chapter 23

2.8K 138 4
                                    


Wusshhh.....

Seorang laki-laki yang mengenakan jubah hitam dan kepalanya yang ditutupi topi jubah hitamnya itu dengan secepat kilat dia memunculkan sosok keberadaannya sembari berlutut di depan majikannya yang tengah berdiri dibalkon kamar.

"Tuan sepertinya Rose tengah menjadi buah bibir di ibukota" ucap laki-laki itu yang tengah berlutut sembari menundukkan kepalanya.

"Apa maksudmu?"

"Saat Rose berada di ibukota, dia menolong seorang anak laki-laki dari tangan pedangang manusia"

Majikannya tidak langsung merespon, dia sedikit tercengang saat mendengar perkataan laki-laki yang mengenakan baju hitam itu. "anak laki-laki?" tanya majikannya sembari mengernyitkan dahinya.

"Benar tuan. Rose berusaha melindungi seorang anak laki-laki dari tangan pedangang manusia"

"apa dia mengalami kesulitan saat berhadapan dengan para pedangang manusia?"

"Sepertinya tidak tuan, Rose terlihat sangat berani saat berhadapan dengan pedagang manusia. Bahkan saat pedagang manusia itu menghempaskan satu cambukan ke arahnya, Rose masih  mendekap dan melindungi anak laki-laki itu, Rose tidak terlihat takut sedikitpun"

Mendengar penuturan laki-laki baju hitam itu, rahang majikannya mengetat sampai menampilkan urat-urat rahangnya. Wajahnya terlihat sangat marah dan bahkan auranya sangat menakutkan kala saat dia mendengar penuturan laki-laki baju hitam.

"Apa dia terkena cambukan?" tanya majikannya dengan nada penuh tekanan amarah.

"Tidak tuan, pengawalnya langsung melindumginya saat pedagang manusia itu menghempaskan cambukannya"

Majikannya menghela nafas lega saat mendengar Rose tidak menerima cambukan dari pedangang manusia. Sejenak dia tengah berpikir keras saat memikirkan tindakan Rose yang berani melindungi seorang anak laki-laki dari tangan pedangang manusia. Rose Beatrice yang dikenalnya tidak mungkin memiliki sifat berani seperti itu, sedari dulu dia hanya mengenal Rose Beatrice sebagai seorang wanita yang penakut dan tertutup. Mungkinkah aku tidak terlalu mengenalmu, Rose...? Itulah yang terlintas dibenak pikirannya.

"A-anu tuan..."

Keheningan yang sempat menyelimuti suasana itu tercepecah saat laki-laki berjubah hitam mengangkat bicara. Majikannya mengenyahkan pikirannya yang hampir terlarut terlalu dalam saat membayangkan bagaimana tindakan berani Rose saat melindungi seorang anak laki-laki.

"Anu tuan sepertinya Rose berencana untuk menyelidiki letak markas rahasia para pedagang manusia lainnya. Haruskah saya juga ikut menyelidiki letak markas rahasia para pedagang manusia itu?"

"Tidak perlu. Untuk sekarang awasi saja gerak gerik Count Taksa, sepertinya dia tidak bisa lagi duduk manis di tempatnya. Pergilah Hugo" kekeh majikannya sembari membalikkan badannya dan memasuki ruang kamarnya.

"Baik tuan Melvin" Hugo bergegas pergi meninggalkan balkon kamar majikannya.

Hugo seorang kesatria yang hanya setia terhadap majikannya seorang. Melvin sangatlah percaya bahwa Hugo tidak akan pernah mengkhianatinya, kesetiaan Hugo terbukti saat Melvin dulu hampir celaka di tangan bawahan Taska. Saat kejadian yang membahayakan nyawanya itu, dia menyuruh Hugo untuk pergi lebih dulu dan menyelamatkan dirinya sendiri. Namun, Hugo mengabaikan perintah majikannya kala itu. Hugo malah bersikukuh ingin menyelamatkan majikannya tanpa memikirkan nyawanya sendiri yang bahkan bisa melayang kapan saja di kala kejadian itu, apapun yang terjadi dia tidak akan pernah meninggalkan majikannya itu.

Hugo tidaklah terlahir dari keluarga yang berstatus bangsawan, dia terlahir dari rakyat biasa. Saat Hugo kecil yang masih berusia 5 tahun dia sudah terlantar di jalanan ibukota seorang diri. Orang-orang dari berbagai kalangan manapun yang berada di ibukota selalu menindasnya sampai babak belur dan orang-orang itu selalu menatapnya dengan tatapan hina. Hingga di hari itu, Melvin Kecil yang berusia 6 tahun saat itu tengah berkeliaran di sekitaran ibukota bersama beberapa pengawal yang menjaga keamananya.

Aku menjadi ibu yang jahat di dunia novel Where stories live. Discover now