48 - Krokha

10.9K 1.5K 455
                                    

Selamat pagi╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat pagi╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:・

enjoy~

***

Ziel berjalan menuju ruang makan sambil mengendap-endap dan mengenakan masker, Andreas yang sedang duduk di ruang tengah mengernyitkan alis, ada apa dengan adik kecilnya ini?

"кроха."

"Huh?"

Ziel menoleh dengan wajah bingung lalu menunjuk dirinya sendiri memastikan jika memang ia yang sedang dipanggil, Andreas mengangguk mengiyakan.

Bjir bahasa apaan tuh, batin Ziel.

"Kemari." Andreas memanggil Ziel untuk mendekat.

"Mau apa?" Ziel bertanya untuk memastikan jika yang satu ini tidak akan berbuat aneh-aneh.

"Kemari." Ulang Andreas.

Ziel merolingkan mata, ia baru menyadari jika semua saudaranya memiliki satu kesamaan yaitu suka memaksa dan dirinya adalah satu-satunya yang menjadi korban pemaksaan, harus menuruti semua perintah yang ada. Menyebalkan sekali.

Si kecil berjalan mendekat saat sudah tiba di sebelah sang kakak, ia kembali bertanya.

"Heum? Apa kakak?"

Bukannya menjawab Andreas malah bergerak menarik tangan Ziel membuat si kecil langsung mundur menghindari Andreas, membuat empunya lagi-lagi mengernyitkan alis.

"EH MAU APA?!" Karena panik Ziel tak sengaja menaikkan nada suaranya.

"Kenapa?" Tanya Andreas sambil menunjuk mulut Ziel yang tertutupi masker.

"Ehem ga ada... maaf tadi adek bentak kakak.."

Andreas mendengus dan tersenyum teduh lalu berdiri membawa Ziel ke dalam gendongan koala setelahnya menuju ruang makan tentunya untuk makan malam.

"Baby?"

"Iya mami?"

"Bayinya mami kenapa sayang?" Stevanya merasa bingung dengan bungsunya yang mengenakan masker terlebih lagi di Mansion.

"Adek baik-baik aja kok mi hehehe..." tawa sumbar Ziel membuat keluarganya memicingkan mata merasa curiga, apa yang sedang disembunyikan oleh permata mereka?

"Bayi sakit?" Tanya Harvey.

"No, adek sehat kok." Ujar Ziel sambil memberikan dua jempolnya.

"Kenapa pakai masker?" Tanya William.

Ziel hanya menggeleng, tak berniat menjawab pertanyaan kakak keduanya itu.

"Buka maskernya sayang." Pinta Zelda pada Ziel, wanita itu mendekat membuat Ziel menahan maskernya agar tidak dibuka.

Ziel Alexander DominicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang