15

120 7 6
                                    

Ada berbagai alasan mengapa Leo tidak ditahan oleh pihak kepolisian terkait penyebab kecelakaan yang menewaskan 4 orang.

Pertama, Leo berada dibawah umur dan tidak bisa disentuh oleh hukum pidana.

Kedua, Leo melakukan tindakannya secara tidak sengaja atau tidak mengetahui tindakan yang dilakukannya.

Ketiga, adanya pihak ketiga.

Leo terbangun dari tidurnya yang bisa dibilang mimpi buruk baginya.

Dimana, dalam mimpinya tersebut.... Faiz, Mika dan Hana serta ibunya menuntutnya atas kejahatan yang dilakukannya.

Bahkan, keempat orang itu ingin jika Leo ikut mati bersama mereka juga.

Jelas, Leo tidak menyukai mimpi itu dan memilih ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Entah berapa lama ia tidak bersekolah semenjak insiden kecelakaan ibunya, ia benar-benar tidak ada niat untuk bersekolah.

Karena sudah tidak ada lagi sahabatnya dan sepertinya teman-temannya juga tidak menyukainya.

Di rumah saja ia sering mendapatkan kekerasan dari ayahnya, bagaimana jika disekolah? Lebih buruk lagi sepertinya.

Ia cepat-cepat keluar dari kamar mandi dan segera menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi untuk ayahnya.

Setelah kematian Mina, Aza mulai melakukan tindakan verbal kepada Leo hingga menjadikan anaknya sendiri sebagai asisten rumah tangga.

Leo yang harus bersih-bersih rumah menggantikan Mina.
Leo yang harus memasak makanan menggantikan Mina.
Leo yang harus membeli perlengkapan menggantikan Mina.
Leo yang harus memijitnya menggantikan Mina.
Leo yang harus melakukan semua tugas itu bagaikan ibu rumah tangga menggantikan Mina.

. . . . .

Setelah Leo memasak sarapan pagi, ia pun beranjak pergi ke kamar ayahnya untuk membangunkan ayahnya untuk segera sarapan.

Langkah kakinya terhenti ketika kamar ayahnya terbuka dan memperlihatkan Aza dengan pakaian khas kantorannya, sudah bersiap untuk pergi bekerja.

"Sarapan pagi sudah siap, ayah-" Leo segera menutup mulutnya, sangat sial sekali dirinya ini karena terlalu blak-blakan.

Aza memandang Leo dengan tatapan sinis dan meninggalkan Leo yang terdiam.

Aza mendekati meja makan dan mendapati sarapan pagi yang sederhana, 2 piring nasi goreng telur kecap.

Aza memakan nasi goreng tersebut dengan nikmat, "Lumayan." Gumamnya.

Ketika Leo baru saja ingin duduk untuk makan, "Kau makan di dalam kamar sana dan bersiaplah ke sekolah, secepatnya!" Tegas Aza.

Leo menuruti perkataan ayahnya dan berjalan pelan ke kamarnya dengan tatapan sedu.

. . . . .

Setelah Leo selesai mencuci piringnya dan bersiap berangkat ke sekolah, ia tidak mendapati ayahnya di ruang tamu.

Sepertinya ia ditinggal dan terpaksa harus menaiki bis atau sepeda untuk menuju ke sekolah.

Kemalangan muncul lagi, ban sepedanya kempes dan tidak memiliki uang untuk menaiki bis.

"Benar-benar sial hari ini." Menurutnya.

Ia terpaksa berjalan kaki menuju ke sekolah- ah, seperti inikah yang dirasakan kakak sulungnya ketika tidak diberikan uang saku? Benar-benar menyedihkan.

Ia mempercepat langkah kakinya hingga berlari agar tidak terlambat datang ke sekolah, jika tidak.... Habis sudah dirinya jika berhadapan dengan ayahnya.

Leo Carousel [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora