Kalila mengernyit. "Enggak ada tuh dia ngomong kayak gitu."

Trey menatap Kalila sambil berdesis. "Ada! Lo aja yang nggak ngerti. Lo nggak usah tahu apa-apa, ya."

"Apa, sih?" Kalila berdecak, lalu geleng-geleng kepala. Jiro kembali tidur meski di sampingnya ada Trey yang sedang mengomel. Semalam Jiro memang tidur di kamar Kalila dan saat Kalila terbangun di jam tiga subuh, Jiro mengaku belum tidur sama sekali. Hingga Jiro kembali ke kamarnya sebelum semua orang bangun, cowok itu tak pernah tidur.

Kalila melangkah menuju Jiro untuk membangunkan cowok itu, tetapi Trey menoleh padanya sambil mendesis. "Biar gue aja yang bangunin. Keluar lo sana."

***

Trey menarik kaosnya, menarik kedua bahunya, menampar pipinya, tetapi Jiro tak mau bangun. Meski dia mengantuk berat, tetapi dia tak marah pada Trey yang bersikap kurang ajar sebagai seorang adik.

Ketika Trey menarik kerah kaos Jiro dengan kuat, Jiro terpaksa duduk dan dia masih setengah mengantuk. Perlahan kedua kelopak matanya terbuka. Dia mengerjap berkali-kali, lalu mengucek mata sembari menguap dan menutup mulutnya. Berdecak, cowok itu lalu menoleh pada Trey yang masih berdiri di samping tempat tidurnya.

"Lo ngajak berantem?" Jiro menaikkan alis sambil mendongak ke samping.

"Lo yang ngajak gue berantem," balas Trey. "Ngapain lo minta Kalila mandiin lo?"

Jiro terdiam, lalu dia menunduk dengan bahu bergetar hebat. Sifat kekanakan Trey dengan ekspresi yang selalu terlihat serius itu menjadi sesuatu yang menyenangkan di rumah ini. Dan jika Jiro butuh hiburan, maka dia akan mempermainkan Trey seperti rencana yang baru saja terpikirkan olehnya.

"Emang nggak boleh?" Jiro menatap Trey lagi. Kedua alis Trey nyaris menyatu dengan kening berkerut samar. Pun dengan hidungnya.

"Ya enggak boleh, lah. Lo udah gede, ngapain minta Kalila mandiin lo?"

Jiro turun dari tempat tidurnya dengan sedikit linglung. Ah, tidur sore benar-benar membuatnya bodoh. "Kalila udah biasa kok mandiin gue."

Trey membelalak, tetapi kemudian mendengkus. Sepertinya dia sadar telah dipermainkan.

Jiro berjalan ke jendela, berhenti di sana dan menyandarkan lengannya ke dinding sembari melihat suasana sore hari di luar sana demi memulihkan kesadarannya. Dipandanginya Trey yang masih berdiri di tempatnya. "Lo kenapa masih di sini? Mau mandiin gue?"

"Anj*ng." Trey tak bisa menyaring ucapannya dan membuat Jiro berdecak pelan, tetapi ujung-ujungnya Jiro tertawa. Trey baru saja keluar dari kamarnya sambil membanting pintu.

"Anak manja," ejek Jiro, lalu mendengkus. Semanja-manjanya Kalila, Trey lebih manja lagi. Ibaratnya, Trey memiliki sifat kekanakan seratus persen. Bahkan jika mereka berdua dibandingkan, Kalila masih bisa bersikap dan berpikir dewasa.

Wajar saja jika dia manja. Sejak kecil apa pun yang dia minta akan dituruti. Dia juga hidup seatap bersama Ibu dan Bapak. Adam tak akan bersikap semanja Trey karena status anak pertama sudah membuat Adam terbebani.

Jiro mengarahkan pandangannya pada halaman. Kalila sedang bersama Trey di sana. Mereka bertengkar kecil memperebutkan selang.

Ketika Kalila mendongak dan menatap Jiro yang sedang bertopang dagu di kusen jendela, Jiro melemparkan senyum manis khas bangun tidurnya sambil mengedipkan sebelah mata.

***

a.n:

- cerita ini sudah tamat duluan di karyakarsa: zhkansas

- dan dipublikasikan juga di instagram: zhkansas lebih cepat daripada wattpad (tapi akan langsung dihapus paling cepat satu hari setelah part itu diunggah di IG)

- di wattpad: sirhayani tentu akan dipublikasikan sampai tamat dan enggak akan dihapus 🫶🏻

cara baca di karyakarsa: 

cara baca di karyakarsa: 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ruang dan WaktuWhere stories live. Discover now