2.4 Kutub selatan

431 45 0
                                    

Dekat dengan Aleo, bahkan sampai mendapat informasi dari pemuda itu, sama sekali tidak pernah terlintas dalam bayangan Aleen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dekat dengan Aleo, bahkan sampai mendapat informasi dari pemuda itu, sama sekali tidak pernah terlintas dalam bayangan Aleen. Dari awal rencana, targetnya hanya selalu Fikri, sebab pemuda itu yang kelihatan paling mudah didekati. Tapi siapa yang tau kalau ternyata skenarionya justru berkata lain, Aleen malah lebih dulu dekat dengan Aleo, pemuda yang kalau didengar dari cerita-ceritanya, mustahil bisa menyentuhnya.

Tidak terduga, memang.

Kemarin, Aleo bilang Razel dan Sabrina bersaudara, tapi dilihat dari segi mana pun, kedua gadis itu tidak ada mirip-miripnya. Yang satu terlalu anggun, satunya lagi malah seperti laki-laki. Di luar dari sikap mereka yang kontras, berdasarkan pengamatan Aleen selama tinggal di sini, Razel dan Sabrina juga tidak memiliki hubungan yang baik. Intinya, mereka benar-benar tidak terlihat seperti saudara.

Atau ... ikatan darah itu yang justru menyebabkan hubungan mereka jadi tidak baik?

Aleen menggeleng cepat. Tidak, tidak. Ini bukan waktunya untuk memikirkan itu, ada misi lain yang harus ia kerjakan. Tanpa pikir panjang gadis itu langsung menyambar ranselnya, setelah memastikan penampilannya sudah rapi, dia buru-buru keluar dari kamar, menuruni tangga dengan tergesa-gesa, lalu beranjak dari parva domus 4 tanpa pamit pada Papa.

Aleen menarik napas panjang begitu berdiri di depan pintu rumah tetangganya. Pukul lima pagi, kira-kira Aleo marah tidak ya, kalau diusik jam segini? Pasti marah sih, harusnya Aleen tidak usah bertanya lagi, orang normal saja pasti marah diganggu sepagi ini, apalagi makhluk buas sensitif macam Aleo. Tapi masa bodoh, ah.

Tok tok tok!

Aleen akhirnya memantapkan diri mengetuk pintu rumah pemuda itu. Berhadapan dengan makhluk buas yang menakutkan kuncinya hanya satu, keberanian, diterkam atau tidaknya itu urusan belakangan, yang penting percaya diri saja dulu. Lagipula Aleen pernah membaca artikel tentang tips agar bisa terhindar dari serangan singa, mungkin dia bisa menerapkannya ketika berhadapan dengan Aleo nanti.

Tidak mendengar pergerakan dari dalam, Aleen kembali mengetuk pintu, kurang dari tiga menit pintu akhirnya terbuka. Pemilik rumah muncul dengan rambut berantakan serta mata yang sedikit memerah—

“Gila lo?!”

—lengkap dengan suara seraknya. Aleen menelan ludah melihat ekspresi Aleo yang sangat-sangat tidak bersahabat. Di sisa-sisa keberaniannya, Aleen mencoba mengingat tips yang pernah dia baca.

Pertama, jangan panik. Cobalah tarik napas dan tenangkan diri.

Kedua, usahakan agar mata tetap bertatapan (aye contact).

Ketiga, untuk menjauh dari jangkauan singa, jangan coba-coba membalik badan dan lari, melainkan mundurlah secara perlahan.

Tapi dibanding mundur secara perlahan seperti tips yang pernah ia baca, Aleen justru melangkah maju menerobos melewati pintu rumah. Karena tujuannya memang bukan menjauh dari jangkauan singa, melainkan masuk ke dalam kandangnya.

RABIDUS FAMILIAWhere stories live. Discover now