Chapter 22

20 3 1
                                    

Dia menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak bica menyelamatkannya." (Aku tidak bisa menyelamatkannya)

"Kalau begitu beri tahu aku cara membuatnya lagi."

"Tapi itu akan belbeda dali Amy*." (Tl: Amy itu nama ikannya.)

Tatapan Adrian jatuh ke lantai.

Aku teringat kenangan masa lalunya. Dialah yang pertama kali menunggangi kuda dalam pawai kemenangan Perang Suci.

Martabat kuat yang dimilikinya dapat dirasakan bahkan sebelum penampilan cantiknya terlihat di mata seseorang.

Samar-samar aku berpikir tidak ada yang bisa menyakitinya.

Tapi anak yang kulihat sekarang diliputi kesedihan. Sampai-sampai hanya dengan melihatnya saja sudah membuat hati seseorang sakit.

"Tapi kita bica membuat kubulan untuk meleka."

Saat aku berbicara dengan suara kecil, Boone gelisah, berkata,

[Nak, 10 stroberi!], Tapi aku pura-pura tidak mendengarnya.

Adrian mendongak dan menatapku, aku tidak menghindari matanya.

£££

"Aku akan menggali lebih dalam."

Adrian memandang gadis yang menunjuk ke tanah sambil memegang Amy dengan hati-hati di satu tangan.

"Belapa lama kamu akan menggali. Ini."

Gadis itu menepis tangan Adrian, seraya mengembalikan Amy untuk dipegangnya.

Kemudian dia berjongkok dan menggali tanah. Dalam beberapa menit, sebuah lubang dua kali ukuran yang dibuat Adrian bisa terlihat.

"Cekalang tampak cepelti kubulan."

Dia anak yang sangat aneh.

Dia menggali seperti seorang petani.

Anak itu juga belum pernah melihat orang yang begitu baik padanya.

Tapi...

Tapi jika dia tahu siapa aku, dia akan bertindak berbeda.

Semua orang melakukannya.

Keluarga kerajaan, para bangsawan, dan bahkan para pejabat istana menganggapnya merusak pemandangan.

Merusak pemandangan yang menakutkan untuk disentuh, dan menjengkelkan.

Sebagai putra tertua kaisar, dan terus-menerus diawasi oleh Permaisuri Yvonne, putri tertua Duke Marche, Adrian merasa tidak nyaman.

Secara fisik dia masih hidup, pada saat yang sama dia tidak merasa hidup.

Jadi jika ia tahu siapa dia, segalanya akan berbeda.

Tatapan yang memandangnya dengan sampah di dalamnya akan menjadi gelap karena ketakutan, dan matanya yang cerah pasti akan suram. Aku merasa menyesal, tapi kupikir aku harus mengatakannya lebih awal.

"Aku putra tertua dari keluarga kekaisaran."

"Begitukah?"

"Aku bilang aku adalah anak dari permaisuri yang sudah meninggal, tapi aku,…"

"Jadi?"

Adrian terdiam.

Aneh.

Dia seharusnya terkejut.

Bahkan jika dia tidak tahu tentang hubungan politik mereka yang rumit, wajar jika ia takut dengan kata keluarga kekaisaran.

Adrian memandangnya dengan mata aneh, dan anak itu mendengus.

The Baby Raising A DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang