18

1.2K 27 0
                                    

Setelah proses penyambutan itu, Bos Tiger mengajak Max dan Bobby untuk duduk bersamanya untuk menikmati teh yang telah disiapkan. Kevin dan Jean juga ada di sana, dimana Jean telah diperkenalkan sebagai calon istri Kevin.

Max dan Bobby memperlihatkan wajah bahagia mereka ketika Jean diperkenalkan, tanpa menunjukkan sikap yang memperlihatkan kalau mereka dan Jean saling mengenal di masa lalu. Tidak peduli bagaimana gejolak perasaannya saat ini, Max bisa menyembunyikan semua itu, bahkan tidak sekalipun melirik ke arah Jean.

Sedangkan Jean sungguh tidak menduga semua ini, kalau Max dan Bobby adalah dua dari beberapa orang beruntung yang dibantu bisnisnya oleh seorang Bos Tiger. Dulu, Max dan Bobby hanyalah dua anak muda yang tidak punya apa-apa, tapi sekarang, mereka sepertinya memiliki segalanya. Jean senang melihatnya, tapi kenapa takdir mempertemukannya dengan Max di saat seperti ini?

Di tengah obrolan itu, Kevin terlihat menyalakan rokoknya dan Max yang melihat hal itu mulai waspada. Max takut dirinya akan mual lagi, tapi entah bagaimana cara menjelaskan semua ini, sebab pergi duluan juga tidak bisa menjadi pilihannya.

"Ada apa, Max? Kau terlihat kurang sehat," ujar Bos Tiger yang menyadari Max tidak ssperti biasanya.

"Saya baik-baik saja. Bagaimana jika Bos istirahat dulu? Kamarnya telah disiapkan." Max tidak bisa memperlihatkan kalau dirinya sedang tidak baik-baik saja.

"Jika kau sakit, maka katakan saja kalau sakit. Kita manusia yang bisa merasakan sakit dan itu bukanlah hal yang memalukan. Istirahatlah." Bos Tiger menepuk pundak Max beberapa kali, sebelum akhirnya pergi ke kamarnya untuk beristirahat.

Ketika Bos Tiger sudah pergi ke kamarnya, Kevin tampak sedikit menjauh ketika menerima telepon, menyisakan Max, Jean, dan Bobby yang masih ada di meja yang sama. Suasana terasa begitu canggung, tapi Jean terlihat jelas kalau dia ingin bicara dengan Max.

"Apa kau sungguh sakit?" Jean akhirnya bertanya dan ia terlihat khawatir pada Max.

"Jangan pernah mencoba untuk dekat dengan pria lain, selain calon suamimu. Ini demi keselamatanmu." Max menjawab dengan dingin dan setelahnya pergi.

"Uang memang menarik, kan?" Bobby sempat tersenyum pada Jean, kemudian mengikuti Max.

Jean masih terdiam di tempatnya, menatap Max yang menjadi begitu dingin padanya. Semakin waktu berlalu, Jean pikir perasaannya akan berubah pada Max, apalagi ia yang dulu memilih untuk pergi meninggalkannya karena tidak percaya bahwa cinta cukup untuk membuatnya bahagia, tapi ternyata 10 tahun tidak bisa benar-benar menghilangkan perasaannya pada Max. Namun, semua ini adalah pilihannya, jadi ia akan menghadapinya.

***

Melihat Max pulang dari bekerja bukanlah hal baru untuk Hera, tapi melihat Max pulang dengan raut wajah murung bahkan masam adalah hal yang tidak biasa. Max masih sempat bertanya apakah ia sudah makan, lalu minum susu, dan juga vitamin, tapi setelah mendapatkan jawaban Max langsung pergi tanpa mengatakan apapun lagi.

Max langsung masuk ke kamarnya, melepas jas serta melonggarkan dasinya, lalu berteriak sembari memukul meja. Teriakan Max sangat keras sehingga terdengar sampai keluar kamarnya. Hera yang belum masuk masuk ke kamarnya mendengar teriakan Max yang membuatnya perlahan mendekati kamar pria itu.

Hera mendorong pintu kamar Max yang tidak tertutup dengan baik dan ia melihat Max yang terus berteriak, sementara tangannya terlihat sudah mulai berdarah.

"Max ..." kalimat Hera tertahan karena ia begitu terkejut ketika Max melempar botol parfum ke arahnya, tapi beruntung botol itu tidak mengenai Hera. Melihat Max seperti ini membuat Hera langsung mengingat Aaron yang pernah melakukan hal serupa.

Gadis Jaminan Tuan Max [21+]Where stories live. Discover now