|MSH 42| Semuanya Baik-baik Saja

687 50 10
                                    

Halo. Maaf beberapa bulan tidak up ya guys. Bahkan udah ganti tahun baru up 😭 Insyaallah ke depannya bakal up terus kalau komen dari kalian juga bagus, alias rame 🥰

Coba mau ngetes apakah ada yang nunggu cerita ini up? Kalau ada coba TEMBUSIN 100 komen biar aku semangat up part selanjutnya hehehe💜

Follow me:
Instagram/Wattpad/YouTube/
Username: Shtysetyongrm

••••••••••••••••••••••••••••••••••

Ada yang bilang hidup bahagia itu adalah impian dari semua orang, tapi yang tidak diketahui orang adalah setiap hidup mempunyai ujian, lalu ujian tersebut akan menguji seberapa besar niat dan teguh kita dalam menerima atau menyelesaikan cobaan yang datang.
|Yuda Pratama|

HAPPY READING

*****************************************

Duduk terdiam di bawah pohon rindang merupakan hal yang dilakukan oleh Mentari sekarang. Ada banyak luka, kenyataan, dan harapan yang sirna saat kabar itu datang menembus semua harapan. Kata-kata dan kalimat yang keluar entah kenapa tak bisa meneguhkan hati yang bimbang. Berulangkali pertanyaan itu datang, tak ada satu pun jawaban yang ia dapatkan. Namun sekarang semuanya berubah. Setiap pertanyaan yang ia ingin temukan jawabannya, sekarang terbit jawaban yang membuat hatinya terpaut oleh luka yang begitu dalam, hingga sulit untuk di kembalikan.

Kata pepatah menerima keadaan yang sesuai adalah hal yang paling menyakitkan, tapi baginya itu semua lebih sakit dari hal yang ia kira. Ternyata semesta memberikan ia bahagia terlebih dahulu sebelum luka datang menghantam nya. Air mata seolah tak bisa di cegah, ia terus memegang dadanya seolah rasa sakit tak kunjung pergi dan berhenti juga. Entah lah, kedepannya bagaimana ia tak sanggup hidup dalam rasa bersalah, karena ia harus hidup di dunia.

"Lo kenapa nangis?" Pertanyaan dari seseorang membuat Mentari segera menghapus air matanya. Ia menolehkan kepalanya melihat jelas seorang Yuda berdiri di sampingnya dengan mata yang tertuju padanya.

"Lo kenapa nangis?" Yuda kembali bertanya ketika Mentari enggan menjawab pertanyaannya. "Boleh gue duduk di samping Lo?"

Mentari terlihat menganggukkan kepalanya.

Yuda pun duduk. Ia melihat jelas Mentari menatap ke arah depan seolah-olah enggan dan ingin menghindari pertanyaannya.

"Siapa yang buat Lo nangis? Bilang ke gue. Bully emang melanggar aturan, jadi Lo -----"

"Kalau kakak mendapatkan kenyataan yang gak sesuai kakak kecewa gak?" tanya Mentari mampu menghentikan kata-kata yang diucapkan oleh Yuda.

Yuda sempat terdiam. Ia tak akan menyangka Mentari memberikan pertanyaan seperti itu pada dirinya. Ia kira Mentari mendapatkan bully-an dari teman-teman yang lainnya. Namun ternyata ia salah. Ia pun menolehkan kepalanya juga, menatap retina hitam legam milik Mentari yang mampu menyihir nya.

"Jujur Mentari bingung. Mentari harus gimana? Ke depannya gimana? Pasti jauh lebih sulit menjalankan sekolah dengan orang yang bahkan kita benci sekarang," jelas Mentari lagi membuat Yuda semakin bingung saja.

"Siapa yang Lo benci di sekolah?" tanya Yuda membuat Mentari menggelengkan kepalanya.

Melihat Mentari menggelengkan kepalanya, ia rasa terlalu jauh untuk mengetahui itu siapa. Yuda pun tak akan memaksa. Bagaimana pun Mentari punya hak untuk bercerita dan tidak bercerita pada dirinya. Mungkin hal yang bisa ia lakukan saat ini adalah mendengarkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mentari Sebelum Hujan (SQUEL RAINA HUJAN TELAH DATANG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang