chapter 12

6.6K 394 2
                                    


Niki menghela nafas dalam merasa frustasi akan nasibnya yang diterimanya saat ini. Dia bersungguh-sungguh ingin kembali ke dunia asalnya. Meskipun keluarganya tidak mengakui kehadirannya, bagaimanapun juga mereka tetaplah keluarga baginya. Konyol jika dia sampai membenci keluarganya yang sudah membesarkannya dari kecil hingga berusia 19 tahun serta tidak menganggap bahwa mereka bukan keluarganya hanya karna dirinya tidak mendapatkan pengakuan dari keluarganya terutama kedua orang tuanya.

"Kenapa kamu tidak tahu caranya kembali padahal kamu sendiri tiba-tiba terbangun di tubuh istriku" Arcelio kembali lagi menyeruput tehnya dengan santai.

"Entahlah... Begitu aku membuka mataku, aku sudah berada di tubuh istrimu. Aku pikir saat aku terbangun, aku sudah berada di neraka. Tapi ternyata... Haissss....."

Arcelio berdecak prihatin. Dia menepuk lembut pundak Rose sebanyak tiga kali. Meskipun dia tidak percaya akan cerita wanita yang berada disampingnya itu, entah mengapa dia merasa prihatin.

"Bagaimana bisa kamu tidak tahu caranya untuk kembali kedunia asalmu. Jika kamu ingin kembali, kamu harus mencari jalan keluarnya agar kamu bisa kembali"

"Tidak semudah itu. Tidak mudah bagiku untuk mencari jalan keluarnya saat diriku harus terkurung di mansionmu. Kamu mengurungku bagaikan seorang tahanan di mansionmu dan seandainya saja ada sebuah semacam portal yang menghubungkan dunia ini dan dunia asalku. Saat itu terjadi aku akan berlari secepat kilat masuk ke portal itu, tanpa berpikir dua kali saat itu. Tapi mana mungkin semacam itu ada".

Arcelio tersentak mendapati tatapan tajam Niki. Dengan secepat kilat wanita yang berada disampingnya itu, yang tadinya berwajah menyedihkan kini dengan sekejap mata ekspresi wajahnya terlihat marah.

"Harusnya kamu tidak mengurungku di mansionmu agar aku bisa mencari jalan keluarnya dengan leluasa".

"Kau menyalahkan aku?"

"Tentu saja aku menyalahkanmu. Bahkan orang lain pun akan marah jika dirinya selalu di kurung di mansion. Bukankah hal yang wajar jika aku menyalahkanmu?".

Arcelio tidak lagi merespon perkataan Niki. Mungkin dia sudah kehabisan kata-kata untuk di lontarkan.

Niki memang seorang nyonya di mansion Arcelio. Namun, meskipun dia seorang nyonya dia tidak pernah bebas keluar dari mansion. Terkadang saat dia pergi bersantai di taman bunga dirinya akan di ikuti beberapa kesatria di belakangnya.

"Ngomong-ngomong kamu tidak terlihat serius saat aku mencurahkan isi hatiku. Padahal aku sangat serius saat aku mencurahkan isi hatiku".

"Apanya yang tidak serius? Aku serius mendengarkan curahan hatimu, hanya saja aku merasa kamu hanya sekedar membuat cerita konyol saja. Dan lagi apa itu truk dan kuliah? Aku tidak pernah mendengar istilah seperti itu sebelumnya" ketus Arcelio.

"Sudahlah.... meskipun aku bercerita panjang lebar, kamu tidak akan paham dan anggaplah curahan hatiku ini hanya sekedar cerita konyol yang aku buat-buat untuk basa basi saja" Niki dengan malas melontarkan perkataannya sembari menyeruput tehnya.

***************

Pada akhirnya Niki memilih menyudahi curahan hatinya dan tidak lagi melanjutkannya. Dia berdiri dan menghampiri kedua anak itu yang sedari tadi asik bermain.

"Halo anak kesayangan mama. Kalian belum lelah?"

"Tidak mama. Carelia justru senang bisa bermain bersama kakak. Jarang kakak mau bermain dengan Carelia" ucap Carelia sembari tersenyum cerah diwajahnya.

"Benarkah? Kalau begitu apa boleh mama ikut......"

Bruuukkk.......

Belum sempat Niki menyelesaikan perkataannya. Tiba-tiba tubuhnya terjatuh ketanah begitu saja. Dan entah mengapa dia tiba-tiba merasakan sakit kepala yang menjadi-jadi dan membuat pandangannya buram.

Sontak kedua anak itu terkejut kala melihat ibunya jatuh ketanah tanpa ada angin yang menerpa tubuh ibunya.

"Mama.....!!!" teriak kencang Carelia sembari mengguncangkan tubuh Rose sedangkan Arthur hanya diam dan mematung ditempat, dia terlihat mencoba mencerna apa yang sedang terjadi.

Arcelio yang bingung melihat Rose tiba-tiba terjatuh ketanah tanpa sebab, dia berlari ke arah ibu dan anaknya.
"Ada apa? kenapa dia tiba-tiba terjatuh ketanah?" tanya Arcelio bingung sembari menatap kedua anaknya dan memapah tubuh Rose.

"Tidak tahu. Mama tiba-tiba saja terjatuh" ucap Carelia dengan suara bergetar takut sembari air mata yang sudah menetes dan membasahi kedua pipinya sejadi-jadinya.

Seketika wajah Arcelio memucat saat mendapati lengan tangan Rose dingin bagaikan mayat. Dengan sigap dia mengendong Rose ala bridal style dan berlari menuju mansion. Dari belakang Arcelio, kedua anaknya ikut berlari mengikuti ayahnya menuju mansion.
Max yang berdiri di lorong mansion menatap bingung kala saat melihat Arcelio mengendong Rose dengan wajah pucat.

"Max cepat panggilkan dokter" teriak Arcelio yang ketakutan. Tanpa bertanya terlebih dahulu Max berlari menuju ruang tempat kerja dokter mansion Arcelio.

***********

"Bagaimana keadaannya? Apa yang terjadi padanya?" Tanya Arcelio takut.

"A-anu.... Tuan... denyut nadi nyonya bukanlah denyut nadi orang yang hidup, dia dalam kondisi vegetatif" dokter yang memeriksa Rose terlihat takut saat melontarkan perkataannya bahkan kepalanya menunduk dan tidak berani menatap Arcelio.

Mendengar penuturan dokter, Arcelio terkejut bagaikan disambar petir di siang bolong. Bagaimana tidak terkejut? Rose yang dilihatnya tadi saat piknik ditaman terlihat sehat bugar. Entah mengapa tiba-tiba saja dia terjatuh ketanah dan diagnosa kondisi vegetatif. Arcelio tidak percaya akan perkataan dokter itu, kini rahangnya mengetat sampai menampilkan uratnya sembari mengepalkan tangannya.

"Maaf tuan bukannya saya bermaksud lancang. Tetapi saya harus melakukan akupunktur untuk mengatasi krisis besar".

"Baiklah... Aku mengizinkanmu dan lakukan yang terbaik untuk menyelamatkannya" tekan Arcelio.

Dokter itu bergegas mengotak-atik kotak peralatan medis yang dibawanya tadi dan mencari jarum akupuntur. Satu persatu dia mulai menancapkan jarum akupuntur diberbagai titik tertentu di tubuh Rose. Suasana ruangan itu terlihat mencekam, tidak ada suara sedikitpun terdengar selain suara kotak peralatan medis dokter. Arcelio maupun kedua anaknya tengah berdiri kaku saat melihat dokter menancapkan jarum akupuntur. Tidak ada suara terdengar dari mulut mereka.



































Aku menjadi ibu yang jahat di dunia novel Where stories live. Discover now