37

1.2K 30 0
                                    

"Max, dia ..." suara Jean terdengar bergetar dan seperti sedang menahan tangisannya, tapi Jean tidak melanjutkan kalimatnya.

Max berdiri di luar kamarnya dengan ponsel yang menempel di telinga kanannya. Max masih menunggu kelanjutan kalimat Jean tentang siapa dia yang Jean maksud. Apakah dia yang Jean maksud adalah Kevin? Apa Jean mengetahui perselingkuhan Kevin?

"Apa yang terjadi?" Max bertanya ketika Jean hanya diam saja.

"Tidak ada apa-apa. Maaf sudah mengganggumu." Dan Jean malah menyudahi telepon itu.

Max menjadi bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Jean, tapi ia juga tidak ingin menghubungi Jean, sebab ia harus selalu menjaga jarak dari Jean. Lagi pula, apapun yang terjadi pada Jean bukan lagi menjadi urusannya, bukan?

Max kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celananya, lalu mengambil es krim pesanan Lucy. Max akan melupakan apapun yang berhubungan dengan Jean, termasuk perselingkuhan Kevin dan Yura karena itu bukanlah urusannya.

Setelah mengambil es krim, Max kini pergi ke kamar Hera karena Lucy ada di sana. Ini baru jam 8 malam, jadi Lucy pasti belum tidur. Saat masuk, Max melihat Lucy yang sedang mewarnai gambar yang dia buat. Max rasa, Hera dan Lucy sama-sama memiliki ketertarikan dalam seni.

"Paman!" Lucy terlihat begitu bahagia saat kembali melihat Max setelah seharian tidak bertemu dengannya. Lucy bahkan langsung meninggalkan pensil warna dan buku gambarnya untuk menyambut kedatangan Max.

"Di mana Kak Hera?" tanya Lucy.

"Dia lelah, jadi tidur lebih awal. Ini es krimmu. Ayo duduk." Max menaikan Lucy ke kursi, lalu memberikan es krim padanya. Max hanya membawa satu, tapi ia sudah menyiapkan banyak stok es krim untuk Lucy dengan berbagai rasa agar dia tidak cepat bosan.

"Apa kau suka rasa coklat? Atau ingin rasa yang lain?" ujar Max.

"Aku suka coklat. Terima kasih, Paman." Lucy tersenyum dengan begitu manisnya.

"Ya, makanlah. Lalu, kau sikat gigimu dan setelah itu tidur."

"Ya," balas Lucy, lalu mulai menikmati es krimnya.

"Apa Paman mencintai Kak Hera?" dan tiba-tiba saja Lucy mengeluarkan pertanyaan ini untuk Max yang masih berdiri di sebelahnya.

"Siapa yang mengatakan itu padamu?"

"Paman Ravi. Katanya, Paman dan Kak Hera pergi berkencan karena saling mencintai. Jadi, apa Pamam mencintai Kak Hera?" Lucy kembali bicara.

Max tidak menduga kalau Ravi juga suka memperhatikannya dan Hera. Tidak masalah, lagi pula hubungannya dengan Hera sudah terlihat jelas sekarang. Max hanya tskut membayangkan kalau Lucy akan mengeluarkan pertanyaan ajaibnya lagi.

"Ya, paman memcintainya." Max tampak tersenyum ssat mengatakan ini. Kalimat ini terucap di depan Lucy, tapi ia bahkan belum pernah mengatakannya pada Hera. Namun, bukankah tidak penting mengucapkan kalimat itu atau tidak? Bukankah yang terpenting adalah ia dan Hera hidup bersama?

"Lalu, apa itu berkencan?"

Max sudah menduga hal ini. "Apa Ravi tidak menjelaskan padamu apa itu berkencan?"

"Tidak. Paman Ravi memintaku bertanya pada Paman."

"Dasar si berengsek itu," gumam Max dan memastikan ini tidak didengar oleh Lucy.

"Kencan itu ... kau akan tahu saat sudah dewasa. Saat seusia Hera. Kau bisa berkencan setelah 20 tahun, sebelum itu jangan coba-coba melakukannya. Kalau begitu, selamat malam dan jangan lupa menyikat gigimu." Max tersenyum pada Lucy, lalu buru-buru keluar dari kamar itu.

Gadis Jaminan Tuan Max [21+]Onde histórias criam vida. Descubra agora