Ketika membuka pintu kamar cowok itu, Jiro sedang duduk di sofa sambil memainkan ponsel. Dia masih mengenakan pakaian tadi. Kalila bersedekap dan menggeleng. "Kak, kenapa belum mandi?"

"Nanti. Kalaupun semua orang pergi, gue bisa pergi belakangan, kan."

Kalila melirik pintu yang terbuka lebar, lalu menatap Jiro kembali. "Kak, di bawah ada Kak Adam. Enggak turun nyapa?"

Jiro menoleh sambil menaikkan alis. "Nanti juga ketemu."

"Kak Adam baru datang."

"Terus?"

"Ayo sapa?"

"Nanti juga ketemu." Jiro kembali menjawab seperti sebelumnya. "Kayak dia habis dari planet pluto aja."

Kalila mendelik. Mengapa dari perkataan, Jiro terkesan sensi? "Kak...? Kenapa?"

Jiro menaikkan alis heran. "Gue kenapa?"

"Enggak kenapa-kenapa, ya...?"

"Emang lo mikir gue kenapa-kenapa?" Jiro berdiri dan mendekat. Dia menarik pinggang Kalila hingga Kalila melotot. 

"Kak!" Diliriknya pintu kamar Jiro yang terbuka lebar. "Nanti ada yang lihat!" bisiknya.

Jiro melepas tangannya dari pingang Kalila, lalu Kalila segera kabur dari kamar cowok itu sebelum Jiro bertindak nekat. Yah, meskipun tak mungkin juga Jiro mencari gara-gara. Sama saja cowok itu ingin cari mati.

****

Jiro kembali duduk di sofa sambil tersenyum miring. "Apa gue sengaja lihatin ke Adam aja, ya? Kayaknya seru," bisiknya sendirian.

Jiro berbaring di sofa. Dia menekuk satu lututnya. Kakinya yang lain dia biarkan berselonjor hingga betisnya yang menyentuh lengan sofa. Dia taruh lengan bawahnya di atas dahi, lalu cowok itu menghela napas sembari memejamkan mata. Getaran ponselnya di atas meja membuat pejaman matanya terbuka. Dia mengambil ponselnya dengan gerakan malas, lalu membaca sebuah nama yang muncul.

Ashana.

Cewek itu mengirimkan sebuah pesan basa-basi.

Ashana: malam ini lo juga tahun baruan kayak yang lain?

Bisa saja Jiro membalas dan menggoda cewek itu seolah-olah akan mengajaknya menikmati akhir tahun bersama. Jiro merasa senang mempermainkan Ashana. Apalagi membayangkan wajah malu-malu Ashana. Namun, Jiro telah berjanji pada Kalila untuk menjaga batasan dan sudah Jiro lakukan sejak dia berjanji pada Kalila hari itu.

Anehnya, meskipun Jiro telah bersikap sewajarnya, tetapi Jiro merasa Ashana semakin mendekat padanya. Entah perasaannya saja atau dia salah menebak bahwa Ashana semakin berani memperlihatkan ketertarikannya pada Jiro. Meskipun Jiro berusaha berpikir bahwa Ashana mendekatinya karena rasa nyaman sebagai teman, tetapi semua tindakan Ashana selama ini membuat Jiro tak bisa keluar dari kesimpulan bahwa Ashana masih menyukainya.

Meskipun pesan Ashana barusan terkesan basa-basi, tetapi mungkin saja Ashana sedang berharap di sana untuk diajak melewati tahun baru bersamanya.

Jiro mengangkat ponselnya tinggi-tinggi, lalu berdecak sebelum membalas pesan Ashana.

me: iya, gue ke rumah nenek sampai besok.

me: udah dulu, ya. gue mau mandi. bentar lagi berangkat. mungkin gue bakalan jarang lihat hp

Jiro bangkit dari sofa, lalu berdiri dan melihat sebuah pesan masuk baru dari Ashana yang muncul di layar kunci.

Ashana: oh.., enak ya punya keluarga besar

Ashana: enggak kayak gue. tidur satu tahun. bokap nyokap enggak kenal yang namanya tahun baru. padahal gue pengin ngerasain sesekali keluar rumah bareng temen

Jiro memalingkan pandanganya dari ponselnya, mengabaikan pesan itu dan segera ke kamar mandi untuk bersiap-siap ke rumah Nenek.

***

Ashana menutupi wajahnya dengan bantal. "Dasar gila! Malu-maluin diri sendiri!" serunya, malu sendiri dengan pesan penuh kode yang dia kirimkan pada Jiro. "Bego! Bego! Ngapain, sih, lo tadiii?"

Ashana tak tahu lagi harus bersikap bagaimana. Sudah belasan menit berlalu dan dua pesan terakhirnya tak dibaca satu pun. Untung saja pesannya masih bisa dia hapus permanen, tetapi cewek itu tetap saja malu. Jelas sekali terselubung kode dari kalimatnya itu. Bagaimana jika Jiro sudah membaca pesannya di layar pop up? Ashana menghela napas, nyaris menangis karena kebodohannya sendiri.

Cewek itu membalik tubuh dan menatap langit-langit kamar. Dia telah nekat, meskipun tidak terang-terangan, karena dia pikir Jiro tidak memiliki pacar. Meskipun agak tidak masuk akal, cowok setampan dia tak punya pacar? Walau Jiro pernah mengatakan bahwa dia tidak memiliki pacar, tetapi Ashana tidak yakin. Mungkin saja Jiro bohong saat itu. Namun, di sisi lain Ashana benar-benar berharap Jiro tak punya seorang cewek yang dia cintai.

Rasanya akan lebih lega jika Jiro tidak memiliki seseorang yang dia sukai daripada sebaliknya. Ashana harap Jiro memang tipikal cowok yang tak tertarik berpacaran. Meski harapan Ashana itu agak tidak masuk akal juga. Jiro tak tertarik pacaran? Rasanya tak mungkin....

Ah, jika pun Jiro tidak punya pacar atau seseorang yang cowok itu sukai, lalu memangnya kenapa? Ashana hanya bisa diam di tempat. Menunggu Jiro menembaknya adalah sesuatu yang mustahil.

Ashana merasa rendah diri. Tak ada yang bisa disukai di dirinya yang memiliki banyak kekurangan. Dia saja tak secantik Kalila, adik perempuan cowok itu. Bagaimana mungkin Ashana memiliki pikiran untuk menjadi ipar Kalila suatu saat nanti? Biasanya cowok tampan akan mencari cewek yang cantik dan mungkin saja Jiro belum menemukan cewek cantik yang mendekati kriterianya sehingga masih dalam status jomlo sampai sekarang.

Pada akhirnya, Ashana sama saja dengan cewek-cewek lain yang juga menyukai Jiro. Perasaannya ... bertepuk sebelah tangan pada cowok itu.

***

a.n:

- cerita ini sudah tamat duluan di karyakarsa: zhkansas

- dan dipublikasikan juga di instagram: zhkansas lebih cepat daripada wattpad (tapi akan langsung dihapus paling cepat satu hari setelah part itu diunggah di IG)

- di wattpad: sirhayani tentu akan dipublikasikan sampai tamat dan enggak akan dihapus 🫶🏻

cara baca di karyakarsa: 

cara baca di karyakarsa: 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ruang dan WaktuWhere stories live. Discover now