1. a normal day

554 34 9
                                    


Minggu, 28 Jan









06.40

Suara ayam berkokok, suara burung berkicau. Mentari pagi telah tampak, embun pagi yang sejuk, serta angin yang berhembus menerpa dedaunan. Sungguh, pagi yang sangat in-

"TAUFANNN!!"

Oke- nggak jadi indah. Suara teriakan kesal dapat terdengar pada salah satu perumahan di pulau Rintis.

"HAHAHA! Sorry not sorry!" goda pemuda yang bernama Anginnara Taufan Ashirvada kepada Abinaya Halilintar saraddha. Halilintar memang sering dibangunkan oleh cara yang tak biasa oleh Taufan dan rekan troublemakersnya, Banaskara Aze Hillangga, dan Tharendra Thorun Suvarnna. Kali ini, halilintar dibangunkan dengan cara di sembur oleh seember air es batu yang di tumpahkan tepat pada mukanya,

"HEH! Minta maaf nggak lu?!" geram Halilintar. Karna kesal, ia mengambil sebuah kamus tebal, lalu melemparkannya ke arah Taufan berada. Namun, tepat sebelum kamus itu mengenai dirinya, sang empu, Taufan, sudah lebih dulu menghindar.

"Nggk kenaa, nggk kenaa. Wlee!" ledek Taufan seraya menjulurkan lidahnya.

Tanpa halilintar sadari, rekan Taufan yang lain, Blaze dan Thorn, sedang bersembunyi dibawah kasur miliknya sebari memegang sebuah balon dan jarum;siap untuk diletuskan. Thorn mengarahkan ujung jarum itu perlahan kearah balon, lalu..

'Dorrr!'

Balon itu meletus. Suara letusan balon tadi dapat membuat Halilintar melompat kaget dan jatuh terjungkal ke belakang, manik ruby Hali melirik kearah dimana thorn dan blaze tepat bersembunyi. Para TTM itu menutup mulutnya sebari cengengesan, seakan sedang menahan tawa yang akan meledak kapan saja.

"Bangsat!" celetuk Hali, ia bangun dari jatuhnya kemudian menghampiri duo TM yang sedang bersembunyi. Dengan sigap, Blaze dan Thorn keluar dari tempat persembunyian mereka, kemudian berlari keluar ruangan bersama Taufan.

Halilintar menghela nafasnya kasar, lalu mengambil kamus yang ia lempar tadi, kemudian menaruhnya kembali di rak buku miliknya.

Karena masih kesal, Halilintar pun berlari menyusul para TTM yang belum terlalu jauh darinya, kemudian terjadilah kejar-kejaran antara Hali dan para TTM.

Mereka main kejar-kejaran sampai menuju kearah dapur. Di Dapur, berdiri sang kakak ketiga, Dharatala Gempa Hillangga, yang baru saja selesai menata makanan dimeja makan, manik golden brownnya itu melirik kearah empat pemuda yang sedang kejar-kejaran menuju dapur.

"IHH! Kak Hali basahhh, mandi dulu kak, biar nggak sakit!" suruh thorn sambil berlari. Senyum khas thorn terlihat ketika ia menyuruh sang sulung untuk mandi. Si kakak kedua, Taufan, terkekeh.

"Wkwk, Mampuss. Basah kan loo, mana disiram pake air es pula, pasti dingin ya?" goda blaze pada Halilintar guna untuk membuatnya naik darah.

"Pake nanya, menurut lo bakal panas, hah!? Cih" ujar Hali dengan sinis seraya memutar bola matanya malas.

Gempa yang berada tepat dimeja makan pun, hanya memperhatikan perdebatan antar empat pemuda dengan malas, seakan dirinya sudah tak asing akan hal seperti itu. Ribut dan gelud? Itu sudah menjadi rutinitas mereka. Ya.. paling-paling kena ciuman dari panci gosongnya Gempa, atau sekedar kena omel. Yang paling parah sih, cuma di lempar si sulung kuat-kuat ke tanah doang.

"Wkwk, ya lagian. Hari ini lu tidur dah kayak orang mati, nggk bangun-bangun," sindir Taufan dengan rasa tak bersalah.

"Iya tuhh, kak upan benerr! Jam alarm kak Hali dah bunyi, tapi kakak nggak bangunn." Thorn menyambungkan ucapan Taufan disertai oleh anggukan

Hide or Die |SHG| [Slow Up]Where stories live. Discover now