19

158 8 0
                                    

Leo yang setelah disiksa berkali-kali oleh ayahnya sendiri mencoba untuk berdiri dan menahan rasa sakit yang dirinya rasakan.

Ia benar-benar lemah dan tidak memiliki motivasi hidup rasanya, semuanya hancur berantakan.

Rencananya yang ia telah buat sedari dulu telah gagal sepenuhnya.

Keadaan telah runyam dan sudah tidak ada harapan lagi untuk memperbaiki semua hal.

Ia berjalan pelan dengan tertatih-tatih dan melihat sebotol alkohol, "Pasti ayah meminumnya." Pikirnya.

Ia mengambil botol itu dan membuangnya ke tempat sampah, ayahnya sepertinya sudah menjadi pemabuk dan kedua kakaknya sudah menjalankan kehidupannya masing-masing.

Ting tung~

Terdengar suara bel pintu rumah, ia segera membuka pintu untuk melihat siapa yang- tidak ada.

Ia mendongak kebawah dan mendapati sebuah kardus, dibukalah kardus itu dan mendapati bangkai tikus yang telah membusuk.

Bau busuk dan amis yang menyengat masuk kedalam hidungnya, ia segera membuang kardus itu ke tempat sampah.

Sesudah membuang sampah tersebut, ia segera masuk kedalam rumah, tapi gagal karena ada yang melemparinya botol plastik.

Ia mendongak kebelakang dan mendapati 2 orang siswi yang tertawa cekikikan, 2 orang siswi tersebut adalah Siti dan Ayu.

Siti dan Ayu itu langsung lari setelah tertawa dengan sinisnya.

Ia hanya bisa pasrah dengan keadaannya yang sudah penuh dengan kemalangan.

Ia masuk kedalam rumah dan membersihkan rumah serta memasak makanan untuk makan malam.

. . . . .

Setelah berkutat cukup lama di dapur, akhirnya makan malam telah tersedia.

Ia segera ingin memanggil ayahnya dan ingin mengetuk pintunya, tapi terdengar suara isak tangis di dalam kamar ayahnya.

Pintu kamar ayahnya juga tidak tertutup rapat sehingga ia bisa mengintip dari luar.

Ia bisa melihat jika ayahnya itu sedang tertidur sambil memeluk sebuah foto keluarga harmonis, Carousel. Tanpa Leo.

Ayahnya itu menangis dengan pelan, merindukan momen nostalgia dan betapa harmoninya rumah tangganya tersebut.

Leo yang melihat itu pun tidak dapat membendung air matanya, sudah cukup kelahirannya membawa malapetaka.

Aza menghentikan tangisnya karena mendengar tangisan dari luar kamarnya, saat di cek rupanya Leo yang sedang berusaha menghapus air matanya.

Aza mulai kesal karena melihat keberadaan biang kerok dan akar masalah rumah tangganya, Leo.

Tanpa aba-aba.....

Plak! Plak! Bugh!

Aza menampar dan memukul Leo dengan keras, "Benar-benar penghancur keluarga!" Hinanya dan pergi menuju ke dapur setelah menghirup aroma yang lezat.

Leo tertegun dengan tindakan ayahnya, "Hiks, m- maafkan- hiks, aku."

£¢€¥¶∆

Siti dan Ayu tertawa dengan besarnya, "Gila, kau lihat tadi, tidak? Ekspresi Leo? Benar-benar jelek banget, sumpah." Ujar Siti.

"Hooh! Wajahnya burik lagi, ini adalah tindakan balasan saja." Sambung Ayu.

Siti dan Ayu berjalan-jalan di trotoar, kemudian tidak sengaja menyenggol seseorang, "Eh! Kalau jalan itu pake mata dong." Hardik Siti dan Ayu melihat orang itu yang membawa sebilah pisau.

Leo Carousel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang