ISI FLASHDISK

823 100 11
                                    

+++GALAN STORY+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+++GALAN STORY+++



"Goblok lo ngapain?!"

Suara seruan itu meluncur dari mulut Dekan. Anak tertua Rani itu berkacak pinggang frustrasi, ingin rasanya menghajar sosok yang duduk di brankar itu.

"Lu yang bego. Pakek nanya. Gue mau makan," sahut Galan masih melanjutkan aksinya.

Mangkuk hampir jatuh ke bawah, Dekan langsung bertindak menahan mangkuk tersebut. Satu geplakan nyaring mendarat di kaki Galan.

"Aduhs! Kok digeplak!" pekik Galan.

"Diem lo! Makan pakek kaki emang ajaran mana? Bego."

"Ya daripada nggak makan."

Dekan duduk di kursi, lalu meraih mangkuk berisi bubur. Dengan brutal ia mengaduk bubur tersebut.

"Gue bukan tim di aduk!"

"Serah gue."

"Lo aja makan sana!" kesal Galan hendak rebahan lagi, tapi tiba-tiba Dekan menjejalkan sendok berisi bubur ke mulutnya. Jujur, Galan hampir tersedak.

"Uhukk ... emm." Galan memejamkan matanya, pelan-pelan menelan bubur itu.

Setelah berhasil, ia menatap tajam Dekan yang tak ada raut penyesalan sedikitpun.

"Lo mau bunuh gue? Lo cocok jadi ayah tiri."

Dekan kembali menyodorkan sendok berisi bubur ke arah mulut Galan dengan ogah-ogahan. Matanya malas bertemu tatap dengan adiknya itu.

"Lo kalau mau suapin orang liat mulutnya di mana, gimana kalau masuk hidung?" protes Galan, tetapi tetap menerima suapan itu.

"Sama. Sama-sama lubang yang bisa mengantarkan sesuatu ke perut lo," sahut Dekan datar.

"Wah ... sinting nih ora—emm" Galan mendelik lagi ke arah Dekan begitu sendok hampir menusuk kerongrongannya.

Beberapa menit kemudian, bubur tersebut sudah habis. Dekan dengan tampang datarnya hendak menyingkirkan troli makanan itu, tetapi Galan menahannya.

"Nggak ada buah jeruk apa?"

"Lo bisa lihat sendiri, cuma ada apel," sahut Dekan malas.

"Ck, harusnya ada jeruk."

"Lo kalau nggak sakit udah gue hantam!"

Dekan berjalan menuju Sofa dan merebahkan diri di sana. Galan meraih ponselnya, lalu membuka obrolan grup. Grup cuma ada 4 orang dan 1 di antaranya ada Galan sendiri. Tapi obrolan mereka nyaris mencapai 1000 pesan.

Galan

Gue di rumah sakit Medika. Ruangannya lo tanya aja mbak mbaknya, gue nggak tau.

Galan melihat hari di layar depan ponselnya. Sudah hari Sabtu, besok hari Minggu. Galan jadi teringat soal ancaman Qeno waktu itu. Galan melirik ke arah Dekan yang masih pada posisi rebahan membelakanginya.

 GALAN STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang