DEORANTA | [41. Bucin]

Start from the beginning
                                    

Kain merah pembatas panggung terbuka sempurna diikuti lampu pencahayaan sesuai, dara bergerak keatas dengan kedua tangannya saling menyatu di atas, beberapa penari bergerak-gerak memutari tubuhnya hingga semua berjejeran di sampingnya.

Semua gerakan terasa begitu nyaman dan tenang, suara penonton yang memberi penyemangat dalam pertunjukan ini mampu membuat dirinya menguasai pertunjukan ini dengan lihai, hingga penari pria itu memasuki inti pertunjukan ini, semua terasa berbeda dan gerakan demi gerakan bersama penari pria terasa padu.

Namun, anehnya semua terasa banyak kejanggalan. Dari topeng yang menghiasi wajah jejey penari pria yang tak pernah di sangkanya, padahal sebelumnya jejey tak pernah mengatakan ingin menggunakan topeng untuk menutupi wajahnya, selama ini pria itu selalu percaya diri dalam penampilan apapun di pentas seni balet. Namun malam ini semua terasa berbeda.

Dari gerak tubuhnya yang terasa kaku dan monoton tak seperti biasanya yang terasa begitu lemah gemulai di setiap gerakan yang di dapatnya, bahkan selama ini ia belajar banyak tentang semua gerakan yang sulit di mengertinya dan malam ini gerakan kakunya membuat ia bekerja ekstra untuk mengurangi semua kesalahan dan kelemahan di depan penonton yang mungkin sudah mengeluarkan ekspetasi yang sangat berlebihan dari pertunjukannya.

Untungnya banyak penari pembantu di sekitarnya yang sangat membantu akan kekurangan di pertunjukan kali ini, di dalam hatinya ingin sekali waktu berlalu begitu saja dan mengakhiri semua ini karena dia merasa begitu lelah harus bergerak ke sana kemari menutupi gerakan kaku dari penari pria ini yang belum di ketahui siapa sosok tersebut.

Seharusnya jejey mengatakan hal ini terlebih dahulu kepadanya dari pada mengantikan mencari peran pengganti di luar nalar seperti ini.

Namun tatap matanya tak sengaja mendapati jejey berada di sisi panggung dengan gerakan tepuk tangan berusaha memberi semangat.

Hati dara meradang tak terima dengan tindakan jejey yang di lakukan tanpa izin darinya  terlebih dahulu, bahkan ia mengucapkan banyak sumpah serapah pada pria gemulai itu dan ingin sekali memaki dan memarahinya setelah pertunjukan ini karena telah mempermainkan dirinya di atas panggung besar seperti ini.

Dan untunglah musik telah berhenti, semua tata lampu pencahayaan mulai meredup dengan di ikuti pembatas merah itu bergerak menutup semua area panggung. Saat itu juga ia berlari menghampiri jejey yang meringis kebingungan dan menggeretnya untuk memaki apa yang telah di lakukannya.

"Apa yang kamu lakukan?" Teriak dara nyalang.

Pria gemulai itu menggerakan kedua tangannya ke atas."Jangan salahkan aku Ra, semua yang ku lakukan karena permintaan pria itu," jelasnya menunjuk ke ara pria itu yang saat ini berjalan ke ruang ganti.

Dara menoleh dengan tatapan penuh amarah, namun di saat yang bersamaan pria itu melepas topengnya dan menghempaskan begitu saja dengan wajah yang penuh keringat.

"Pengap sekali! Bisa-bisanya aku melakukan hal sebodoh dan segila ini," teriak pria mencari pakaiannya tadi dan berniat menggantinya dengan pakaian ketat seperti ini.

"Deo!"

Semua amarah di dalam dirinya menguap begitu saja, saat melihat siapakah sosok pria itu yang ternyata tak lain adalah Deo.

Dara mendekat kearah Deo yang berniat ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya.

Terlihat wajah deo terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba, pria itu langsung berlari memasuki ruangan itu dan menutup pintu dengan kasar hingga menimbulkan suara keras karena ketahuan oleh dara.

"Bagaimana bisa dara bisa mengetahui keberadaan ku? Padahal tadi aku langsung ke ruang ganti dan berniat untuk menemuinya, supaya dia tak mengira bahwa pria itu adalah aku," gumam Deo menutup pintu itu dengan wajah memerah menahan malu karena telah melakukan hal gila yang tak pernah dia sangka-sangka sebelumnya.

"Kenapa kamu bisa senekat ini sih Yo?" Tanyanya pada dirinya sendiri, karena masih tak habis pikir dengan kelakuannya tadi,namun suara gedoran pintu dari luar dengan diikuti suara panik dara membuat Deo menghela nafas untuk menenangkan keadaannya sebelum bertemu dengan wanitanya.

"Yo, bukain dong!"

"Yo!

"Deo?"

Pintu itu terbuka dan memperlihatkan wajah dara yang terlihat begitu panik saat ini. Wanita itu sudah memakai pakaian santainya dan mungkin saja sudah bersiap untuk pulang ke rumah.

Senyum dara terukir menatap wajahnya, gerak tubuh wanita itu bergerak mendekat dan kedua tangannya meraih kedua pipi Deo sebelum akhirnya ia memeluk erat tubuh Deo.

Tak ada kata yang terucap di sana, ia hanya berdiam diri tanpa kata, ia tak ingin kembali membicarakan hal itu saat ini yang mungkin saja akan memancing sikap Deo yang terdiam tak berniat untuk membicarakan sesuatu kepadanya.

"Mau pulang?" Tanyanya setelah berdiam lama sekitar 30 menitan.

Dara mengangguk tanpa menatap wajah Deo, ia lebih memilih menikmati es cream cup yang standnya berada tak jauh dari acara itu berada.

"Kalau kamu suka, di sini aja nggak apa," ujar Deo yang kini kembali duduk di depan dara.

Dara mendongak dan tatap wajah mereka bertemu, terlihat deo sedikit salah tingkah dengan mengalihkan geram gerik matanya. Dara terkekeh dengan sedikit menggerlingkan sebelah alisnya keatas."Nggak mau cerita?"

Deo langsung tersedak saat menikmati green tea di depannya."Cerita apa yang mau aku ceritakan?" Bukanya menjawab Deo malah membalikkan pertanyaannya.

"Deo! Jangan pura-pura nggak ingat deh." Tatap dara kesal menatap pria itu yang saat ini kembali memperlihatkan wajah meronanya itu.

Deo tersenyum geli saat mengingat masa itu."Yang terpenting semua kejadian tadi itu semua karena kamu Ra, dan kamu harus tahu bahwa aku menjadi seperti ini juga karena kamu," tegasnya menatap dara lekat.

"Karena apa?" Tanya dara dengan pelan.

"Karena aku nggak ingin kamu di sentuh pria lain selain aku," jelasnya begitu yakin.

"Kamu cemburu?" Tanyanya.

"Bukan cemburu sih! Tapi lebih tepatnya aku nggak suka milik aku ada yang pegang-pegang sembarangan, sedangkan aku nggak bisa seleluasa mereka," jelasnya santai.

"Itu namanya cemburu Deo?" Jelas dara tak terima dengan penjelasan Deo."Tapi, cemburu ya lihat-lihat lah, masa cemburu kepada pria gemulai seperti jejey."

Deo hanya nyengir dan meminum green tea yang terasa menyegarkan tubuhnya dari pada mendengar pernyataan dara yang terasa begitu memojokkan dirinya.

Ia melirik dara setelah perdebatan panjangnya, jemarinya bergerak menggapai jemari dara berusaha memberikan jawaban yang sesungguhnya, ia tahu dara bisa menjelaskan semuanya dengan sendirinya dan tak terlalu menuntut jawaban dari bibirnya.

"Kamu harus tahu itu! Kenapa aku bisa melakukan hal yang tak pernah terbayangkan dalam hidup ku karena wanita, ini adalah hal tergila yang pernah aku lakukan Ra dan itu karena kamu,"jelasnya lirih menatap lekat kedua mata dara penuh perasaan."Karena aku benar-benar mencintai kamu dan tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam diri aku Ra untuk sesegera mungkin memiliki kamu secepatnya," jelasnya lagi mengecup kedua punggung tangannya bergantian.





DEORANTAWhere stories live. Discover now