08. AZRIL

198 126 113
                                    

HALO SEMUANYA!
GIMANA KABARNYA HARI INI? SEMOGA BAIK SELALU YA, SEMOGA KALIAN SUKA SAMA PART KALI INI.

— HAPPY READING —


Kaca jendela itu tiba-tiba pecah, di baliknya berdiri seorang laki-laki yang juga mengenakan hoodie hitam, sama persis seperti Fiona.

Azril Jess Louis—Laki-laki itu memegang sebuah pistol berjenis SIG Sauer P226. Pistol yang sama seperti yang di gunakan oleh Fiona untuk membunuh Nura—Ibu Alura.

Tangan Azril secara spontan tergerak untuk menodongkan pistolnya kearah polisi dan dengan sekali tembak.

DOR!

Malang, Polisi yang bertugas untuk menangani kasus kematian Nura justru ikut mengalami kasus yang sama. Polisi itu seketika tewas di tempat dengan peluru yang tertancap di kepala belakangnya.

"Fiona," panggil Azril. Ia baru saja membunuh seorang polisi, namun wajahnya tetap datar seolah tak merasa gentar sedikitpun.

Mendengar panggilan dari Azril, Fiona lantas segera berdiri dari duduknya dan beralih menghampiri Azril. Keduanya pergi, kabur begitu saja meninggalkan tempat itu tanpa peduli dengan jasad korban maupun CCTV yang merekam perbuatan keduanya.

Di sisi lain, nyatanya suara tembakan itu telah menggelegar di seluruh ruangan, hingga hampir semua orang yang ada di lingkungan polsek mendengar suara tembakan.

Termasuk Alura dan Hellen. Keduanya sama-sama kaget, mereka saling memandang satu sama lain. "Ra, lo denger suara?" tanya Hellen memastikan dirinya tidak salah dengar. Alura mengangguk sebagai jawaban.

Tidak lama setelahnya, terlihat sekitar empat orang personil polisi berlari kearah ruang interogasi Fiona. Terdengar pula suara ricuh para polisi lain halaman belakang kantor.

"TERSANGKA TELAH KABUR! KERAHKAN SEMUA PASUKAN UNTUK MELAKUKAN PENCARIAN," teriak salah satu personil polisi dari dalam ruang interogasi.

"APA?!" Alura dan Hellen serentak berdiri dari duduknya. Mereka kompak melangkahkan kaki menuju sumber suara guna memastikan perihal apa yang sebenarnya terjadi.

Mereka sampai di ruangan itu, dan begitu terkejutnya mereka tatkala melihat jasad sang polisi yang sudah terkapar tanpa nyawa dengan luka tembak di kepala belakangnya, posisinya sama persis dengan posisi Nura sesaat setelah tertembak.

Para polisi segera membagi tugas, ada beberapa yang betugas untuk mengamankan jasad polisi yang menjadi korban dan ada pula beberapa yang memeriksa TKP untuk mencari jejak pelaku.

"Apa yang terjadi? Kenapa—" Alura hendak bertanya pada salah satu polisi yang bertugas memeriksa TKP.

"Tersangka telah membunuh polisi lalu kabur lewat jendela itu," ujar polisi itu seraya menunjuk ke arah jendela yang sebagian besar kacanya sudah pecah berserakan di lantai.

"Fiona kabur?" Hellen masih bertanya keheranan.

Satu hal yang ada di benak Alura saat ini. "Bagaimana caranya Fiona membunuh polisi sedangkan pistolnya sudah di amankan?"

Para personil yang sebelumnya sudah yakin bahwa Fiona yang membunuh sang polisi, kini menjadi ragu. Kalau di pikir-pikir, ada benarnya juga ucapan Alura. Bagaimana bisa Fiona membunuh polisi, sedangkan pistolnya sudah di amankan oleh polisi lain?

"Benar juga, besar kemungkinan ada seseorang yang membantunya atau bisa jadi dia menyembunyikan senjata lain tanpa sepengetahuan kami," ujar polisi itu menduga-duga

BALAS DENDAM Onde as histórias ganham vida. Descobre agora