DEORANTA | [36. Sikap Aneh Deo]

Start from the beginning
                                    

Deo tersenyum mengingat masa-masa itu, masa yang begitu indah dan tak akan pernah hilang dari dalam ingatannya sampai kapanpun, jika saja hubungannya dengan dara masih berlanjut dia akan menceritakan semua kenangan-kenangannya kepada anak-anak mereka.

"Mbak dara, Bu Naya mencari kehadiran mbak!"

Suara suster membuat dara langsung mendongak mencari suara itu berasal. Dara mengangguk dan mengusap pelan air matanya."Baik sus! Saya akan segera ke sana," balasnya dengan suara antusias karena saat ini mamanya sudah benar-benar siuman dari tidur panjangnya.

"Oma, dara ke ruangan mama dulu ya," pamitnya kepada Omanya, tetapi kedua matanya tak sengaja bertemu dengan deo yang terdiam tak jauh darinya.

"Kamu kesana saja biar Oma aku yang jaga," ujar Deo menatap dara dengan senyuman.

Dara mengangguk."Titip Oma sebentar ya!" Ungkap dara lalu pergi meninggalkan Deo dan Oma ke ruangan mamanya.

"Kamu siapa?" Tanya Oma ke arah Deo yang masih menatap kepergian dara.

Deo langsung menoleh ke arah Oma dengan senyum di wajahnya."Oma nggak kenal sama aku?" Tanya Deo menunjuk ke arah dirinya sendiri.

Oma mengeleng."Tidak! Kamu pacar Dara?" Tanyanya dengan suara serius.

Deo terkekeh."Coba tatap wajah aku Oma! Masa nggak bisa mengenali ku?" Jelasnya lagi mendekatkan wajahnya dengan Oma tanpa menjawab pertanyaan Oma tentang status hubungan mereka, dia tak berhak membalas hal itu, biar dara saja yang menjelaskan semua. Kalau dara semuanya akan terasa jelas, kalau dia yang menjelaskan rasa sesak itu kembali hadir saat dara tak pernah membalas semua pernyataan cintanya.

"Masa nggak ingat sih?" Tanyanya lagi yang membuat Oma terdiam.

"Kayaknya kita pernah bertemu!" Gumamnya lirih."Tapi, dimana?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Deo semakin terkekeh."Ini Deo Oma! Teman masa kecil dara waktu Oma dan Tante Naya tinggal di komplek," jelasnya jelas hingga membuat Oma itu langsung tersenyum senang dan memeluk erat tubuhnya.

"Kamu Deo? Putra Reni dan arjan?"

Deo mengangguk lalu kembali memeluk erat Oma dengan penuh kasih sayang untuk melepaskan rasa rindu setelah bertahun-tahun lamanya tidak bertemu.

"Gak nyangka kamu bisa tumbuh tampan dan segagah ini Yo," ungkapnya takjub dengan wajah Deo yang terlihat sangat tampan dan berkarisma.

Deo terkekeh geli setelah mendengar ungkapan berlebihan dari oma."Oma juga terlihat semakin cantik," puji Deo yang langsung membuat Oma tertawa terbahak-bahak.

"Kamu bisa saja Yo? Nanti akan Oma ceritakan kepada dara biar dara tahu bahwa pria yang di cintainya itu ternyata kecantol oma-oma seperti Oma," jelasnya yang langsung membuat Deo terdiam melotot.

"Jangan Oma! Hidup Deo bisa dalam bahaya kalau Oma cerita sama dara,"
Cegah Deo cepat hingga membuat Oma tersenyum senang.

"Apa kamu benar-benar mencintai dara?" Tanyanya yang langsung membuat Deo bungkam tak berkutik.

"Tanyakan sama dara saja ya Oma! Dara lebih tahu dari semuanya," balas Deo sedikit kebingungan.

Oma melongo mendengar jawaban Deo."kok bisa?"

"Emmm, Deo mau lihat keadaan Tante Naya dulu ya Oma," pamitnya terburu-buru karena tak ingin pertanyaan Oma semakin jauh lagi dan tentunya dia tak akan bisa berbohong dengan wanita yang lebih tua.

Setelahnya Deo pergi begitu saja meninggalkan Oma yang melongo dengan sikap aneh Deo.

Deo berjalan cepat ke arah ruangan Tante Naya, terlihat di sana dara sedang ngobrol dengan mamanya. Ada rasa bahagia saat melihat dara merasa bahagia saat ini, senyum di wajahnya tak berhenti terukir saat melihat mereka berdua, entahlah hatinya merasa nyaman dan tenang saat melihat tawa renyah dara yang belum pernah di dengar selama dia bersama wanita itu setelah dua bulan lamanya.

Meski saat ini pikirannya benar-benar kacau.

Deo duduk di kursi depan ruang inap untuk menunggu kedatangan dara dan melihat beberapa lalu lalang dokter dan suster yang ke sana-kemari menunaikan tugas pentingnya untuk menyelamatkan pasien yang ada di rumah sakit ini.

Tak lama kemudian dara keluar dari dalam ruangan mamanya dengan mata sembabnya karena rasa bahagia. Dara berjalan cepat ke arah Deo yang masih belum juga sadar akan kedatangannya.

"Yo!" Panggilnya lirih.

Deo menoleh, tetapi tak ada senyuman manis yang biasanya selalu ditujukan kepadanya, yang ada senyuman kecil yang sedikit di paksakan, pria itu bangkit dari duduknya dan menatapnya dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

"Gimana dengan keadaan Tante naya?" Tanyanya berjalan mendekat ke arah dara.

Dara tersenyum seraya mengusap air matanya yang masih tak berhenti keluar, meski saat ini dia merasa sangat bahagia setelah kesadaran mamanya."Mama baik-baik saja! Aku sangat bahagia sekali Yo, aku benar-benar sangat bahagia setelah  melihat mama tersenyum kembali menatap ku," jelasnya lirih menatap Deo.

Dara langsung menghambur ke pelukan Deo dan menumpahkan semua rasa bahagianya di pelukan hangat itu.

"Aku ikut senang Ra, mendengar kabar Tante Naya saat ini... Semoga secepatnya papa kamu juga segera siuman dan keluarga kamu kembali utuh seperti semula," ujarnya kepada dara.

Dara tersenyum mengangguk."Iya semoga saja!"

Deo tersenyum melepas pelukannya."Aku ingin selalu bisa melihat mu bahagia,"lirihnya menatap dara dengan melepas pelan-pelan jemari dara yang memeluk erat pinggangnya.

"Terima kasih!" Ucap dara menatap lekat kedua mata Deo yang sejak tadi berusaha mengalihkan tatapan matanya.

Deo mengangguk."Aku harus pergi ada beberapa kerjaan yang harus  aku kerjakan sekarang," pamitnya lalu pergi begitu saja meninggalkan dara yang masih mematung di tempat, dara mencerna semua perkataan deo yang terasa sangat dingin. Tak seperti tadi pagi yang terdengar begitu ceria, apalagi senyum pria itu terlihat sangat di paksakan.

Apa mungkin dia sudah sangat terlanjur kecewa terhadapnya?

Dara merasa ada kekosongan saat Deo bersikap seperti itu terhadapnya.

Apa yang harus dilakukannya sekarang?

DEORANTAWhere stories live. Discover now