Episode 30: Laut dan Isi Hati

12 0 0
                                    

"Iya, hanya itu saja yang bisa saya lakukan. Dan ini gaji terakhir kamu, maafkan saya," jawab sang Bos dan memberikan gaji terakhir Yasmin.

"Pak, saya mohon, jangan pecat saya. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, Pak. Saya mohon, jangan, Pak," memohon Yasmin kepada sang Bos.

"Tidak ada gunanya kamu memohon. Saya tidak bisa melakukan apapun. Ini yang terbaik untuk restoran saya. Sebaiknya kamu pergi dan mencari pekerjaan yang lebih baik dari restoran ini."

Mata Yasmin pun berkaca-kaca dan seketika itu juga ia meneteskan air matanya, "baik, Bos. Kalau begitu, terima kasih banyak atas semua kebaikan yang telah Bos lakukan kepada saya. Saya pamit," ucap Yasmin mengusap air matanya, dan langsung keluar dari ruangan si Bos, sambil menundukkan kepalanya karena begitu kecewa.

Saat ia keluar, Yasmin terus menundukkan kepalanya, dan tanpa sengaja ia menabrak seseorang.

Sontak Yasmin langsung menatap ke seseorang yang ia tabrak, dan ia adalah Agam.

"Yasmin, ada apa denganmu. Kenapa kamu menangis?" tanya Agam.

"Aku dipecat, Om. Gara-gara kemarin saya tidak bekerja, karena Om bilang lebih baik saya istirahat di rumah saja. Jadinya Aku dipecat, Om. Aku bingung harus mencari pekerjaan di mana lagi. Karena pekerjaan inilah satu-satunya yang memberikanku makan sehari-hari," jawab Yasmin kembali meneteskan air matanya, lalu mengusapnya kembali.

"Kamu jangan menangis. Saya akan berbicara langsung dengan Bos kamu. Sepertinya dia mengenal saya, karena saya adalah orang yang pernah mendonasikan bantuan ke berbagai restoran. Kalau begitu, lebih baik kamu tunggu dulu di sini. Biar saya yang berbicara langsung dengan Bos kamu," ucap Agam menenangkan Yasmin.

Saat Agam hendak masuk ke dalam ruangan, tanpa sengaja sang Bos juga keluar dari ruangan.

Sontak Agam dan si Bos Yasmin langsung saling bertatapan, "eh, Pak Agam. Selamat datang, Pak Agam," si Bos mengenali Agam.

"Anda mau memesan makanan, silahkan duduk dulu," ucap si Bos begitu ramah kepada Agam, karena Agam telah mendonasikan uang ke restoran tersebut.

"Ada hal yang mau saya bicarakan dengan Anda, Pak Gilang. Mari kita bicarakannya di dalam saja," sahut Agam dengan wajah serius dan mereka berdua langsung masuk ke dalam ruangan Pak Gilang bersama, dan Yasmin berada di luar ruangan.

Saat di dalam ruangan, mereka sama-sama duduk, "jadi, Pak Agam. Ada hal apa Anda ingin berbicara dengan saya, Pak?" tanya Pak Gilang sambil tersenyum tipis, dan mengelus kedua tangannya.

"Saya tadi dengar dari wanita yang menangis di luar tadi, kalau ia dipecat oleh Anda. Kenapa Anda memecatnya. Bukannya saya lihat kinerjanya baik, dan bagus. Kenapa dengan seenaknya Anda memecat seseorang?" tanya balik Agam sambil melipat kedua tangannya, dan menatap tajam wajah Pak Gilang.

"Eh, soal itu. Jadi, wanita itu adalah Yasmin, dan dia banyak terlambat dan sering tidak masuk, maka sebab itu saya memecatnya. Saya tidak mau restoran saya jadi buruk karena satu karyawan saja. Begitu, Pak. Memangnya kenapa, Pak?" jawab Pak Gilang sekaligus bertanya.

"Suruh wanita itu kembali bekerja kembali, dan jangan pernah Anda memecatnya kembali, atau Anda yang akan saya pecat. Jangan berani-beraninya Anda memarahi atau memecatnya. Karena dia kemarin tidak bisa bekerja, karena ada segerombolan orang yang mengganggunya, dan bajunya basah kuyup. Saya menyuruhnya untuk tidak datang, padahal dia bersikeras untuk datang, karena ia harus bekerja demi restoran Anda ini."

