.

.

.

Di luar Luke menatap pintu kamar yang tampak begitu asing baginya. Namun, karena tidak ingin membuat Hendrick menunggu lama, pria itu mengetuk dan langsung membuka pintu.

Ceklek

"Hendrick."

Hendrick menoleh, lalu berdiri memberi ruang pada Luke untuk memeriksa Ziel.

"Periksa bungsuku."

Bungsu? Pikir Luke bingung. Seingatnya bungsu keluarga ini adalah Zergan, sejak kapan makhluk kecil yang sedang tertidur itu menjadi bungsu Dominic?

"Apa yang kau pikirkan? Cepat periksa bungsuku, bodoh." Sarkas Hendrick saat melihat Luke yang melamun, hanya berdiri dan menatap lamat bungsunya.

Dokter itu tersadar dari lamunannya dan mulai memeriksa Ziel. Mengecek suhu tubuh si kecil menggunakan tangan, terasa panas, lalu mengambil termometer dan meletakkannya pada mulut dan ketiak, hasilnya 38°C lalu lanjut memeriksa yang lainnya.

"Bagaimana?"

"Hanya demam biasa. Penuhi cairan tubuhnya dengan minum teratur agar tidak dehidrasi, berikan pakaian yang tipis, pastikan jam tidurnya teratur, banyak istirahat dan untuk makannya berikan makanan dengan tekstur lunak agar mudah ditelan..."

"Jika ia menangis saat bangun nanti itu adalah hal yang wajar, karena kepalanya pasti terasa pusing, tenangkan dan beri pijatan kecil agar rasa sakitnya berkurang dan ini resep obatnya, minum 3x sehari setelah makan."

Hendrick menerima kertas resep itu dan menghubungi Leo yang berada di bawah untuk menembusnya. Tak lupa meminta Dira dan Aletta membuat bubur dan susu cokelat untuk Ziel.

"Siapa bocah manis ini?"

Hendrick mendengus, "Jaga tatapanmu jika masih ingin melihat dunia."

"Calm down dude, siapa dia?" Tanya Luke lagi, dengan rasa penasaran yang membuncah.

"Apa kau tuli? Sudah ku katakan dia adalah bungsuku, bayiku."

"Sialan, kau tentu tau maksudku." Ucap Luke frustasi, membuat Hendrick menyeringai karena berhasil membuat dokter sekaligus sahabatnya itu kesal.

"Ziel Alexander Dominic."

"Di mana kau mendapatkan anak semanis ini?"

"Panti Asuhan."

"Oh, ku kira kau menculik dan mengambil paksa anak ini dari orang tuanya. Malang sekali nasibmu nak, harus mendapatkan keluarga seperti iblis gila ini." Ujar Luke sembari menggerakkan tangannya, menyentuh pipi Ziel.

"Lembut sekali, persis seperti mochi."

"Singkirkan tanganmu."

Luke mendengus lalu mengangkat kedua tangannya ke atas, "Baiklah-baiklah tuan Hendrick yang terhormat."

"Hey berikan aku sedikit makanan untuk sarapan dan jangan lupa bayarannya, aku ke bawah dulu." Setelah mengucapkan itu, Luke keluar menuju lantai 1, meninggalkan Hendrick dan Ziel berdua di dalam kamar.

Hendrick berjalan mendekat dan menyingkirkan rambut yang menutupi dahi Ziel, "Maafkan daddy dan cepatlah sembuh permataku."

Pria dewasa itu melangkahkan kaki keluar menuju kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian. Tak lama kemudian Leo datang membawa obat bersama dengan Aletta dan Dira yang membawa sarapan untuk tuan kecil mereka. Dira meletakkan tray makanan di nakas sebelah tempat tidur, dan Aletta menuju kamar mandi untuk mencuci tangan karena ia akan memasang plester penurun panas pada dahi Ziel.

Ziel Alexander Dominic Where stories live. Discover now