06. Mau Menjadi Istri Saya?

10.6K 663 22
                                    

Thankyou yang kemarin udh komen dan koreksi panggilan itu, cuman ya ditempat Ka Neo tuh panggilannya sama, jadi maaf ya biar Ka Neo juga gak bingung gak papa kan tetep panggil Buk Dhe aja?

Btw maaf kelamaan, sebenarnya harusnya up ini tapi Ka Neo kecapekan jadi ketiduran, samping rumah juga lagi ada acara jadi agak riweh🥹🙏

Sebagai gantinya ini Part panjang banget ya, 3k lebih semoga suka🫶

Boleh dikomen?

oOo

"Kalau bawa buah kenapa Nduk? Kalau butuh banyak lansung ke kebun Ndoro Harsya lansung katanya bisa loh, kalau mitoni gitu ya harusnya memang butuh banyak buah toh? Wes Bapak nanti yang hubungin Ndoro Harsya." 

Usulan tadi dari Pak Darto yang menatap anak pertamanya dengan lembut, hari ini anaknya itu akan pergi ke rumah mertuanya yang sedang ada acara mitoni adik iparnya, pagi-pagi begini mereka sedikit bingung ingin bawa apa kerumah besannya.

"Emang bisa toh Pak? Orang kemarin Mas Dafa cari buah kedongdongnya agak susah, bukan musim jadi sekali nemu buahnya gak bagus terus dikasih harga mahal lagi, kalau di Ndoro Harsya ada ya bolehlah yaa Mas?" Nisa anak pertama dari Pak Darto menatap sang suami yang tadi sangat fokus dengan anak mereka,  Dafa suami Nisa mendongak lalau mengangguk.

"Iya, kemarin katanya buahnya kurang disana, tapi kayaknya Dafa gak bisa ngambil kalau harus nunggu Pak, soalnya juga harus nyambut tamu dari pihak lelakinya." Dafa mengutarakan hal yang ingin ia sampaikan sejak tadi.

Menjadi anak lelaki pertama dari keluarga membuat kehadirannya sangat dicari, jadi mau tak mau harus berada disana selama 24 jam full, dan dirinya tidak boleh telat kalau tidak ingin dimarahi oleh sang Ibu.

"Yo ndak harus kamu Mas, biar Bapak saja yang nanti bawa ke sana, kalian yo jalan dulu ndak perlu nungggu, nanti bapak ke sana pas buahnya udah ada, kata Ndoro perlu waktu buat panen dari pohonnya, sekalin harus pilih yang sudah tua, mungkin nanti jam 10 atau 11 ya Bapak sama Ibu berangkat ke sana." Nisa dan Dafa mengangguk mengerti.

Mereka percayakan semua pada Pak Darto yang memang sangat diandalkan dalam segala hal, jaringan pertemanan yang luas juga membuat lelaki dengan 2 anak itu sangat mudah mendapatkan sesuatu.

Yang tentunya masih dalam batas wajar.

"Bapak mau kebun buah? Gayatri ikut dong, pengen liat kebunnya, kata Ibu luas dan banyak macem pohon buahnya, Gayatri jadi penasaran banget." Si bungsu yang sejak tadi menyimak pembicaraan sang Bapak bersama Mas dan Mbaknya membuat gadis itu sedikit penasaran.

"Yo emang luas loh, perkebunan milik Ndoro Harsya itu luas banget, segala macem buah ada disana, pantes dijuluki Ndoro si pemilik perkebunan buah terbesar sedesa, pemasok buah ke kota juga, siapa yang ndak tau Ndoro Harsya 'kan Pak?" Ibu Sarminah yang baru datang membawa kopi untuk sang suami dan sang mantu, menjawab ucapan Gayatari.

"Iyo, namanya dikenal banyak orang Nduk, ramah dan tau peraturan juga tidak lupa adab walaupun menyandang gelar Ndoro dari Gusti Prabu Aditiya lansung, dia sangat kopenten kalau sudah berurusan sama pekerjaan tidak heran semua usaha yang dia buat selalu sukses, termasuk perkebunan buahnya itu tanpa campur tangan orang tuanya." Mendengar ucapan sang Bapak dan Ibu yang sangat membanggakan seorang bernama Ndoro Harsya itu alis Gayatri mengerut.

Sehebat apa si Ndoro Harsya itu sampai disanjung dan dipuji sedemkian rupa oleh Bapak Ibunya, membuat penasaran saja.

"Kamu ikut aja nanti kalau beneran mau ikut, disana nyaman tempatnya walaupun namanya Kebun, Ndoro Harsya buat tempatnya sedikit berbeda dari yang lain, mengikuti teknologi jadi tempatnya maju, orang dulu alatnya ada beberapa yang beli ke Mas Dafa yo Mas?" Pak Darto meminta persetujuan pada sang menantu yang memang dulu sempat bekerjasama dengan sang Ndoro dalam waktu yang cukup lama.

Ini Gayatri, Istri Kangmas [21+] Where stories live. Discover now