1 - Salting Brutal

47 5 0
                                    

"Makan di kantin?" tanya seorang dengan hijab warna merah jambu yang barusaja selesai memakai kembali sepatunya.

"Boleh deh mbak, mau keluar juga takut hujan, mendung banget," seseorang dengan hijab warna senada menjawab seraya berdiri di sebelah gadis tadi.

Kania dan Kalila, Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja atau sering disebut dengan PPPK di sebuah kantor dinas. Keduanya memang dekat semenjak awal dinyatakan lolos seleksi sebagai tenaga honorer hingga akhirnya sama-sama diangkat menjadi PPPK.

Kania berusia dua tahun lebih tua dibandingkan dengan Kalila. Tapi dalam hal percintaan sepertinya Kalila lebih beruntung karena sebentar lagi, gadis yang menginjak usia 24 tahun itu akan segera menikah. Sedangkan Kania, ya begitulah. Ia barusaja mengalami hal paling pahit dalam hidupnya, batal nikah padahal sudah tunangan.

"Menunya apa ya? Mbak Kania tadi sempet baca group WhatsApp ga?" tanya Kalila.

Tadi begitu memutuskan untuk makan di kantin kantor, mereka langsung bergegas. Jarak kantin dan mushola tempat mereka sholat tadi melewati beberapa bidang yang mengharuskan mereka sesekali berhenti untuk menyapa pegawai di bidang lain.

"Tadi sih kayanya ada soto semarang sama rawon," Kania berusaha mengingat-ingat menu yang di-share oleh anak ibu kantin yang kebetulan teman satu bidang mereka. "Nahkan bener," lanjutnya setelah beberapa saat fokus dengan ponselnya.

"Soto semarang boleh juga nih,"

Begitu tiba di kantin keduanya langsung bergabung dalam antrian. Ada beberapa orang di depan mereka yang mereka tebak dari dinas lain, karena kantin kantor ini sangat terkenal paling enak di kompleks perkantoran selatan.

Namun tak butuh waktu lama mereka sudah membawa nampan dengan dua mangkok soto dan dua gelas teh manis hangat.

"Sini woi!" suara yang tidak asing membuat Kania segera menoleh.

"Eh itu Abiw sama Malik disana!" ucap Kania sambil menyenggol lengan Kalila yang memang sedang celingukan mencari meja kosong.

Tanpa berkomentar, Kalila segera mengekor Kania berjalan menuju meja tempat Abiw dan Malik berada.

"Rawon?" tebak Kania begitu melihat mangkok dan piring yang sudah kosong di hadapan Abiw.

"Hehe," cowok imut berkulit putih yang usianya 3 tahun lebih muda dari Kania itu hanya nyengir memperlihatkan barisan gigi rapinya.

"Dari habis apel udah request, ntar makan siang di kantin kantor aja ya," timpal Malik setelah menandaskan minumannya. "Eh taunya ada menu favorit!" lanjut laki-laki yang hobinya ribut dengan Kania itu. Mungkin karena seumuran dan si Malik ini memang usil orangnya.

"Kalian tumben ga makan siang di luar?" tanya Abiw heran melihat dua temannya yang sangat hobi jajan itu mau makan di kantin kantor yang setiap harinya hanya menyediakan dua menu.

"Males, mendung, ntar kehujanan," sahut Kalila cepat.

Kania hanya mengangguk sepakat.

"Lo jadi nikah kapan la?" tanya Malik tiba-tiba.

"Ntar habis lebaran haji,"

Malik menghitung cepat dengan jarinya, "empat bulan lagi?" tanya Malik lagi seolah masih tidak percaya.

Kalila mengangguk cepat.

Malik dan Abiw segera melirik Kania.

"Jangan tanya gue! Gue getok pake sendok nih!" ancam Kania yang akhirnya dibalas tawa oleh ketiga temannya.

"Gue kenalin sama anak divisi sebelah deh, orangnya sholeh, baik hati, ga neko-neko, pinter, mana berbakti banget sama emak bapaknya,"

"Ngga usah mulai deh.." timpal Kania malas.

"Iya sih, denger-denger dia masih jomblo, terus lagi nyari istri," sambung Abiw.

"Siapa? Lo tau emang gue mau ngenalin Kania sama siapa?" tanya Malik sedikit tidak terima, pasalnya, ide itu terbersit ketika dia barusaja menerima pesan dari seseorang yang dia maksud itu.

"Bang Mahes kan?" tebak Abiw.

Kania dan Kalila sementara hanya diam memperhatikan obrolan mereka.

"Widih, kita sehati banget bro!" Malik dan Abiw segera ber-highfive yang membuat Kania semakin memutar bola matanya malas.

Kalila hanya mengernyit heran tanpa berniat menanggapi.

"Malik!" sebuah suara berhasil menginterupsi Kania untuk menoleh ke belakang. Seorang laki-laki dengan kemeja warna putih seperti yang dikenakan Malik dan Abiw berjalan menuju meja mereka berempat setelah lambaian tangannya dibalas oleh Malik.

"Maaf ya bang malah jadi ngrepotin," ucap Malik terlihat canggung begitu menerima sebuah kresek bergambar logo toko komputer yang paling terkenal di kota sebelah.

"Santai, gue emang kemarin lagi ada kerjaan disana, makanya sekalian gue mampir beli ini," balas laki-laki itu.

Kalila memberi isyarat pada Abiw seolah bertanya siapa laki-laki itu. Sedangkan Kania terlihat tidak perduli karena nyatanya dia lebih tertarik pada soto yang masih mengepulkan asap itu padahal sudah beberapa saat.

"Oh iya bang, kenalin nih, ini Kania ini Kalila," ucap Malik sambil menunjuk satu-satu temannya itu. Mulai dari Kania kemudian Kalila.

Kalila segera tersenyum membalas senyum laki-laki itu. Kania melakukan hal yang sama, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk meminum teh hangatnya.

"Gue Mahes,"

"Uhukkk!"

"Eh kenapa mbak?" tanya Kalila agak panik.

"Ga usah grogi gitu kali yak.." Malik mulai cengar-cengir karena Kania yang tadi kelihatan cuek dan tidak perduli, ternyata memperhatikan omongannya juga.

"Ga papa mbak?" tanya seseorang yang ternyata bernama Mahes itu.

"Ga papa mas," Kania menggeleng sambil menerima tisu yang diberikan Kalila.

"Gue dari divisi infrastruktur, yang bulan lalu pindah dari dinas tetangga," lanjut Mahes.

"Ohh pantes belum pernah liat kayanya mas," sahut Kalila untuk mencairkan suasana, karena nampaknya ucapan Malik dan ekspresi Abiw barusan membuat Kania dan Mahes canggung.

"Hehe iya mbak," Mahes hanya terkekeh pelan, "mbak Kania beneran ga papa?"

Kania mengangguk cepat. "It's okay mas, kalemm.."

"Yaudah kalo gitu gue duluan ya, kayanya mau ada maintenance lagi," pamit Mahes kepada Abiw dan Malik.

"Oh siap bang, semangat!" ucap Abiw sambil menyalami Mahes. Malik melakukan hal yang sama.

"Mari mbak.." Mahes menangkupkan kedua tangannya di depan dada seraya berpamitan pada Kania dan Kalila.

"Iya mas.." jawab mereka berdua serentak.

Kania memastikan Mahes sudah benar-benar pergi, "kenapa ga bilang kalo orangnya mau kesini?" protes Kania pada Malik yang akhirnya membuat tawa mereka bertiga kembali pecah.

"Tadi aja ga mau ga mau, eh taunya baru nyebutin nama dianya udah salting brutal!" perkataan Abiw barusan membuat mereka bertiga kembali terbahak. Kania hanya bisa mendengus sebal sembari memasang ekspresi kesalnya.

"Apaan sih?!"

—————–

Halooooo assalamualaikum, aku hadir dengan tulisan baru. Semoga kalian suka! Happy reading guys! Baarakallah!🌻

You Are My LightWhere stories live. Discover now