29

2.4K 38 1
                                    

Max tersenyum kecil ketika menyadari kalau ia mulai membayangkan mengatakan kalimat yang seakan meminta Hera untuk memilikinya. Max merasa sangat bodoh karena membayangkan hal seperti itu, padahal ia sendiri yang menghindari semuanya.

"Lupakan saja. Ayo berendam dan kita bisa bicara di sana." Pada akhirnya, hanya ini yang Max katakan, lalu ia kembali menggendong Hera.

Saat ini, Max dan Hera sudah ada di bathup yang sama untuk berendam bersama. Max pun sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Lucy. Walau Max terlihat tidak peduli pada Lucy, tapi Max menghargai kekhawatiran Hera dan meminta salah satu anak buahnya untuk mengikuti Lucy dan Sam, lalu ditemukan fakta kalau Sam terlibat sindikat perdagangan anak dan Lucy adalah korbannya.

Hera begitu terkejut mendengarnya, tapi lebih terkejut lagi saat mengetahui kalau Max yang terlihat dingin dan tidak peduli malah berakhir sebagai penyelamat Lucy. Hera bahagia karena ia merasa seolah melihat Max yang dulu.

"Apa Lucy dijual oleh orang tuanya sendiri?" tanya Hera.

"Aku tdiak yakin mereka memang orang tua Lucy. Bisa saja mereka hanya orang tua angkat Lucy. Aku sedang menyelidikinya," jawab Max, lalu mengangkat Hera agar duduk dipangkuannya dan ia bisa melihat wajah cantiknya.

"Ternyata kau masih punya hati," ujar Hera.

"Apa kau berpikir seperti itu?"

"Aku rasa begitu." Hera tampak tersenyum pada Max.

"Lalu, apa yang akan kita lakukan pada Lucy sekarang?" Hera kembali bertanya pada Max.

"Aku belum punya ide apapun, selain memindahkannya ke kamar lain. Lucy tidak seharusnya ada di sini, kan?"

"Maksudmu, kau akan meninggalkannya sendirian lagi? Bagaimana bisa seperti itu? Orang-orang itu pasti masih mengincarnya, jadi biarkan dia tetap di sini demi keselamatannya."

"Akan ada pengawalku yang menjaganya."

"Tetap saja aku tidak akan tenang. Lucy boleh tetap di sini, kan?"

"Kita sedang berlibur, bukan memjadi pengasuh." Max menatap lekat Hera.

"Kau akan menjadi seorang ayah, kan? Kau bisa belajar sekarang." Suasana mulai terasa berubah setelah Hera mengatakan hal ini pada Max.

Keheningan seketika menyelimuti Hera dan Max. Max tahu kalau ia harus belajar menjadi seorang ayah, tapi Hera juga akan menjadi seorang ibu, kenapa dia tidak pernah menyinggung hal itu? Apa Hera sungguh tidak pernah menyanyangi anaknya?

"Apa kau tidak menyanyangi anakmu? Kau bisa begitu peduli pada anak orang lain, lalu bagaimana dengan anakmu sendiri?" Max kembali bicara setelah sempat terdiam selama beberapa saat.

"Jika kau meninggalkannya, lalu utangmu lunas. Bukankah kau akhirnya akan sama saja seperti orang yang ingin menjual Lucy?" Max kembali bicara dan Hera sungguh dibuat terkejut oleh ucapannya.

Hera tidak menduga kalau Max akan mengatakan itu padanya. Max yang membuat kesepakatan itu, lalu sekarang bicara seolah ia adalah orang jahat yang menjual anaknya sendiri. Hera memang pernah mengatakan itu pada Max, tapi menyakitkan rasanya ketika Max mengembalikan kata-kata itu padanya.

"Lalu, apa yang kau inginkan dariku? Apa aku harus tetap bersama anakku? Lalu, bagaimana dengan utang Ibuku? Aku tahu kau tidak sebaik itu untuk menghapus utang sebanyak itu secara cuma-cuma. Atau aku harus menjadi pelacurmu untuk melunasi utang itu?"

"Hera!" Max meninggikan suaranya setelah Hera menyebut dirinya sebagai pelacur untuknya.

"Aku sudah selesai." Hera ingin pergi, tapi Max memegang pinggangnya dengan erat.

Gadis Jaminan Tuan Max [21+]Where stories live. Discover now