08. A slice of pizza

Mulai dari awal
                                    

Lalu di sisi area utama, terdapat sebuah ruangan yang dibatasi oleh pintu. Ruangan terluas di lantai dua bangunan ini karena memuat dua tempat tidur sekaligus untuk Sean dan Dean. Ya, kamar mereka berdua itu memang menyatu. Tidak ada sekat yang berarti, hanya saja tempat tidur Dean ada di dekat pintu, sementara tempat tidur Sean berada di seberangnya. Jenis tempat tidur Sean juga berbeda dengan tempat tidur Dean yang notabenenya sangat sederhana. Tempat tidur Sean itu tempat tidur dua tingkat di mana tingkat ke dua difungsikan untuk tempat tidurnya, dan tingkat bawah di biarkan kosong untuk tempat sofa malas.

Sisanya, seperti perabotan berupa meja belajar, mereka punya masing-masing. Sementara rak buku dan lemari mereka gunakan bersama-sama. Begitupun dengan kamar mandi yang tidak begitu besar yang juga terletak di kamar mereka.

Karena kamar mereka yang menyatu itulah makannya Dean tahu kalau Sean tidak akan mengunci kamar tersebut sehingga dia langsung meminta Amaya untuk masuk ke dalam saja jika Sean kembali tidak menyahut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena kamar mereka yang menyatu itulah makannya Dean tahu kalau Sean tidak akan mengunci kamar tersebut sehingga dia langsung meminta Amaya untuk masuk ke dalam saja jika Sean kembali tidak menyahut.

Amaya berjalan melewati area utama lalu bergerak menuju ke depan pintu kamar Sean dan Dean.

Cklek!

"Sean" panggil Amaya sembari menyembulkan kepalanya ke dalam kamar tersebut.

Refleks, Amaya mengerutkan keningnya dalam-dalam begitu melihat presensi pria berseragam putih abu-abu yang berbaring di atas sofa dengan komik yang menutupi wajahnya.

Amaya pun segera berjalan menghampiri Sean lalu menghentikan langkahnya di sisi sofa tersebut. "Sen gue bawain pizza nih" ujar Amaya. Lantas dia menghela napasnya panjang lantaran Sean yang tidak terusik sedikitpun di sana. Dia pun langsung menaruh wadah berisi potongan pizza tadi ke atas meja belajar di dekat sofa tersebut lalu kembali melirik ke arah Sean yang sepertinya masih terlelap. Dia bisa saja membangunkan Sean, tapi entah kenapa hati kecilnya sedikit tidak tega. Sean sepertinya tidur terlalu nyenyak sampai tiga kali dibangunkan pun dia tidak terusik.

"Gue taro di meja ya" ujar Amaya. Lalu Amaya pun beranjak dari posisinya dan berniat keluar dari kamar ini.

Namun tepat saat dia sudah menggapai kenop pintu, Amaya malah kembali menolehkan kepalanya ke arah Sean. Amaya menghela napasnya panjang kemudian dia bergerak kembali menghampiri Sean. Dia langsung menaiki tangga dan mengambil selimut di atas tempat tidur milik Sean. Kemudian dia bergerak sampai ke sisi sofa yang Sean tempati.

Yah, meskipun Sean menyebalkan tapi tetap saja dia merasa tidak tega kalau harus membiarkan Sean tertidur dalam keadaan seperti ini. Lagipula sejak Sean pulang sekolah, Sean terus membantu mencuci piring karena paksaannya. Jadi anggap saja bentuk terimakasih dari seorang Amaya. Tolong jangan salah paham dulu. Amaya tidak akan tergoda dengan playboy ampas seperti Sean.

Amaya pun langsung menyibak selimut tersebut kemudian dia meletakkan selimut tersebut ke badan Sean dan menariknya sampai ke dada Sean. Namun tepat saat dia menoleh ke arah wajah Sean, dia pun langsung dikejutkan dengan Sean yang mendadak bangkit dari posisinya sembari memasang raut muka konyolnya. "HUWAA!" ceritanya sih ingin mengejutkan Amaya.

Attakai CaféTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang