chapter 22

2.4K 176 1
                                    

Saat mendengar perkataan Niki, mata anak itu berair dan membasahi kedua pipinya. Salah satu tangannya meraih rok pakaian Niki. Tangannya terlihat gemetar saat mencoba menjulurkan tangannya saat meraih rok Niki.

"Te-terimakasih" hanya kata itulah yang mampu dilontarkan anak itu sebelum pingsan. Niki terkejut saat anak itu pingsan dikakinya dia tidak tau apa yang harus dia lakukan. Perlahan-lahan dia memindahkan dan membaringkan tubuh anak itu ke kursi kreta kuda wajahnya panik saat memindahkan tubuh anak itu.

Setengah jam berlalu saat Niki menuju kembali ke mansion dan membawa anak yang pingsan di kreta kuda, kini anak itu tengah terbaring di sebuah ranjang yang sederhana di mansion Arcelio. Niki yang tengah duduk di kursi sedang menantikan mata anak itu terbuka. Sesaat mata anak itu terbuka, sejenak dia menatap kosong ke langit-langit ruangan itu. Mungkin anak itu sedang mengumpulkan nyawa untuk tersadar dari pingsannya itu.

"Kamu sudah sadar? Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Niki yang tengah duduk di kursi. Mendengar suara dan pertanyaan Niki anak itu terkejut dan spontan dia  terbangun dan terduduk diatas ranjang.

"iy-iya... Sa-saya... Baik-baik saja" tutur anak itu dengan terbata-bata.
"Syukurlah... kalau kamu baik-baik saja" ucap Niki dengan menampilkan senyum hangat di wajahnya.

"Untunglah anak ini baik-baik saja sekarang, huhfft.... Ketika anak ini menangis tersedu-sedu dan seketika pingsan aku tidak tau harus berbuat apa jadi aku membawanya ke mansion" batin Niki yang merasa lega.

"Nak apa kamu masih ingat rumahmu? Aku akan mengantarmu ke rumahmu" tanya Niki.

Sejenak anak itu terdiam mematung dan matanya terbelalak saat mendengar pertanyaan Niki. Dengan wajah polosnya anak itu menoleh kearah Niki dan menatap mata Niki dengan tatapan yang malang sembari menggelengkan kepala bahwa dia tidak ingat dimana letak rumahnya.  Niki yang melihat wajah polos dan mata yang malang anak itu dia merasa tersentuh.

"Ma-majikan... Apakah majikanku sudah berubah?" tanya bingung anak itu sembari setengah mengepalkan tangannya di daku.

"A-apa? Maksudmu Aku majikanmu?" Seru Niki yang terkejut saat mendengar pertanyaan anak itu.
"Majikanku yang sebelumnya sudah memberi aku padamu, bukan? Terimakasih majikan sudah mau menerimaku"

Niki tidak merespon perkataan yang dilontarkan dari mulut anak itu. Dia terlarut dalam pikirannya "seberapa lama anak ini hidup dalam perbudakan? Bahkan anak ini terlihat seumuran dengan Arthur. Wajahnya begitu polos saat menatapku" batin Niki yang merasa prihatin. Di julurkannya salah satu tangannya kewajah anak itu  "nak... aku bukan majikanmu tapi kamu tidak perlu khawatir lagi akan tertindas oleh orang lain. Dan kamu boleh tinggal disini selama yang kamu mau sekarang" ucap Niki yang penuh perhatian sembari mengelus lembut puncak kepala anak itu.

"Jika ada tempat yang ingin kamu tuju, kamu boleh meninggalkan mansion ini kapanpun yang kamu mau. Aku hanya melakukan itu untuk menyelamatkanmu dari orang-orang jahat yang menindasmu".

Anak itu terpaku saat mendengar perkataan Niki. Ada perasaan sedih dihatinya. Mungkin pikiran anak itu masih menghantui penindasan yang dialaminya sebelum dia bertemu dengan Niki.

"Tapi aku tidak punya rumah dan tempat untuk aku tuju". Anak itu menundukkan kepalanya kebawah, raut wajahnya terlihat sangat sedih "tidak apa-apa nak, aku akan melindungimu jadi jangan takut" terlintas bisikan Niki dihari itu terngiang-ngiang jelas di kepala anak itu. Anak itu beranjak dari ranjang berjalan mendekati Niki dan bersujud memohon untuk tidak membuangnya. Anak itu terlihat sangat putus.

"Tidak ada tempat untuk aku tuju. Tolong izinkan aku berada disini. Aku bersedia menjadi pelayan di mansion ini dan aku berjanji tidak akan melakukan kesalahan fatal sedikitpun, kumohon izinkan aku tetap berada disini" suara anak itu terdengar bergetar saat memohon untuk tinggal di mansion Arcelio.

Aku menjadi ibu yang jahat di dunia novel Onde as histórias ganham vida. Descobre agora