6

2.1K 37 0
                                    

Saat Max masuk ke kamar Hera, ia melihat Hera yang menggulung tubuhnya dengan selimut, dia menggigil, tapi tubuhnya penuh dengan keringat. Hera juga mengingau dengan terus memanggil sang ayah. Max meletakan tangannya di dahi Hera dan ia bisa merasakan kalau suhu tubuhnya sangat panas.

   "Panggilkan dokter!" ucap Max pada anak buahnya yang masih saja terdiam di tempatnya dan hanya menatap Hera saja.

   Sedangkan Hera dengan cepat meraih tangan Max dan ia genggam dengan erat, masih dengan mengigau memanggil ayahnya. Max ingin menarik tangannya karena perbuatan Hera terasa mengganggunya, tapi Hera malah semakin memeluk tangannya dengan begitu erat. Max sempat berdecak kesal, lalu ia menyadari ada yang aneh dengan luka di tangan Hera, ia baru menyadari kalau perbannya sepertinya belum diganti bahkan tidak tertutup rapat, luka yang seharusnya sudah mulai kering, kini tampak memerah.

   "Apa lukanya infeksi?" gumam Max.

   Di sisi lain, Yura yang sudah selesai mengancingkan bajunya masih menunggu Max kembali, tapi pria itu tidak kunjung kembali, hanya anak buahnya saja yang terlihat keluar dengan wajah panik. Yura yang penasaran akhirnya memutuskan untuk pergi ke kamar Hera untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Begitu sampai di sana, Yura melihat Max yang duduk di ranjang dan membiarkan Hera memeluk tangannya dengan begitu erat. Biasanya, pria itu tidak suka diajak bersentuhan jika tidak sedang bercinta, tapi sekarang dia membiarkan Hera memberikan sentuhan sesuka hatinya.

   "Apa yang terjadi padanya?" tanya Yura.

   "Dia demam, mungkin lukanya infeksi," jawab Max.

   "Kenapa kau masih di sini? Aku sibuk, jadi pulanglah," ucap Max lagi.

   "Ya." Walau berat dan merasa sangat kesal, tapi Yura tidak berani melawan ucapan Max. Yura pun pergi meninggalkan kediaman Max.

***

   Seperti dugaan Max, Hera memang demam karena lukanya infeksi, dokter sudah memastikan hal itu. Hera sudah besar dan sudah dewasa, usianya bahkan sudah 20 tahun, jadi Max pikir, dia tahu bagaimana cara merawat lukanya dengan benar, tapi ternyata tidak. Hera bahkan tidak pernah meminum obatnya dan tidak pernah mengganti perbannya. Max juga tidak mengerti kenapa ia baru memyadari hal itu sekarang.

  Setelah diberi obat oleh dokter, keadaan Hera kini telah membaik, demamnya telah mulai turun dan dia juga sudah terlihat tenang dalam tidurnya. Hera adalah jaminannya, seseorang yang seharusnya menghasilkan uang untuknya, tapi Max tidak mengerti kenapa malah dirinya yang terus mengeluarkan uang.

   Sembari menunggu Hera terbangun dari tidurnya, Max masuk ke ruang kerjanya setelah tadi salah satu anak buahnya telah mendapatkan informasi yang ia inginkan. Max menyalakan iPad yang ada di atas meja kerjanya, lalu membuka sebuah dokumen yang memuat segala informasi tentang Liam. Max penasaran pada pria itu, jadi ingin tahu tentang siapa dia sebenarnya. Max kagum pada anak buahnya yang bisa mengumpulkan cukup informasi dalam waktu yang bisa dikatakan singkat.

   Liam adalah anak dari pasangan suami istri yang berprofesi sebagai guru, tapi dia enggan mengikuti jejak orang tuanya dan lebih memilih untuk menjadi seorang penulis. Dalam dokumen itu tertulis kalau saat berusia 17 tahun, Liam pernah terkena masalah karena ketahuan menguntit seorang gadis yang satu kelas dengannya. Dari catatan kepolisian diketahui kalau gadis yang dulu melaporkan Liam ditemukan meninggal di sungai tidak sampai sebulan setelah laporan itu dibuat, kematiannya ditetapkan sebagai bunuh diri, tapi ibu dari gadis itu bersikeras mengatakan kalau anaknya tidak mungkin bunuh diri bahkan mengatakan kalau Liam terlibat dengan kematian putrinya, tapi tidak ada bukti yang bisa mendukung ucapannya dan Liam juga berhasil membuat alibi kalau malam itu dia bersama teman-temannya untuk sebuah perayaan ulang tahun.

Gadis Jaminan Tuan Max [21+]Where stories live. Discover now