16

1.3K 30 0
                                    

Setelah rasa mual dan muntah Max cukup mereda, Hera kini membantunya keluar dari kamar mandi, lalu membuatnya duduk di sofa. Hera menatap Max selama beberapa saat yang saat ini tidak terlihat seperti biasanya.

   "Aku akan mengambil minuman untukmu." Hera kini pergi ke dapur, meninggalkan Max yang tidak ia sadari terus menatap ke arahnya.

   Saat Hera tidak terlihat lagi, Max langsung mengeluarkan ponselnya untuk mencari di internet tentang couvade syndrome yang tadi Hera katakan. Max pikir, itu hanya omong kosong, tapi di artikel dijelaskan kalau itu memang bisa terjadi pada pria yang pasangannya sedang hamil. Semua itu terjadi jika pria stres dan memiliki rasa empati yang begitu besar pada pasangannya atau kata lainnya si pria begitu mencintai dan menyayangi pasangannya. Itulah yang Max temukan di artikel yang ia baca dan membuatnya tampak mengerutkan dahi.

   "Terlalu mencintai dan menyayangi pasangan katanya? Omong kosong!" gumam Max. Max berdecak setelahnya, kemudian mematikan ponselnya dan melemparnya ke sebelahnya. Ia yang tidak percaya pada couvade syndrome, jadi untuk apa mencari tentang hal itu?

   "Aku pria, jadi mana mungkin mengalami gejala kehamilan?" ucap Max setelahnya. Tidak lama, Hera datang membawa segelas air hangat untuk Max.

   "Minumlah," ucap Hera.

   Max sempat melirik Hera, sebelum mengambil air pemberiannya, dan meminumnya. Max merasa sedikit lebih baik sekarang, tapi ia malah menginginkan sesuatu yang asam, padahal biasanya ia tidak menyukai makanan asam.

   "Apa menurutmu makan sesuatu yang asam adalah pilihan yang bagus? Wanita hamil biasanya menginginkan makanan asam, kan?" Max kembali bicara setelah ia selesai minum.

   "Bagaimana dengan permen yang rasanya asam? Tidak buruk, kan? Untuk meredakan mualmu," ucap Max lagi.

   "Aku tidak menginginkannya. Mualku juga sudah tidak terasa. Apa kau yang ingin permen asam?" Hera terlihat bingung.

   Max tiba-tiba bangkit, kemudian berdiri tepat di depan Hera. "Kenapa? Apa itu aneh?" Max balik bertanya pada Hera.

   "Tidak ...."

  "Kalau begitu, nada bicaramu bisa biasa saja, kan?" Max dengan cepat membalas ucapan Hera dan setelahnya pergi.

   "Aku bicara biasa saja. Memangnya kenapa dengan nada bicaraku?" Hera sungguh tidak memahami apapun sekarang.

   Setelah meninggalkan Hera, Max kini menemui Ravi dan memintanya untuk mencari permen yang rasanya asam. Permintaan Max sebenarnya sangat aneh untuk Ravi, tapi sebagai seorang anak buah, maka Ravi tidak bertanya banyak hal dan langsung pergi mencari permen yang Max minta.

   Lebih dari 30 menit Ravi pergi, kini ia telah kembali dan membawa permen yang Max minta. Ravi tidak tahu permen seperti apa yang Max inginkan, jadi ia beli beberapa jenis. "Apa ada hal lain yang Anda butuhkan?" tanya Ravi setelah meletakan permen itu di atas meja.

   "Tidak ada. Kau bisa pergi sekarang." Max mengibaskan tangannya sebagai isyarat agar Ravi cepat pergi dari hadapannya.

   Begitu Ravi pergi, Max mulai membuka salah satu permen, lalu memakannya. Sungguh, sebelumnya, Max sangat tidak menyukai makanan yang rasanya asam, tapi saat menikmati permen asam ini ia malah menikmatinya karena rasa asamnya yang menyegarkan.

   Sementara itu, Hera yang kebetulan belum tidur, kini melihat Max yang duduk dengan begitu banyak permen di hadapannya. Hera sedikit mendekat dan ia melihat kalau semua itu adalah permen asam dan Max terlihat begitu menikmatinya. Hera juga pernah mendengar kalau wanita hamil biasanya menyukai rasa asam di awal kehamilan, tapi ia malah merasa tidak tahan melihat semua permen asam itu.

Gadis Jaminan Tuan Max [21+]Where stories live. Discover now