Chapter : 7

1K 63 0
                                    

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
.
.
.
"Dia terlalu indah untuk dipandang sehingga Allah menyuruhku untuk menundukkan padangan"
- Ali Afnan Syabil -
.
.
.

Setelah berbuka puasa dan Sholat Maghrib juga isya telah usai, keluarga kyai Adnan sudah bersiap-siap untuk menuju kerumah sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah berbuka puasa dan Sholat Maghrib juga isya telah usai, keluarga kyai Adnan sudah bersiap-siap untuk menuju kerumah sakit. Diperjalan yang cukup padat dijakarta membuat para pengendara tidak sabaran untuk bergerak, terdengar banyak suara klakson dari arah belakang mobil yang dinaiki mereka. Akibat kemacatan itu sendiri terjadi akibat karena sebuah truk yang berusaha berbelok kearah kiri, keluar dari jalan simpangan namun terhenti karena mobil yang padat. Kemacatan itu hampir berjalan satu setengah jam.

Sesampainya kyai Adnan dan yang lainnya dirumah sakit tepat nomor kamar urut 108. Disana tepat diambang pintu ada Gus Zafran yang tengah berbicara dengan seorang dokter, tampak sudut bibir Gus Zafran yang terukir sebuah senyuman.

"Zafran" panggil kyai Adnan

Gus Zafran berbalik kebelakang, tatapannya menuju kyai Adnan yang sedang menuju kearahnya.

"Abi..."

Sebuah pelukan hangat antara Kyai Adnan dan Gus Zafran, Gus Zafran merangkulkan kedua tangannya memeluk kyai Adnan hingga bergelinang air mata yang membasahi pipi Gus Zafran

"Bagaimana keadaan kamu dengan Kayla? Tidak ada masalah dalam persalinan tadikan? Dan gimana kabar cucu Abi?"

Gus Zafran menguraikan pelukannya tangan kanannya menghapus air mata yang sedari tadi turun

"Alhamdulillah bi, Kayla baik-baik aja juga persalinannya tadi lancar, cucu Abi juga baik-baik aja, sekarang lagi sama Umminya didalam" Gus Zafran menyalami tangan kyai Adnan, lalu pandangannya teralih kearah Ummi Ranti yang berada dibelakang kyai Adnan, tanpa aba-aba lagi Gus Zafran langsung memeluk Ummi Ranti.

"Akhirnya kamu udah jadi Abi yah Fan, ummi harap kamu bisa menjaga anak dan istrimu nanti, bimbing mereka jika suatu saatnanti anak atau istrimu salah, nasehati mereka jangan membentak seorang perempuan seperti apa yang telah kami ajarkan padamu, kunci seorang istri untuk menuju surga terletak pada suaminya, terletak pada nahkodanya itu sendiri fan."

"Iya Ummi, Zafran Ndak pernah lupain ajaran yang ummi sama Abi ajarkan sama Zafran" ucap Gus Zafran yang menguraikan pelukannya

Cklek

Pintu setengah dibuka oleh Gus Zafran, disana diatas Brankar ada Ning Kayla yang tengah meminum obat dengan jilbab yang masih terpakai menutup dada serta bayi laki-laki yang berada disamping brankarnya. Tatapan Ning Kayla teralihkan pada Gus Zafran yang setengah menampakkan tubuhnya diambang pintu. Singkat saja, Gus Zafran ingin memastikan istrinya sedang mengenakan hijab atau tidak karena sebelumnya ia mendapat pesan dari istrinya yang ingin menggantikan hijabnya setelah persalinan dan untuk itu Gus Zafran sendiri tidak mengizinkan seorangpun yang masuk, bahkan seorang dokter saja dihalangi oleh Gus Zafran hanya karena untuk memastikan keadaan Ning Kayla.

"Humaira apa udah siap ganti hijabnya?" Tanya Gus Zafran sedikit memelankan suaranya

"Udah Nih, memangnya siapa yang datang Mas?"

Dengan segera Zafran membuka pintu itu dan menampakkan kyai Adnan, Ummi Ranti, Zahra, Akmal dan Aqila.

"Ummi, Abi..." kedua netra Ning Kayla terpana melihat Ummi Ranti dan Kyai Adnan datang mengunjunginya, lalu kemana orang tua Ning Kayla?. Ning Kayla sendiri telah kehilangan sang ibunda yang sangat ia cintai namun Allah telah mengambil orang yang paling ia cintai darinya saat masih berumur 16 tahun disusul dengan sang ayah saat Ning Kayla telah menikah dengan Gus Zafran selama 3 bulan lalu Allah sendiri mengambil sang ayah dari Ning Kayla.

🌸🌸🌸

Setelah melaksanakan sholat Qobliyah subuh serta sholat subuh hingga dilanjutkan dengan membaca Al-Qur'an dan sampai matahari terik barulah Aqila beranjak dari duduknya, ia melepaskan mukenanya dan melipat sajadahnya. Kali ini Aqila dan Akmal sudah menempati sebuah rumah baru, rumah kos yang telah dibicarakan oleh Akmal beberapa hari lalu. Dengan waktu 2 setengah jam Aqila mampu menyelesaikan tugas rumahnya bahkan makanan juga sudah disiapkan oleh Aqila hingga waktu menunjukkan pukul 08.45 waktunya sholat Dhuha.

Hari ini Akmal tidak bekerja, karena mulai besoklah ia akan masuk bekerja untuk beberapa hari karena untuk menambah biaya pengeluarannya selama ia tinggal dijakarta.

Setelah Aqila menyelesaikan sholat Dhuhanya ia beranjak dari tempatnya lalu berjalan ke arah lemari disana ada beberapa novel My Dream karyanya sendiri yang sebelum pergi jakarta ia telah mengambil beberapa novelnya. Aqila membungkus tiga novel sesuai dengan permintaan pelanggannya beberapa hari lalu.

Di Caffe momment yang telah dijanjikan dimeja nomor 5 tepatnya dekat arah pintu masuk. Disana sudah ada Aqila, Akmal dan Ali. Semenjak dari tadi Aqila terus menundukkan kepalanya sama halnya dengan Ali. Sejak dari tadi Akmal terus memperhatikan Ali yang ada didepannya yang menundukkan sedikit kepalanya, lalu Akmal juga menoleh kebelakang yang disana ada Aqila sama halnya ia juga menundukkan pandangannya.

"Mau sampai kapan kalian nunduk terus?" Tanya Akmal

"Dia terlalu indah untuk dipandang sehingga Allah menyuruhku untuk menundukkan pandangan" ucap Ali pelan namun itu sedikit samar terdengar oleh pendengar Akmal yang ada didepannya

"Ha? Kamu bilang apa tadi?"

"Ujian Laki-laki menjaga pandangan kepada yang bukan mahramnya dan ujian perempuan adalah menahan untuk tidak dipandang kepada yang bukan mahramnya. Dan sebaiknya wanita benar-benar menjaga diri dari memandang laki-laki yang bukan mahramnya. Fungsi menjaga pandangan untuk terjaganya hati, terjaganya nafsu, terjaganya otak, terjaganya ketaatan kepada Allah, terjaganya dari godaan syeitan, terjaganya kehormatan, terjaganya mata, terjaga dari kemaksiatan. Sebaik-baiknya perempuan adalah menundukkan pandangannya dan sebaiknya laki-laki adalah menjaga pandangannya dari perempuan". ucapan Ali yang begitu jelas mampu membuat sedikit mengukir senyuman tipis dari seorang Aqila, sadar jika dirinya tersenyum dibalik maskernya langsung ia pudarkan Dan menggelengkan pelan kepalanya itu.

🌸🌸🌸

Sampai sini aja dulu👋
Follow 👇
Ig : Hzifah_07
Jangan lupa follow dan vote juga cerita dan akun ini❤️

MY DREAM Where stories live. Discover now