6.2 Pasar monopolistik

451 47 4
                                    

Suasana suram melanda kediaman megah yang kerap kali 5 remaja abnormal itu sebut sebagai sangkar keluarga ADHINATHA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suasana suram melanda kediaman megah yang kerap kali 5 remaja abnormal itu sebut sebagai sangkar keluarga ADHINATHA. Menjelang pukul 6 pagi, semua penghuninya berkumpul, mulai dari Nyonya terbesar sampai pelayan paling rendah, kini bernapas di ruangan yang sama.

Ruang tamu magna domus, ruangan paling luas di kediaman keluarga ADHINATHA. 210 orang termasuk anggota keluarga dan para pekerjanya hadir di sana. Seharusnya berjumlah 215 kepala, bila saja 5 anggota termuda mereka tidak menghilang.

Madaharsa Tansadanu—anak tertua kepala keluarga—saat ini tengah duduk di sofa panjang bersama istrinya yang tidak berhenti menangis. Namun bukan menenangkan sang istri, yang sedang Madaharsa lakukan adalah memantau layar tablet puluhan jt miliknya.

“Menurut informasi yang saya dapat, mereka terakhir kali terlihat di hospital center.” Pria paru baya itu bersuara, matanya tetap fokus pada tablet. “Ada laporan yang masuk kalau malam sebelumnya Leo kecelakaan tunggal di perbatasan kota, Sabrina dan Albert membawanya ke hospital center, lalu besoknya setelah sekolah bubar, mereka berempat—Razel, Sabrina, Fikri, dan Aleen—berangkat ke kota untuk menjenguk Leo. Pukul 18:31 pihak rumah sakit mengabarkan kalau Leo menghilang dari ruangannya, di saat yang bersamaan 4 anak lainnya juga hilang tanpa jejak.”

Wismana Tamasepga selaku anak bungsu kepala keluarga, lantas memijat pangkal hidungnya. “Tidak salah lagi, ini kasus penculikan.”

Tangis Aruan Nandini—istri Madaharsa Tansadanu sekaligus wanita yang berjasa melahirkan Fikri Khaizuran—pecah seketika. Pun dengan Siska Almeralda, wanita anggun yang biasanya selalu angkuh se-angkuh putrinya, kali ini tak mampu berkutik dengan air mata yang terus berderai.

“Kalau ini memang kasus penculikan, pelakunya pasti saingan bisnis keluarga.” Ujar Lingga Tiansepto, anak ke-tiga kepala keluarga yang lolos dari seleksi alam. Kenapa begitu? Karena dia satu-satunya keturunan yang dibebaskan dari kasus perjodohan setelah calonnya tewas tanpa sebab. Dan sampai sekarang pria perantau itu masih sendiri tanpa pendamping hidup. Semalam dia langsung pulang setelah mendengar kabar bila 5 keponakannya menghilang.

“Tapi saat ini, perusahaan sedang dalam kondisi tidak berselisih dengan siapa pun.” Sebagai pemimpin perusahaan keluarga, Yudanta Triasa—anak ke-dua kepala keluarga—menyahut. Dia memilik 2 orang putri, tidak kembar namun usianya sama.

“Lalu, siapa penculiknya?” Kepala keluarga yang sedari tadi diam, akhirnya angkat suara. Seorang wanita yang usianya hampir memasuki kepala 8. Meski begitu, sorot matanya masih tetap tajam, gestur tubuhnya tegak tidak membungkuk, tindakan dan gerak tubuhnya selalu tegas, perintahnya mutlak, dan terakhir aura dominan-nya masih kental tidak terpengaruh oleh usia.

Menautkan kedua tangannya dia atas pangkuannya, wanita berkuasa itu berkata. “Keluarga luar biasa seperti keluarga kita memang mustahil memiliki musuh yang mengaku secara terang-terangan, namun musuh transparan yang bekerja di balik layar tentu saja ada banyak. Bukan begitu?”

RABIDUS FAMILIAWhere stories live. Discover now