03 : Nasib yang Sama

2.5K 421 32
                                    

Mobil dengan logo burung berwarna merah di atasnya berhenti di depan sebuah area perumahan. Dua dari tiga orang penumpang yang berada di dalam mobil keluar bersamaan dan satu penumpang yang masih tinggal meminta sopir tersebut untuk menunggu sebentar.

"Sori, gue gak bisa nganter lo ke dalem, nyokap gue udah rewel minta gue pulang cepet." Kiana yang berada di dalam mobil berbicara dengan kepala keluar kaca.

"Gak papa, Ki. Santai aja," balas Venus. Tangannya masih dipapah oleh Vanca yang berada di sebelahnya.

"Kalau ada apa-apa langsung telepon gue, dan kalau besok lo ngerasa gak enak badan, lebih baik gak usah sekolah, nanti gue absenin." ujar Kiana yang diangguki oleh Venus. Perhatian Kiana teralih pada Vanca. "Jagain temen gue," pinta Kiana dengan nada memerintah.

Agak terdengar aneh memang, tapi Vanca mengangguk dengan mengiyakan apa yang dikatakan oleh Kiana. Dirinya pun sadar bahwa Kiana tak menyukainya, namun dia tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut.

"Gue balik, Ven," pamit Kiana.

Venus hanya menatap kepergian mobil biru itu dengan senyum tipis, kemudian berbalik melihat ke arah rumah yang akan disinggahinya dalam kehidupan barunya.

"Lepas," pinta Venus. 

Vanca tidak menanggapi, dia malah menatap Venus dengan kerutan di dahinya. Dia dan Venus memang tidak akrab sebagai mestinya saudari kembar, tapi kenapa Venus saat ini seperti orang  lain di matanya? batinnya. 

"Lo tuli?" Venus menoleh ke samping, tatapan sedikit turun karena tubuhnya sedikit lebih tinggi. "Gue bilang lepas."

"Tapi, Ven ...,"

"Lo masuk duluan," titah Venus tanpa peduli dengan kekhawatiran yang Vanca perlihatkan.

Alasan Venus bertingkah seperti anjing penurut seperti sebelumnya hanya karena dia ingin sedikit mengecoh alur novel. Ia masih memiliki dendam tersendiri kepada penulis novel sebab beliau mengatakan bahwa wajahnya di bawah standar.

"Kamu basah loh, Ven. Gak mungkin aku ninggalin kamu di luar." ujar Vanca yang sudah melepaskan tangannya dari Venus, itu pun karena Venus menarik diri paksa.

"Kalo lo gak masuk duluan, gue gak akan mau menginjakkan kaki gue di rumah itu," ancam Venus.

Venus tahu kelemahan Vanca, makanya dia menggunakan dirinya sendiri sebagai umpan. Di tambah kedua orang tuanya yang jarang pulang karena memiliki bisnis di luar kota membuat Vanca tidak bisa berkutik.

"Oke, aku masuk. Tapi, kamu jangan terlalu lama di luar. Aku takut kamu sakit," kata Vanca menyetui permintaan Venus. Dia melangkah masuk ke dalam rumah meninggalkan Venus sendirian.

Venus hanya menatap punggung Vanca tanpa ekspresi, kemudian perhatiannya teralihkan pada rumah di depannya.

Vanca dan Electra termasuk keluarga berada, tidak ada masalah keuangan selama 18 tahun terakhir, namun kedua orang tuanya jarang ada di rumah karena keperluan bisnis.

Usia saudari kembar itu hanya terpaut 5 menit saja. Dengan Vanca yang lahir di menit pertama membuat Vanca memiliki tanggung jawab dalam dirinya. Ia merawat Electra dengan baik, dan ada kalanya ketika Electra sakit maka Vanca akan merawatnya, begitu pun sebaliknya.

Hingga, tibalah di mana ketika keduanya berusia 10 tahun. Semuanya berubah. Orang tuanya mulai lebih condong memberikan perhatian pada Vanca. Mengingat paras dan kecerdasan Vanca lebih baik dari si adik kembar. Dan, Electra yang memiliki karakteristik biasa-biasa saja hanya mendapatkan sisa-sisa dari yang Vanca miliki.

Electra memang benci dengan situasi yang membuatnya berada di belakang Vanca, tapi tidak sekali pun dirinya memiliki niat jahat terhadap Vanca. Dia hanya menutup diri, dan lama kelamaan menjadi orang asing.

ZENNUS: ZvezdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang