Chapter 12

24 4 0
                                    

Beberapa hari kemudian, cerita tentang Teramore yang menjadi gila di penjara tersebar. Aku mencoba mengintip di depan penjara bawah tanah untuk memastikan kebenaran rumor tersebut.

Sejak kejadian Henry, Teramore mencurigai identitasku. Akan sangat nyaman bagiku jika dia benar-benar kehilangan akal sehatnya, meskipun meskipun dia benar-benar kehilangan akal sehatnya, lebih baik tetap tenang untuk sementara waktu.

Saat aku terus mondar-mandir di sekitar pintu masuk. Aku menundukkan kepalaku dan mencoba mencuri pandang ke arah pintu yang sedikit terbuka.

Kaki seseorang tiba-tiba menghalangi pandanganku dan Viscount Dubos, kepala penasihat, keluar dari penjara bawah tanah. Dia berdiri tegak di depanku.

"Nona kecil."

"Halo, Tuan... Kamu akan memalahi akek Tewamoe?" (Halo tuan... Kamu masih memarahi kakek Teramore?)

Pertanyaan itu menyembunyikan niatku yang sebenarnya, Benarkah Teramore sudah kehilangan akal sehatnya?, mengubur kebenaran dalam penyelidikan yang tidak bersalah.

"Tidak, Pikirannya...tidak pada tempat yang tepat. Pria itu seharusnya menungguku untuk memotong pergelangan kakinya secara perlahan dan membuangnya keluar-ahem."

Tuan Dubos mencoba pura-pura batuk kecil saat dia menyadari pikiran aslinya keluar dari mulutnya di depan Leblaine kecil.

Dubos melihat mata polosnya berkedip seolah kata-katanya terlalu asing untuk dipahami oleh pikiran kecilnya. Dia tertawa canggung dan menggaruk kepalanya.

"Pertanyaannya sudah selesai. Saya sudah memastikan dia tidak akan melakukan hal buruk lagi pada Anda atau Henry. Saya berjanji."

"Wow! Telimakasih, Tuan Dubos!" (Wow! Terima kasih, Pak Dubos!)

Merasa beban yang selama ini membebani pikiranku terangkat, aku meninggalkan pintu masuk penjara dengan gembira.

Aku penasaran apa yang harus dilakukan dengan Teramore sejak dia mencurigai identitasku. Itu adalah kesalahanku saat aku menunjukkan kepadanya bahwa aku terlalu dewasa untuk usiaku. Dengan ini salah satu masalahku teratasi. Ini benar-benar suatu keberuntungan.

Setelah aku berpisah dengan Viscount Dubos, aku berjalan mengelilingi kastil, merasakan angin dingin membelai lembut pipiku yang hangat. Taman dan bunga-bunga tampak lebih semarak dibandingkan kemarin. Segalanya tampak lebih indah dari biasanya saat si jahat Teramore menghilang.

Ah, rasanya menyenangkan untuk bersantai sesekali...

Para pegawai yang lewat tersenyum dan menyapaku dengan riang ketika mereka melihatku berjalan-jalan di sekitar kastil dengan penuh kegembiraan.

"Halo, Nona muda. Suasana hati Anda sedang bagus hari ini. Anda akan pergi kemana?"

"Aku akan mencali makanan lingan." (Saya akan mencari makanan ringan.)

Sejak kejadian dengan Teramore, Lea dan para pelayan memberiku banyak makanan ringan. Khawatir akan tindakan kasar Teramore yang akan membuatku terluka; para pelayan menjadi lebih memanjakan dari sebelumnya.

"Bajingan."

"Mati!"

"Persetan denganmu!"

Para pelayan melontarkan hinaan yang sangat menakutkan terhadap Teramore setiap kali mereka mengingat apa yang dilakukan pria busuk itu padaku. Lea adalah satu-satunya yang pendiam di tengah badai kutukan. Tiba-tiba, kursinya berbunyi saat dia berdiri dan berjalan ke dapur. Pelayan lainnya terdiam. Mereka melihat tindakan Lea yang tiba-tiba dengan cemas.

Ada apa?

Baru kemudian Leah keluar.

Dengan pisau dapur...

The Baby Raising A DevilWhere stories live. Discover now