BAYI

832 113 23
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



+++ GALAN STORY +++


Galan menghampaskan dirinya ke kasur. Matanya masih terlihat merah dan basah. Ada rasa penyesalan di hatinya karena mengabaikan Rani begitu saja. Harusnya ia benar-benar mengubur rasa sakit itu dalam-dalam. Harusnya ia tidak mengungkit masa lalu kelam kembali. Tetapi setan yang menari di kepalanya, selalu membenarkan apa yang ia lakukan. Galan bangkit dari acara rebahan asal tadi, lalu menuju kamar mandi. Ia mencuci wajah dan memandang dirinya di cermin. Ia sudah sebesar ini sekarang. Tak pantas jikalau ia iri dengan adiknya nanti. Bahkan tidak lama lagi ia akan lulus dan kuliah. Ia sudah dewasa, ia merasa tak pantas memiliki perasaan seperti ini.

"Relakan. Gue bisa jadi baby kalau sudah punya istri nanti," monolog Galan tersenyum lebar pada cermin.

"Nggak perlu nunggu punya istri," sahut seseorang entah siapa dan dimana.

Galan tersentak kaget, mulutnya terbuka dengan mata membulat. Galan melangkah keluar kamar mandi, dapat ia lihat Dekan masuk ke kamarnya dan menaruh paper bag dan termos kecil di atas meja depan sofa hitam miliknya.

"Mau apa lo?" tanya Galan panik.

Dekan sibuk mengeluarkan barang-barang dalam paper bag yang ia bawa tadi. Galan mendekat masih dengan raut bingung dan memperhatikan apa yang Dekan lakukan.

"L-lo ..."

"Duduk sana! Tunggu gue selesai," sahut Dekan," titah Dekan.

"Tapi lu ngapain? Itu apa? Eh, adek udah pulang? Katanya masih 3 mingguan 'kan?"

Dekan melepas apa yang ia kerjakan tadi, lalu mendorong tubuh Galan agar duduk di kasur.

"Diem di sini!"

Galan masih cengo, raut wajahnya terlihat hendak menangis karena kesal. Tetapi Dekan, ia kembali menuntaskan apa yang ia lakukan tadi.

"Lo masih waras 'kan? Ngapain bikin susu formula pakek dot di kamar gue? Mau latihan ngurus adek mah di kamar lo sono!" komentar Galan.

Dekan menutup dot yang sudah terisi susu bayi rasa cokelat, lalu mengocoknya sebentar.

"Siapa bilang ini buat adek bayi yang di rumah sakit. Dia masih belum bisa minum," sahut Dekan santai.

"Lah terus? Latihan sebelum punya anak lo? Elah, nikah aja belum. Ngahahah!" olok Galan tertawa keras.

Tetapi tawa Galan sirna ketika melihat Dekan berjalan ke arahnya. Ia waspada, siapa tahu Dekan akan mencekiknya lagi.

"Ini buat lo. Bayi gede gue," ucap Dekan tersenyum manis.

Sumpah! Galan merinding, ia takut dan meringsut naik ke kasur sepenuhnya. Apalagi melihat senyum manis Dekan yang bagai keajaiban dunia yang hanya terjadi setiap 100 tahun sekali.

 GALAN STORY [COMPLETED]Where stories live. Discover now