Chapter 5

227 20 31
                                    

Cklek
Pintu rumah dibuka dengan memperlihatkan 2 kakak beradik dengan penampilan yang sedikit berantakan.

"Ayah! Ibu! Kami-"

Plakk! Plakk!
Kakak beradik itu mendapatkan tamparan keras dari ibunya sendiri, Mina.

"DARIMANA SAJA KALIAN BERDUA?! KALIAN TAU INI SUDAH JAM BERAPA?! JAM 19.47 MALAM!" Murka Mina kepada 2 anaknya- maksudnya, Ariz dan Arras.

"I- ibu, ka- kami pu- pulang ter- lambat kare-"

Plakk!
Mina menampar pipi Ariz dengan keras dan menyela belaan Ariz.

"Sudah cukup ibu!! Jangan menampar lagi!!" Teriak Arras juga dengan menaikkan suara oktafnya.

"APA?!! Berani kamu, Arras! Kau membentak ibumu sendiri?!! Tidak habis pikir aku."

"Tsk! Minggirlah! Aku mau membaringkan tubuh Ariz terlebih dahulu, dia demam dan ibu sendiri menamparnya."

Mina menatap nyalang kepada Arras yang membawa tubuh Ariz, "Dia demam biasa, jangan terlalu dikhawatirkan."

Arras menggerutu kesal karena kalimat yang dilontarkan oleh ibunya sendiri, "Anak sendiri tidak diperhatikan, giliran Leo sakit pasti panik tujuh keliling." Batinnya yang kesal.

Arras membawa tubuh Ariz ke kamarnya dan membaringkannya, semua hal yang terjadi tidak luput dari penglihatan Leo yang sejak tadi melihat semuanya.

Leo mengintip pintu kamarnya dan matanya saling bertatapan dengan Arras yang melihatnya dengan tatapan sinis.

Arras keluar dari kamar Ariz dan menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri.

Leo keluar dari kamarnya dan berjalan pelan ke tubuh Ariz yang tampak lemas.

Leo menyentuh kening atau dahi Ariz, panas. Itulah yang dirasakannya.

Leo bergegas ke dapur dan membasuh kain basah untuk meredakan demam Ariz.

Setelah selesai membasuh kain basah, Leo kembali ke kamar Ariz dan meletakkan kain basah itu ke dahi atau kening Ariz untuk meredakan demamnya.

Leo berpikir, "Apa aku harus membeli obat penurun demam?" Ia khawatir dengan kondisi kakaknya dan kecewa dengan orang tuanya yang tidak peduli akan kondisi kesehatan kakak-kakaknya.

Leo pergi ke kamarnya dan berpikir keras untuk cara membeli obat penurun demam disaat hujan sedang deras dan belum kunjung berhenti, uang untuk membeli obat penurun demam.

Leo sekilas melihat celengan kucingnya, ia menimbang-nimbang keputusannya untuk memecahkan celengan kucing kesayangannya tersebut.

Niatnya, jika celengan kucing itu sudah penuh, maka Leo akan membeli sebuah gantungan kunci yang bertuliskan 'I Love My Mom' untuk hari ibu.

Namun, Leo memutuskan untuk memecahkan celengan kucing tersebut demi Ariz bisa sembuh.

Crangg!
Untung saja suara hujan yang deras dapat meredam suara pecahan celengan kucing Leo.

Leo mengambil beberapa uang dan koin serta mengambil jas hujan yang tergantung dibalik atau dibelakang pintu kamarnya.

Leo melangkah keluar dari rumah tanpa diketahui oleh siapapun.

£¢€¥¶∆

Ditempat lain.
Ada seorang pemuda yang mengenakan sweater yang panjang untuk menghangatkan tubuhnya.

Itu Faza, sahabat Ariz dan mantan pacar Mika.

Faza berteduh disalah satu atap apotek, matanya menatap nyalang kepada sekumpulan remaja yang sedang berpesta disalah satu restoran seberang jalan.

Leo Carousel [End]Where stories live. Discover now