05. AYAH

325 268 79
                                    

HALO SEMUANYA!
GIMANA KABARNYA HARI INI? SEMOGA BAIK SELALU YA, SEMOGA KALIAN SUKA SAMA PART KALI INI.

— HAPPY READING —


Alura bersandar pada besi pembatas di balkon kamarnya, menatap indahnya langit malam bersama butiran bintang-bintang.

"Ayah, Ayah bangga nggak sama Alura? Alura sudah berhasil masuk ke Harsa School sekarang," ujar Alura berbincang dengan keheningan malam. Ia teringat kenangan masa kecilnya dulu.

"Ayah, lihat! Alura dapat peringkat 1 di sekolah."

Alura kecil berlari menghampiri Ayahnya yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga.

"Oh ya? Pintar sekali anak Ayah," ujar Yohan memeluk tubuh kecil Alura lalu mengecup pucuk kepala anak kecil itu dengan penuh kasih sayang.

"Alura dapat peringkat 1?" Nura datang dengan membawa secangkir teh dan susu untuk suami dan juga anaknya.

"Iya, Ibu."

Sekarang giliran Nura yang memeluk dan mencium pipi Alura. Keluarga kecil itu terlihat begitu hangat dengan canda dan tawanya.

"Ayah, Ibu, apa Alura sudah membuat kalian bangga?"

Yohan dan Nura tersenyum. "Of course, Ibu bangga sama kamu."

"Ayah juga bangga sama kamu, nak. Tapi, ada satu hal yang bisa membuat Ayah lebih bangga."

"Apa itu Ayah?"

"Ketika nanti kamu bisa melanjutkan sekolah di Harsa School."

Tanpa terasa, butiran air mata mulai menetes dari mata Alura. "Alura kangen Ayah, Ayah kenapa nggak berkunjung ke mimpi Alura? Bukannya dulu Ayah sudah berjanji bahwa Ayah akan selalu mengunjungi Alura di dalam mimpi?" ujar Alura menahan sesak di dadanya.

Alura teringat akan janji sang Ayah beberapa tahun silam saat umurnya masih 9 tahun, selang beberapa saat sebelum sang Ayah menghembuskan nafas terakhirnya.

"Kamu temani Ibu kamu di sini ya...." Yohan mengatakannya dengan air mata yang menggenang dan darah yang sudah membasahi keningnya.

"Ayah mau kemana?"

"Ayah akan pergi jauh, Ayah berjanji akan selalu mengunjungi kamu lewat mimpi," ujar Yohan mengusap lembut kepala anaknya.

"Kenapa lewat mimpi? Ayah mau kemana? Ayah tidak boleh pergi!"

"Ayah harus pergi, kamu jaga Ibu ya, kita bermain di dalam mimpi nanti malam ya."

Yohan tersenyum tulus, nafasnya semakin terengah-engah hampir tidak bisa bernafas, mata yang semula menatap sayu pada Alura perlahan mulai terpejam.

"Ayah! Ayah jangan tidur! Alura belum selesai berbicara!"

Alura menggoyangkan tubuh Ayahnya beberapa kali namun ia tidak mendapati respon apapun. Ayahnya benar-benar telah pergi jauh, meninggalkannya untuk selamanya.

Dadanya terasa semakin sesak, satu- persatu memori masa kecilnya kembali memenuhi isi pikirannya, termasuk saat Ayahnya meninggal. Sungguh, itu adalah kenangan terburuk bagi Alura.

BALAS DENDAM Where stories live. Discover now