"Tapi Anda malah bersikap seperti itu. Di mana akal Anda. Saya hanya mengatakan itu saja, dan saya datang ke mari juga mau memesan 10 kopi dengan menu berbeda, dan di antarkan ke perusahaan saya sore hari. Lalu saya hanya mau karyawan Anda yang bernama Yasmin itu yang mengantarkannya ke perusahaan saya. Saya tidak mau yang lainnya. Kalau begitu, saya pamit dulu, karena sudah tidak ada lagi yang mau saya katakan," ucap jelas Agam langsung bangkit dari duduknya.

"Baik, Pak. Saya benar-benar minta maaf atas apa yang saya lakukan, Pak. Saya tidak akan melakukan kesalahan itu kembali. Saya minta maaf, Pak sekali lagi," ikut berdiri, dan menundukkan kepalanya beberapa kali untuk meminta maaf.

Agam pun segera keluar dari ruangan Pak Gilang, dan saat di luar ia sudah tidak melihat Yasmin ada di dalam restoran tersebut.

"Hei, kamu. Saya mau bertanya, di mana wanita yang bernama Yasmin tadi. Tadi dia berada di sini?" tanya Agam kepada karyawan yang bernama Gilbert.

"Salam, Pak. Yasminnya sudah keluar dari tadi, Pak. Tidak tahu ke mana, yang penting tadi dia keluar, Pak. Itu saja yang saya tahu, Pak," jawab Gilbert sambil tersenyum tipis.

"Baiklah. Kalau begitu, terima kasih."

"Sama-sama, Pak. Saya permisi," langsung pergi meninggalkan Agam, dan Agam segera keluar dari restoran tersebut untuk mencari Yasmin.

"Di mana anak itu, kenapa dia juga tidak ada di luar. Ke mana dia. Sepertinya saya harus mencarinya," ucap Agam langsung masuk ke dalam mobilnya, dan segera mencari keberadaan Yasmin yang menghilang secara tiba-tiba.

"Kenapa aku harus merasakan semua ini sih. Kenapa!. Capek banget ya, Tuhan. Rasanya aku ingin pergi saja dari dunia ini. Kenapa aku selalu merasakan kesusahan dan kesengsaraan. Apa yang aku lakukan di dunia ini, sampai aku mendapatkan hal yang begitu sulit. Apa aku tidak boleh merasakan kebahagiaan. Apa aku tidak boleh tenang sebentar saja. Aku lelah, Tuhan, aku lelah," marah Yasmin sambil melempar batu ke laut.

Yasmin sekarang sedang duduk di tepi laut, dan memandang langit yang mau menjelang malam.

"Mau cari kerja di mana lagi coba. Padahal pekerjaan lamaku sudah menjadi satu-satunya pekerjaan yang sangat aku andalkan, karena uang yang aku dapatkan dari pekerjaanku, bisa aku tabung untuk hal yang penting nanti. Tapi sekarang aku malah dipecat, dan hanya ini uang gaji terakhirku. Astaga, aku benar-benar pusing memikirkannya," ujar Yasmin sambil meneteskan air matanya, dan terus melemparkan batu ke tengah laut.

"Kamu jangan memikirkannya. Kamu akan kembali bekerja kembali," ucap seseorang yang tidak lain lagi ialah Agam yang berhasil menemukan Yasmin, dan muncul di belakang Yasmin secara tiba-tiba.

Sontak Yasmin kaget, dan langsung menatap ke arah belakang, "Om Agam. Kenapa Om Agam ada di sini?" tanya Yasmin langsung mengusap air matanya, dan segera tersenyum di hadapan Agam.

Agam pun duduk di samping Yasmin, dan ikut menatap langit, "kalau kamu mau menangis silahkan. Tidak perlu ditahan. Keluarkan saja, tidak apa-apa. Jangan menahan apa yang ingin kamu keluarkan di depan orang yang ada di dekat kamu. Karena yang paling penting dan bisa memahami kamu sekarang adalah diri kamu sendiri. Keluarkan saja kalau itu memang menyakitkan," ucap Agam sambil terus menatap matahari yang perlahan-lahan turun.

Om Tampan, Nikah YukWo Geschichten leben. Entdecke jetzt