35

841 32 2
                                    

"Apa yang membuatmu berpikir kalau kau hanya pilihan kedua?" Max bertanya karena tidak memahami apa yang membuat Hera berpikir seperti itu. Sejauh ini, Max yakin semuanya baik-baik saja, tapi kenapa Hera mulai menggoyahkannya?

"Apa kau pernah memikirkan pernikahan?" Hera menanyakan hal lain pada Max.

Max semakin dibuat bingung sekarang. Setelah pilihan kedua, sekarang Hera membicarakan pernikahan. "Bicaralah dengan jelas padaku. Aku benci basa-basi seperti ini." Max menegaskan setiap kata yang ia ucapkan pada Hera.

"Jean yang namanya terukir di cincin pernikahan yang ada di laci kamarmu, apakah dia orang yang sama dengan Jean yang kau selamatkan setelah meninggalkanku saat itu? Aku tidak sengaja menemukan cincin itu ssat mencarikan kuas yang pernah kau ambil dariku."

Setelah fotonya bersama Bobby, Hera kini menemukan cincin yang dulu dengan bodohnya dia pesan karena masih berharap kalau Jean akan kembali dan menikah dengannya. Pada akhirnya, Jean memang kembali, tapi dia akan menikah dengan orang lain.

"Apa kau yakin itu ketidaksengajaan, bukan karena keingintahuanmu tentangku sampai membuatmu membuka barang pribadiku?" ujar Max. Sulit bagi Max untuk berpikir kalau Hera selalu tidak sengaja menemukan sesuatu tentang dirinya.

"Jadi, kau berpikir seperti itu tentangku? Bahkan setelah menemukan cincin itu aku mulai menyadari kalau aku tidak tahu apapun tentangmu." Keadaan menjadi hening setelah Hera kembali bicara pada Max.

"Lalu, apa jawabannya? Apa mereka adalah orang yang sama?" sampai akhirnya, Hera kembali bicara, tapi Max masih belum mengatakan apa-apa.

"Kau diam, jadi itu memang benar. Jika Jean tidak kembali sebagai calon istri orang lain, maka kau pasti akan kembali bersamanya, kan? Bukan denganku." Hera kembali bicara ketika Max terus saja diam.

Max meraih gelas dan ia remas dengan sangat kuat. Mulut Max tidak berkata ya, tapi sejujurnya ia kadang memikirkan hal itu. Jika saja Jean kembali dengan keadaan yang berbeda, bukan sebagai calon istri Kevin, maka bisa saja apa yang Hera katakan tadi bisa saja terjadi. Namun, tetap tidak akan semudah itu bagi Max untuk melepaskan Hera begitu saja.

"Bagaimana jika Jean tidak jadi menikah? Apa kau akan kembali padanya, lalu membuangku?"

"Berhentilah berpikir yang tidak-tidak. Kau hanya akan menyiksa dirimu sendiri dengan terus berpikir seperti itu." Max akhirnya bicara setelah merasa cukup mendengar semua ucapan Hera.

"Kau bahkan tidak menyangkal ucapanku. Kau memang memiliki rencana untuk melakukannya, kan?" balas Hera.

"Hera ...."

"Aku sudah kenyang." Hera memilih pergi meninggalkan meja makan saat Max ingin bicara dengannya.

"Sial! Dari sekian banyak barang yang ada di kamarku, kenapa harus cincin itu yang Hera temukan?" Max bergumam kesal.

***

Karena sempat berdebat dengan Max dan rasa kesal itu masih ada, maka Hera lebih memilih untuk tidur di kamarnya bersama Lucy. Sementara itu, Max yang baru saja kembali dari ruang kerjanya tampak berdecak ketika tidak menemukan Hera di kamarnya.

Max tahu di mana Hera saat ini, maka ia putuskan langsung ke kamar Hera. Max membuka pintu dengan perlahan dan melihat Hera yang sedang tidur begitu nyenyak bersama Lucy. Max tidak bisa membiarkan ini terjadi, jadi ia langsung mengangkat tubuh Hera untuk di bawa ke kamarnya.

Hera tentu saja terbangun ketika ada seseorang yang mengangkat tubuhnya. "Turunkan aku!" ucap Hera. Ia juga sedikit berontak, tapi Max tidak terpengaruh sedikit pun.

Max baru menurunkan Hera setelah menidurkannya di ranjang dan mengunci tubuh Hera agar dia tidak bisa melarikan diri. "Kau boleh marah marah padaku, tapi jangan pernah berpikir untuk meninggalkan kamar ini. Apa kau mengerti?" ujar Max dan setelahnya ia ikut naik ke ranjang, lalu memeluk erat Hera yang terlihat masih begitu kesal.

Gadis Jaminan Tuan Max [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang