27 : Butterfly Necklace

844 118 9
                                    

Disc! Terdapat sedikit campuran broken English. Alasannya karena kalau pake bahasa gaul atau baku jadinya aneh(?).

-Happy Reading Y'all-

***

"Zen! Makasih ya tadi udah bantuin gue ngerjain fisika."

Zen yang baru saja keluar lima langkah dari dalam kelas langsung menoleh guna melihat siapa yang memanggilnya. Kedua sudut bibirnya terangkat ke atas menampilkan senyuman manis dipandang mata. Tidak hanya gadis yang menghampirinya, tapi beberapa gadis yang melihatnya pun ikut salah tingkah dibuatnya.

"My pleasure, Dhea." Zen membalas seraya mengangguk, sukses membuat gadis yang dipanggil Dhea itu kegirangan. Gadis itu mempercepat tungkainya, menyamakan langkahnya untuk berjalan bersebelahan dengan Zen. 

"Lo lagi pengen sesuatu gak, Zen?" tanya Dhea mencari topik pembicaraan. Sayang, kalau hanya sebatas mata saja yang mereka obrolkan, pikirnya

"Sesuatu?" Dhea menjawab dengan anggukan antusias. 

Menatap gadis di sebelahnya sebentar. Pandangan Zen perlahan turun ke bawah, perhatian tertuju pada sesuatu yang melingkar di leher mulus Dhea. Liontin kupu-kupu berwarna merah darah itu cukup menyita perhatiannya. Tak ayal jantung Dhea berdegup dua kali lebih cepat melihat netra kecokelatan bak daun musim gugur itu memandang ke arahnya.

"K-kenapa?" Dhea bertanya dengan nada gugup

Zen kembali menatap sang gadis. "I love your necklace, Dhe. Cantik," pujinya. 

Mendengar pujian itu sontak menimbulkan semburat merah di pipi Dhea. Tidak disangka jika Zen begitu teliti hingga memperhatikan kalungnya. Berpikir bahwa tidak sia-sia ia meminta hadiah kalung di hari ulang tahunnya beberapa bulan lalu. 

Tatkala perasaan Dhea senang bukan main karena dipuji oleh Zen. Zen kembali mengeluarkan suara membuyarkan angan-angan Dhea yang mulai berpikir ingin menggunakan adat apa nantinya. 

"That's why I want it. Can I?" Zen memang tersenyum, tapi senyumannya kali ini terasa berbeda dan penuh arti. Membuat gadis yang sebelumnya tersipu malu kini merasakan alarm bahaya berbunyi di kepalanya. 

"Maksudnya, kalung gue?" tanya Dhea memastikan. Senyumannya yang semula terlihat riang kini tergantikan dengan senyum canggung.

Leher lo. 

Zen mengangguk. "Hm. Boleh?"

Dhea tidak langsung menjawab. Menimang permintaan Zen yang ternyata di luar ekspektasinya. Lantaran kalungnya ini adalah barang lelangan yang harganya sangat fantastis dan tentunya sulit didapatkan. Ia perlu merengek seminggu penuh kepada orang tuanya demi mendapatkan apa yang dia mau.

Di sudut pandang lain. Ada Venus yang dari awal memperhatikan Zen dan Dhea dari kejauhan. Niatnya ingin merealisasikan saran dari Kiana, namun ketika sampai dirinya malah disuguhi salah satu adegan yang ada di novel Je Te Veux. 

Adegannya terlihat sama persis seperti apa yang penulis buat. Dhea yang mencari perhatian, hingga Zen yang meminta sesuatu yang berharga bagi Dhea. Gadis itu mungkin dilema menanggapi permintaan Zen, tapi seolah sudah di setting bodoh, ia langsung memberikannya begitu saja. Beranggapan bahwa itu akan menjadi titik di mana kisah cintanya dan Zen akan bermulai dari sana. 

Namun, kenyataannya malah sebaliknya. 

Setelah mendapatkan apa yang dia mau. Pemuda berzodiak Leo itu tanpa perasaan membuang benda yang diberikan Dhea ke kotak sampah. Seakan liotin itu hanyalah benda mainan yang tidak ada harganya dan bisa dibeli di pasar loak.

ZENNUS: ZvezdaWhere stories live. Discover now