0.3 Fikri Khaizuran

525 42 1
                                    

Letak kediaman keluarga ADHINATHA berada di tengah-tengah hutan, Aleen pikir waktu yang diperlukan untuk sampai di sekolah akan memakan setidaknya dua jam perjalanan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Letak kediaman keluarga ADHINATHA berada di tengah-tengah hutan, Aleen pikir waktu yang diperlukan untuk sampai di sekolah akan memakan setidaknya dua jam perjalanan. Namun ajaibnya, ternyata tidak. Cukup 20 menit saja Aleen sudah sampai, bahkan mobil hitam yang mengantarnya kini telah memasuki pelataran sekolah. Kira-kira kenapa Aleen bisa sampai dengan cepat? Apa karena mobil melaju dengan kecepatan tinggi? Tidak, alasan kenapa Aleen bisa sampai dengan cepat adalah karena letak sekolah ini berada di kawasan yang sama dengan kediaman keluarga ADHINATHA, di tengah hutan.

Begitu Aleen turun dari mobil—setiap anggota keluarga ADHINATHA memang difasilitasi sebuah mobil serta seorang supir untuk mengantar mereka ke mana-mana—matanya langsung tertuju pada tulisan berwarna hitam yang tertera di bagian atas gedung utama. ARITMANATHA HIGH SCHOOL, nama sekolah barunya. Aleen menoleh melihat mobil hitam yang tadi mengantarnya telah pergi. Kepergian mobil itu membuatnya sadar bahwa di halaman depan sekolah ini ternyata tidak ada orang sama sekali. Padahal ini masih pagi, terus kenapa tidak ada murid lain yang terlihat?

Tapi kalau dipikir lagi, ini memang wajar. Memangnya siapa yang mau sekolah di sini? Ini kan di tengah hutan. Atau jangan-jangan, murid yang bersekolah di sini hanya Aleen dan keempat sepupunya?

“Aleen, kau sudah datang?”

Aleen membalik badannya, di sana ada Om Madaharsa yang baru saja keluar dari mobil. Dia terlihat gagah dengan pakaian setelan rapi.

“Ayo masuk.”

Aleen belum sempat menyapa saat pria itu melewatinya dan masuk lebih dulu. Tidak punya pilihan lain maka Aleen mengikuti. Om Madaharsa membawanya masuk ke dalam ruang Headmaster, namun di sana tidak terlihat keberadaan orang lain selain mereka berdua.

“Permisi, Mr.” Kemudian seorang wanita yang memakai kemeja putih dan rok span hitam selutut muncul dari arah pintu, “Apa Anda memanggil saya?”

“Ya, Mrs. Indira, mohon bantuannya. Mulai hari ini saya percayakan siswi ini pada Anda.”

Wanita itu menoleh pada Aleen, tersenyum sekilas lalu kembali melihat ke arah Om Madaharsa. “Baik Mr, Anda bisa mengandalkan saya.”

Detik itu juga Aleen menyadarinya, bahwa ruang Headmaster ini, ternyata milik Om Madaharsa.

-

“Sistem kegiatan belajar di sekolah ini menggunakan metode moving class, jadwal pelajaran sama lokasi kelas setiap murid beda-beda. Jadi ... harusnya lo udah dapat jadwal kelas dari Mrs. Indi.”

Aleen mengangguk, “Iya, gue udah dapat kok. Ini jadwalnya,” tangannya mengangkat beberapa lembar kertas yang ia dapat dari Mrs. Indira.

“Bagus. Kalo gitu ayo kita mulai turnya.”

Aleen mengikuti siswa itu, namanya Evan, siswa berkacamata yang mendapat tugas dari Mrs. Indira untuk memandu Aleen tur keliling sekolah. Dia ramah dan sepertinya cukup famous, di sepanjang perjalanan banyak murid yang menyapanya. Oh iya! Tadi Aleen sempat mencemaskan jumlah murid yang sekolah di sini, di luar dugaan ternyata jumlahnya sangat banyak. Alasan kenapa tidak ada murid yang terlihat di halaman depan, itu karena mereka semua tinggal di asrama. Asrama yang letaknya di belakang gedung sekolah.

RABIDUS FAMILIAWhere stories live. Discover now