04 : Penyelidikan

2.4K 369 58
                                    

Venus berencana meminta Vanca untuk berangkat ke sekolah bersamanya menggunakan motor pribadi milik Electra, tapi rencana itu dia urungkan ketika Reo datang untuk menjemput Vanca.

Tidak memiliki rencana untuk masuk ke dalam kisah asmara dua sejoli itu dan melihat respons Reo yang terlihat tidak begitu menyukainya. Alhasil Venus meminta pak Hadi untuk mengantarnya.  

Ada dua alasan mengapa Venus tidak menggunakan motor ke sekolah. Pertama karena dia tidak bisa mengendarai motor. Jika dia memaksakan diri bisa-bisa dia mati karena kecelakaan. Lalu, alasan lainnya adalah dia tidak tahu arah. Takut nantinya tersesat dan lebih parahnya lagi dia bisa diculik. Walau kata penulis wajahnya di bawah standar, tapi harga organnya tetaplah mahal. 

Venus memperhatikan setiap siswa-siswi yang berlalu-lalang di sepanjang koridor. Dari setibanya di sekolah 15 menit yang lalu, dia hanya melangkah tak tentu arah. Tidak tahu di mana kelasnya berada. 

Ini gue mau nanya di mana kelas gue, takut dibilang sokab. Tapi, kalo gak nanya gue gak tau di mana letak kelasnya.

Kiana dari tadi gue tungguin malah gak nongol-nongol batang hidungnya.

Venus menggerutu dalam hati. 

Dia ingin bertanya pada salah satu dari mereka yang berlalu lalang, tapi mengingat kepribadian asli Electra yang introvert level max membuat Venus berpikir ulang dalam tindakannya.

Bukannya malah aneh jika Electra yang notabenenya murid sekolah ini tidak tahu letak di mana kelasnya?

Venus mendesah pasrah menghadapi kesialan keduanya hari ini, karena kesialan pertamanya adalah bertemu Reo. Ya, bertemu pemuda itu saja sudah ia anggap sebagai kesialan.

"Electra!"

Panjang umur!

Venus menoleh kepala mendapati Kiana yang datang dari arah belakang dengan berlari kecil mendekatinya.

"Gue Venus," koreksi Venus setibanya Kiana di sebelahnya.

"Iya, Venus maksud gue." Kiana meralat ucapannya seraya mengusap tengkuk leher. Jujur, dia tidak terbiasa menyebut panggilan Electra dengan nama Venus. Sebab, 2 tahun lalu ketika Venus berkenalan dengannya, dia memperkenalkan diri dengan nama Electra, bukan Venus.

"Lo gak bawa motor, ya?"

Dalam 2 tahun ini Venus menggunakan kendaraan sendiri, aneh rasanya melihat Venus diantar pak Hadi, pikir Kiana.

Venus mengernyit dahi. "Tau dari mana?"

"Anak-anak di parkiran tadi nanya ke gue soal lo. Katanya, kenapa lo gak ada nongol sama sekali. Terus, ada yang bilang kalo lo berangkatnya diantar sopir."

"Urusan sama mereka apaan?"

"Kayak lo gak tau mereka aja. Lo 'kan kembarannya Vanca, jadi berita soal lo mereka gak akan pernah ketinggalan," jawab Kiana.

Ah, Venus lupa jika dirinya sudah menjadi suatu objek pembicaraan bagi mereka. Haruskah ia berterima kasih pada Vanca? Karenanya yang menjadi incaran siswa terkenal, dirinya jadi ikut terseret masuk ke dalam daftar gosip juga.

"Lagian, lo tuh biasanya udah nongol dari jam 6.30 pagi di parkiran. Ngeliat lo gak nongol-nongol, makanya bikin mereka penasaran," sambung Kiana.

"Oh," tanggap Venus singkat. "Ya udah, ke kelas, yuk? Gue capek dari tadi muter-muter," ajaknya.

Kiana mengernyit dahi. "Lah, lo ngapain gak ke kelas kalo udah dari tadi berangkatnya?"

"Nungguin lo," Venus menjawab seadanya, karena idak mungkin dia memberitahu alasan yang sebenarnya pada Kiana. Cukup semalam saja dia bertindak seperti orang gila.

ZENNUS: ZvezdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang