DEORANTA | [40.Jadian]

Start from the beginning
                                    

"Dari tadi kok masih seperti ini? Ku kira sudah selesai, tinggal nunggu giliran tampil saja... Ternyata," jeda  Bu Armi sedikit melirik ke arah Deo yang terdiam lalu menatap heran dengan penampilan dara yang masih sama seperti tadi dan belum juga mengganti kostum baletnya."Sudah! Cepetan ganti, ibu tunggu di ruang tunggu," jelasnya lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Galak amat sih!" Gumam Deo menatap kepergian Bu armi.

"Bukan galak sih, Bu Armi hanya memberiku peringatan saja kok," jelas dara yang saat ini mencoba membuka sweater yang sejak tadi merungkup tubuhnya.

Tapi, gerakan dara tertahan saat tubuh kekar deo memeluk tubuhnya dari belakang, tetapi dara bergerak cepat membalikkan tubuhnya lalu menggiring Deo ke arah kursi yang berada tak jauh dari sana."Kamu duduk dulu, aku lagi sibuk dan nggak mau di tegur Bu Armi lagi."

Deo mendengus kesal menatap dara yang kini berjalan ke arah loker untuk mengambil kostum baletnya di sana. Deo mengamati gerak gerik dara yang sibuk mengganti pakaiannya dengan kostum balet itu dengan penerangan cahaya yang sangat minim, tetapi hal itu mampu membuat Deo panas dingin dengan penampilan dara saat ini, meski masih terlihat dari kejauhan.

Wanita itu mendekat ke arahnya setelah selesai mengganti kostum itu, Deo menatap penampilan dara yang sungguh sangat menggoda untuknya dari bawah sampai atas tanpa berkedip sekalipun.

"Kamu yakin menggunakan kostum ini?" Tanya Deo sedikit tak suka dengan penampilan dara saat ini.

Dara mengangguk."Iyalah!" Balasnya duduk di samping Deo."Kenapa emangnya, Aku nggak pantas ya?" Tanyanya saat melihat ekspresi tak suka di wajah Deo.

"Ya enggak lah! Kalau di kamar boleh, tapi di tempat umum seperti ini nggak akan bisa aku izin kan... Kita pulang saja ya," ajak Deo yang langsung membuat dara merasa melotot tak terima.

"Kok nggak boleh, Bukankah selama ini dari sejarah ini di temukan kostum balet memang seperti ini, kamu ini gimana sih?"

Deo menatap sendu dara dengan tatapan penuh mohon."Aku tahu, tapi aku nggak suka kamu berpenampilan seperti ini Ra, apalagi banyak pria di sana yang akan melihat penampilan terbuka kamu seperti sekarang... Aku benar-benar nggak rela Ra seluruh lekuk tubuh kamu di lihat lelaki lain selain diriku sendiri, aku nggak mau itu terjadi,"jelas Deo."Kamu hanya milik aku Ra..  kamu tahu kan itu."

Dara menghembuskan nafasnya pelan."Tapi mau gimana lagi, kamu juga tahu kalau selama ini adalah pekerjaan ku yang selama ini aku geluti sejak kecil dan aku harus bisa bersikap profesional saat ada acara sebesar ini,padahal acara inilah yang selama ini aku tunggu," ujar dara berusaha membujuk deo supaya mengizinkannya tampil nanti."Kamu harus percaya dan dukung aku di acara ini," jelas dara memegang kedua pipi Deo yang terlihat tak tenang.

"Kita pulang saja ya!" Ajak Deo.

Dara menggeleng."Tidak!"

"Kita pulang saja lah Ra," ajak Deo lagi, namun dara malah mendongak saat mendengar suara pembawa acara yang sudah memulai acara ini.

Kita nantikan penampilan nomor urut pertama yang akan segera menuju ke atas panggung.

"Tuh, acaranya sudah di mulai, aku harus segera menemui bu Armi supaya beliau tak khawatir dengan keadaan ku," pamit dara yang mulai beranjak bangkit dari kursi itu.

Tetapi, Deo malah mengeret tangannya hingga dara kehilangan keseimbangan tubuhnya dan jatuh ke dalam pangkuan Deo."Di sini saja temenin aku... Aku nggak mau sendirian," bisiknya lirih seraya menghirup leher belakangnya yang saat ini tanpa ada penghalang apa-apa karena rambutnya sudah di Cepol rapi ke atas hingga kini leher jenjangnya terlihat jelas.

Deo begitu menikmati cumbuannya di leher jenjang dara, aroma wangi yang menguat menusuk indera penciumannya mampu mambuat ia tak ingin menyudahi permainannya ini, meski ia tahu saat ini ia hanya bisa melakukan hal ini tanpa lebih dari apapun.

Dara melotot, saat kecupan kuat di lehernya itu. Ia langsung menghentikan aksi Deo saat ini karena tak ingin ada bekas merah di lehernya yang nantinya akan menjadi konsumsi publik di acara seperti.

"Hentikan Deo!" Teriak tertahan dara saat Deo tak kunjung menjauh dari lehernya dan malah bergerak ke sisi yang lainnya.

"Biarin, supaya mereka tahu bahwa kamu sudah ada yang punya," gumamnya lirih tanpa melepas cumbuannya itu."Atau aku akan melepas ciuman ini,  tapi kamu harus pulang sama aku tanpa tampil di acara ini," jelasnya lirih.

Deo gak pernah main-main dengan ucapannya, ciuman pria itu malah turun ke punggungnya, hingga dara mengerang frustasi dengan kelakuan pria itu."Deo aku mohon jangan lakukan ini, yang aku lakukan saat ini itu supaya aku bisa melunasi semua hutangku padamu... Hanya ini jalan satu-satunya supaya aku bisa melunasi semuanya, jangan halangi aku untuk melakukan semua ini," lirihnya penuh mohon pada dara.

"Kamu nggak usah bayar hutang itu, aku kan sudah bilang bahwa aku sudah ikhlas membantu kamu dan tak perlu bayar hutang itu," jelasnya memeluk erat tubuh dara setelah melepas cumbuannya.

"Bahkan kalaupun kamu harus bayar denda untuk penampilan kamu, aku rela membayarnya yang penting kamu nggak tampil dengan kostum seperti ini,"jelas Deo lagi.

"Ini bukan masalah tentang penampilan malam ini, tetapi aku sudah terikat kontrak dengan Bu Armi selama dua tahun, jadi aku harus bisa bersikap profesional dong,"jelasnya."Contohnya gini, gimana jika ada salah satu karyawan kamu yang tiba-tiba mengundurkan diri dari perusahaan kamu, padahal saat itu perusahaan kamu sedang sangat butuh kinerjanya, apa yang akan kamu lakukan jika itu terjadi?" Tanya dara yang mampu membuat Deo berfikir terdiam.

"Ya, nggak aku izinin lah, kan sudah jelas kon-tra-k." Deo meringis setelah menyadari penjelasan dara, jadi mau tak mau dia harus memberi izin dara untuk tampil di acara ini.

"Gitu dong!" Dara tersenyum, lalu ia bangkit dan mengecup pelan pipi Deo sebelum pergi meninggalkannya.

Deo mengejar dara berusaha memegang tangan dara supaya tak pergi meninggalkannya. Saat sampai di dekat panggung, Deo menatap setiap gerakan penari balet yang tampil di atas panggung, ia begitu menikmati setiap gerakan yang di tampilkan oleh penari itu, namun tak lama kemudian ada penari laki-laki menyambut gerakan itu hingga mereka melakukan adegan yang terlihat begitu intim.

Ingatan Deo kembali datang saat dara mengatakan akan menari bersama seorang penari balet laki-laki,Deo terdiam beberapa saat. Lalu, ia mencari dara di antara kursi yang di sediakan khusus untuk penari.

Kalau dara menari bersama pria gimana?

"Hey aku di sini!" Teriak dara yang berada di kursi paling ujung, Deo tersenyum dan mendekat ke arah dara untuk duduk di sampingnya.

"Gimana? Pertunjukannya enak di tonton kan?" Tanyanya menatap lekat wajah Deo yang saat ini begitu fokus melihat aksi di atas panggung.

Deo mengangguk."Iya, tapi pria itu menang banyak ya bisa menyentuh bagian tubuh terlarang dari wanita itu,"jelas Deo sedikit melirik ke arah dara yang terdiam."Kamu nanti akan seperti itu?" Tanyanya.

"Kalau misalnya iya, pasti pria itu menang banyak karena bisa memegang tubuh kamu secara leluasa, sedangkan aku yang menjadi kekasihnya saja tak bisa seleluasa itu, bahkan gak ada celah sama sekali," ucapnya fokus menatap setiap adegan-adegan penari itu.

"Kita itu baru saja jadian, kalau mau nyentuh dimana pun kamu mau ya harus di halalin dulu lah," jelasnya terkekeh geli setelah mengucapkan perkataan itu.

"Kamu mau di halalin?" Tanyanya dengan nada gembira."Sekarang pun bisa." Dara langsung memukul lengan Deo, hingga akhirnya mereka berdua tertawa bersama-sama.

Persiapan selanjutnya, nomer urut 5 dengan nama Adara Syailendra di mohon untuk bersiap ke atas panggung.

"Aku mau siap-siap dulu ya?" Pamitnya yang langsung di beri anggukan oleh Deo.

Deo menatap kepergian dara dengan perasaan panas dingin karena tak ingin dara menari dengan pria lain, meski saat ini dara tampil sendiri dan di lanjutkan dengan penampilan bersama seorang pria.

DEORANTAWhere stories live. Discover now