21 : Melewati Batas

1.6K 202 37
                                    

Seluruh anggota Rex diberitahukan untuk berkumpul di markas utama. Puluhan kendaraan beroda dua dan empat dari berbagai macam jenis dengan nominal tidak murah itu terparkir di depan bangunan bertingkat dua. Bukan flexing, tapi itulah kenyataannya bahwa mereka adalah anak-anak golongan kelas atas. 

Cuaca kali ini tidak begitu bagus. Terlihat langit mulai diselimuti awan hitam. Sesekali suara guntur turut terdengar, mengecoh gendang telinga bagi orang-orang yang mendengarnya.

Di basement, tampak seluruh anggota Rex berkumpul di sana. Sahutan demi sahutan tak ayal memenuhi ruang bawah tanah tersebut. Hingga beberapa detik kemudian, suasana mendadak senyap kala ketujuh pemuda yang bisa dibilang sebagai pelopor Rex memasuki ruangan. 

"REX!" 

"NO FEAR! ALL POWER!" 

Kontan seluruh anggota mengucapkan slogan Rex secara serempak hingga bergema ke seluruh ruangan. Posisi tubuh yang semula pletat-pletot pun kini berganti menjadi tegak dan baris beraturan dengan ke dua tangan terlipat di belakang.

Reo, selaku ketua Rex tanpa basa-basi langsung menyampaikan tujuannya yang mengumpulkan mereka. Sedari awal kedatangannya, air mukanya sudah tidak enak dilihat. Ditambah, beberapa kali ia bertanya, namun tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Juga, penerangan yang cukup remang menambah kesan menegangkan bagi seluruh anggota Rex. 

Jika sudah begini, tidak ada celah bagi mereka untuk menghindar dari amukan sang ketua. 

"Ulangi."

Volume suaranya tidak tinggi, namun terkesan dingin dan menusuk hingga orang-orang yang berdiri di depannya tidak mampu untuk membuka suara sedikit pun, bahkan bergerak barang se-inci pun tidak berani. 

Sementara, enam orang yang berdiri di belakang pemuda itu hanya diam dan memperhatikan. Merasa bukan lagi ranah mereka untuk menghentikan temannya yang tampak menahan amarah. 

"Gue gak ngomong dua kali," ucap pemuda itu sekali lagi, masih dengan intonasi yang sama. 

"Maaf, Yo," salah satu di antara mereka bernama Ervan akhirnya memberanikan diri untuk membuka suara. Posisinya sama seperti yang lain, yaitu menunduk dengan kedua tangan terlipat di belakang. 

"Gue gak butuh permintaan maaf. Yang gue butuh itu penjelasan, bangsat!" umpat Reo dengan intonasi meninggi. "Gue udah berulang kali ngomong ke kalian, selagi kalian di luar wilayah jangan banyak gaya!"

Selepas upacara pagi tadi, Reo mendapat kabar bahwa salah satu anggota Rex cedera parah hingga dilarikan ke rumah sakit. Penyebabnya adalah aksi pengeroyokan yang dilakukan oleh salah satu geng yang menjadi musuh Rex selama beberapa bulan terakhir. 

Dan, yang menjadi alasan mengapa aksi pengeroyokan itu terjadi karena ada tiga orang anggota Rex yang menggeber-geberkan kendaraan ketika melewati kawasan musuh. Sepele memang, tapi bagi mereka yang bergabung ke dalam geng, hal tersebut dianggap sebagai tantangan atau mencari masalah. 

Alhasil, satu anggota Rex yang tidak tahu-menahu atas hal itu menjadi korbannya. 

"Gue dan temen-temen gue memperluas kawasan supaya kalian gak disepelekan! Bukan malah songong cari masalah sana-sini!" tambahnya, dengan mata berkilat marah. Cukup kecewa bahwa peringatannya tidak diidahkan oleh para anggotanya sendiri. 

Anggota Rex hanya bisa terdiam mendengar amukan Reo. Ingin membela diri pun tidak ada gunanya, walau hanya tiga orang yang salah, namun tetap saja nama Rex ada dalam jiwa mereka.

"DENGAR GAK LO SEMUA, TOLOL!" 

"SIAP, DENGAR!" Rex menjawab serentak.

Reo menyugar rambutnya kasar. Menoleh pada teman-temannya yang sedari tadi diam.

ZENNUS: ZvezdaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum