Episode 11: Taman Bermain

10 2 0
                                    

"Hei Yasmin, kenapa malah diam. Kenapa kau mengenakan jaket, tumben banget?" menyadarkan Yasmin.

"Eh, maafkan aku. Jadi aku pakai jaket karena aku kedinginan saja. Heheheh, sudahlah, jangan banyak bertanya. Lebih baik kita fokus belajar," jawab Yasmin kembali menghadap ke depan.

"Dia begitu aneh," ucap Fajar sambil menggaruk kepalanya dengan kanan tangannya.

Sore pun tiba, di mana Yasmin sudah pulang duluan dan ia langsung secepatnya bekerja di restorannya segera.

Sesampainya di restoran, "selamat sore semuanya," sapa Yasmin sambil tersenyum bahagia, dan langsung menuju dapur, dengan meletakkan tasnya terlebih dahulu.

"Sore juga, Yasmin. Oh ya Yasmin, kau dipanggil bos tuh, katanya ada yang mau ia sampaikan kepadamu," ujar Dionne.

"Baiklah, aku duluan," langsung menuju ruangan bos.

Sampainya di ruangan bos, Yasmin pun mengetuk pintu tersebut, "permisi, Bos. Apa saya boleh masuk, ini saya Yasmin, Bos."

"Masuklah Yasmin," jawab Pak bos dan Yasmin langsung masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Permisi, Pak. Ada apa ya pak, Bapak memanggil saya?" tanya Yasmin sambil mengelus kedua tangannya.

Bos Yasmin bernama Pak Gilang, dan ia merupakan pemilik dari restoran tersebut dan telah banyak membantu Yasmin.

"Jadi begini Yasmin, akhir-akhir ini kamu sering terlambat datang dan bahkan izin. Ada apa denganmu. Biasanya kau tidak seperti ini, Yasmin?."

"Jadi begini, Pak. Akhir-akhir ini saya ada tambahan tugas dari kampus, kadang selesainya juga malam, Pak. Jadi saya sering tidak punya waktu. Kadang saya juga menyempatkan waktu saya untuk bekerja di sini, Pak. Sekali lagi saya minta maaf pak atas kesalahan saya. Saya tidak akan mengulanginya lagi, Pak. Saya benar-benar minta maaf, Pak," menundukkan kepalanya, karena benar-benar merasa bersalah.

"Lain kali jangan diulang kembali. Kalau kamu terus terlambat, saya tidak akan segan-segan untuk memecat kamu dari restoran ini. Kamu paham kan," tegasnya.

"Saya paham, Pak. Sekali lagi saya benar-benar minta maaf, Pak. Saya tidak akan mengulanginya lagi, Pak," kembali menundukkan kepalanya beberapa kali.

"Kalau begitu ini gaji kamu bulan ini, dan kembalilah bekerja. Jangan kebanyakan mengobrol, dan fokus bekerja. Ambillah," memberikan gaji Yasmin, lalu Yasmin pun mengambil gaji yang telah dimasukkan ke dalam sebuah amplop.

"Terima kasih banyak, Pak. Kalau begitu saya permisi, Pak," langsung keluar dari ruangan tersebut, dan kembali ke dapur, setelah memasukkan gajinya ke dalam kantung bajunya.

"Apa yang dikatakan si bos?" tanya Gilbert yang sedang membuat kopi.

"Hanya masalah keterlambatan saja. Sudah biasa seperti itu. Hampir saja aku dipecat oleh si bos. Setelah ini aku tidak akan terlambat lagi. Aku juga tidak ingin terlambat. Tapi mau bagaimana lagi. Aku harus mengerjakan banyak tugas kampus," menjelaskannya kepada Gilbert.

"Kalau kau sibuk, kenapa kau masih menyempatkan dirimu untuk bekerja. lagian kau ini kan masih anak kuliahan. Seharusnya kau fokus belajar dan bukannya malah bekerja. Jarang-jarang ada mahasiswa sepertimu ini?" tanya Gilbert fokus kepadanya.

"Mau bagaimana lagi, kalau aku tidak bekerja siapa yang mau memberiku makan. Aneh kau, kan kau tahu kalau Ayah dan Ibuku sudah meninggal. Dan tentunya aku harus mencari uang untuk diriku sendiri. Kalau tidak aku yang mencari makan, siapa yang mau membiayai hidupku. Aneh dirimu ini," jawab Yasmin menata makanan yang sudah siap.

"Iya sih. Yaudah deh, kembalilah bekerja. Nanti pak bos marah lagi."

Merekapun kembali bekerja di bagian mereka masing-masing.

"Yasmin, tolong buatkan ramen 2, dan kopi americano nya 2. Lalu antar ke meja nomor 05. Aku mau membuat pesanan pelanggan yang lainnya dulu," perintah Dionne.

"Okey gays. Aku akan membuatnya dengan secepatnya, dan tentunya tidak akan mengecewakan pelanggan," tersenyum lebar, dan mulai membuat pesanan pelanggan tersebut.

Setelah beberapa menit, akhirnya Yasmin selesai membuat pesanan pelanggan tersebut, dan Yasmin pun segera mengantarkannya ke meja nomor 05.

"Permisi, Pak, ini pesanannya," langsung meletakannya di atas meja, sambil tersenyum ramah.

"Yasmin," panggil yang tidak lain lagi ialah Agam yang memesan pesanan tersebut kepada Yasmin.

Sontak Yasmin menatap wajah Agam, "eh, Om Agam. Ternyata anda," ucapnya sambil tersenyum bahagia karena telah bertemu Agam kembali.

"Kamu bekerja di sini?" tanya Agam sambil menaikkan kedua alisnya.

"Iya, Om. Aku bekerja di sini juga untuk cari makan, Om. Kalau begitu saya permisi dulu pak, dan nikmati makanannya, Om. Permisi Om, dan Pak," menundukkan kepalanya, dan kembali ke dapur dalam keadaan begitu bahagia.

"Dia selalu ceria di situasi apapun. Benar-benar berbeda dari wanita lainnya," ucap batin Agam melihat Yasmin dari kejauhan.

"Pak Agam, Pak Agam. Pak," menyadarkan Agam yang melamun, oleh sekretarisnya.

"Eh, iya, ada apa?" tanya Agam langsung sadar.

"Anda kenapa, Pak. Kenapa tiba-tiba melamun, dan siapa wanita itu tadi, Pak. Kenapa anda mengenalnya?" tanya teman bisnisnya yang bernama Bram.

"Dia teman keponakan saya. Kami bertemu saat saya menjemput keponakan saya. Dari situ kami bertemu," jawab jelas Agam langsung meminum kopi miliknya.

"Ouh, saya kira siapa. Kalau begitu, mari kita mulai makan, setelah itu, kita lanjut pembahasan bisnis kita, Pak," tersenyum tipis, dan mereka mulai memakan ramen tersebut bersamaan.

Disisi lain, ternyata Yasmin masih membayangkan Agam yang mengobrol dengannya barusan, "dia benar-benar tampan deh. Aku semakin menyukainya. Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta dengannya deh. Apalagi kalau melihat brewoknya itu. Arghhh, bikin jatuh cinta," ucap batin Yasmin terus tersenyum sendiri.

Malam pun tiba, di mana Yasmin baru pulang bekerja dan ia pun segera berpamitan dengan rekan-rekan kerjanya, "sampai ketemu besok, gays. Dahh," melambaikan tangannya, dan langsung kembali menuju rumahnya dengan menggunakan sepeda kesayangannya.

Dalam perjalanannya menuju rumahnya, seperti biasanya Yasmin sering datang ke tempat yang membuatnya tenang, yaitu taman bermain.

Yasmin pun meletakkan sepedanya di dekatnya, lalu duduk dikursi dekat perosotan, "Ayah, Ibu, kalian masih ingat gak, waktu kita dulu pernah bermain di sini. Sebelum Ayah berubah kepada Yasmin dan Ibu. Kita dulu sempat bermain di taman bermain ini, waktu aku berumur 4 tahun. Kita bermain bersama di sini. Tertawa bersama, bersenang-senang bersama. Pokoknya kita bahagia deh di sini. Kalian masih ingat kan," curhat Yasmin, sambil menahan air matanya dan memegang dengan lembut perosotan tersebut.

"Tapi semua itu berubah seketika, ketika aku berumur 7 tahun. Entah kenapa Ayah jadi sering marah dan Ayah malah memukul Ibu, untuk mengeluarkan semua emosi Ayah. Yasmin ingin melawan Ayah, tapi Yasmin takut, karena pada saat itu Yasmin masih kecil," tidak bisa menahan air matanya, dan ia terus menangis tanpa suara.

Saat Yasmin sedang curhat sendirian. Tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang berhenti di dekat taman bermain.

Om Tampan, Nikah YukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang