasti akan di buang.

Mencari kerja? Tidak bisa.
Memiliki uang? Tidak ada.
Memiliki impian? Omong kosong.

Tidak ada, benar-benat kosong dan hampa.

Dirinya bahkan sudah jatuh ke titik terendah dalam sepanjang hidupnya.

Keputusasaan dan kesepian perlahan menggerogoti hati serta pikirannya.

Seandainya ada kakak-kakaknya yang bisa ia temui- tunggu.....

Ia lupa jika masih ada kakak Faiz yang bisa diharapkan untuk menampung dirinya sementara waktu.

Semoga saja Faza menerimanya.

. . . . .

Ia telah sampai di apartemen Faza, inginnya menekan bel pintu, tapi takut mengganggu kenyamanan penghuninya.

Namun, mau bagaimana lagi...... Ia menekan bel tersebut.

Tentong~

Ditunggu beberapa detik.
Tidak ada yang menjawab.

Tentong~

Ditunggu beberapa detik lagi.
Tidak ada yang menjawab.

Tentong~

Ditunggu lagi.
Tidak ada yang menjawab.

Benar-benar sepertinya dirinya sudah tidak memiliki tempat untuk-

"Siapa?"

Dari suara itulah, Leo tau jika itu pasti Faza.

Leo membalikkan tubuhnya dan mendapati Faza yang penuh luka di sekujur tubuhnya.

"F- Faza? A- apa yang t- terjadi denganmu?" Tanya Leo sambil memperhatikan luka di tubuh Faza.

"Leo, kau gila atau bodoh? Kau seharusnya tidak berada disini!" Jawab Faza dengan nada tegasnya.

Leo tersentak dengan jawaban Faza yang begitu menohok hatinya, "A- aku diusir o- oleh ayahku, jadi...... Bisakah aku m- menumpang-"

"Tidak bisa." Jawab Faza dengan singkat sekali.

"B- baiklah..... Kalau begitu, apa F- Faza tau d- dimana kakak-kakakku?"

Faza terdiam beberapa saat, "Carilah kediaman Varozah dan tidak ku izinkan kau menginap apartemenku."

Faza langsung masuk kedalam rumah dan mengunci pintu agar tidak membiarkan Leo masuk kedalam kamarnya.

Leo tercengang karena Faza mengabaikannya, "T- tidak! Kumohon, biarkan aku disini sementara waktu, tidak ada lagi tempat yang bisa a- aku singgahi lagi."

Leo terus menggedor-gedor pintu apartemen Faza dan Faza sendiri langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur, menghiraukan rengekan Leo yang terus menjadi-jadi.

Leo Carousel [End]Where stories live. Discover now