Chapter : 14

992 63 3
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
.
.
.

'Jika yang santri dengan santriwati, Ustadz dengan Ustadzah, Gus dengan Ning

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Jika yang santri dengan santriwati, Ustadz dengan Ustadzah, Gus dengan Ning. Lalu bagaimana denganku yang fakir Ilmu?'

Hanya video reels Instagram membuat Aqila mengingat lagi perkataan Ibu dari Ustadz Ali.

Tok...tok...tok...
Assalamualaikum

Suara laki-laki dari ambang pintu yang tertutup membuat Aqila beranjak dari tempat tidurnya mengambil masker yang terletak diatas meja riasnya.

'Wa'alaikumsalam'

Cklek!

Pintu terbuka menampilkan sosok pria kurir yang membawa seutas amplop yang berada ditangannya

"Kiriman paket dari Jawa untuk Mbak Aqila mohon tanda tangan disini" pria itu menyodorkan sebuah pena serta kertas kepada Aqila. Setelah menerima barang, Aqila langsung menutup pintunya.

Kedua netranya memandangi surat yang ia pegang dan terletak nama Ustadz Ali disudut surat tersebut. Bukannya dibuka oleh Aqila justru ia hanya menaruhnya dibawah bantalnya. Aqila segera bergegas menuju ketempat lesnya tanpa membaca surat yang ia terima.

"Bu...Qila pergi ngajar les dulu yah. Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam, nanti pulangnya sama bang Akmal yah, mumpung Akmal lagi gak kerja, nanti dijemput sama Bang Akmal" ucap Bu Ratna dari arah Kamarnya

"Iya Bu..."

Setelah memberikan makan untuk Pak Rahman. Bu Ratna meletakkan makanan Pak Rahman diatas meja yang berada disamping kasur. Lalu ia berinisiatif untuk mengambil sarung Bantal untuk kamar Aqila karena Bu Ratna belum sempat mengganti sarung dan sprei Aqila dikarenakan kondisi penyakit Pak Rahman yang sedang kambuh dan sekarang Pak Rahman tergeletak dikamarnya.

"Bu-e, udah bilang sama Aqila tentang perjodohan itu?" Tanya Pak Rahman

"Belum Pak, nanti Ibu bicarakan sama Aqila". Usai mengatakan itu kepada suaminya, Bu Ratna langsung masuk kedalam kamar Aqila. Disana ia langsung menurunkan bantal-bantal Aqila namun kedua netranya mendapati sebuah surat yang di lapisi amplop putih. Tanpa aba-aba lagi tangan Bu Ratna langsung meraih surat itu, kening Bu Ratna mengkerutkan saat mendapati nama dari pengirimnya
Ali Afnan Syabil .

Beberapa menit berlalu...

"Jadi Ibunya Ali menolak Aqila hanya karena Aqila bukan lulusan pesantren atau seorang Mahasiswa?" tanya Bu Ratna matanya berkaca-kaca memandangi Akmal putranya.

MY DREAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang